Chapter 6 -Menikah

14.8K 1.3K 20
                                    


Menikah bukanlah perkara mudah, selepas pernikahan ada beban besar yang akan ditanggung bersama kedepannya, menikah itu bukan komitmen yang main-main, Adnan tahu itu.

Setelah selesai mengucapkan ijab kabul dengan mantap, jantung Adnan semakin memompa kuat seolah ingin keluar dari rongga dadanya. Bella dituntun keluar perempuan itu tampak cantik dan memesona dalam balutan baju pengantin adat Jawa.

Saat sesi pemasangan cincin dan cium kening tadi Adnan hampir saja tertawa, bagaimana tidak ketawa kalau Bella memasang raut lucu saat Adnan mendaratkan bibirnya dikening perempuan itu. Saat Bella mendaratkan kecupan di kening Adnan perempuan itu tampak ragu-ragu, namun Adnan lah yang mendorong sendiri kepalanya agar bersentuhan dengan bibir ranum milik Bella.

Setelah akad selesai kedua mempelai dituntun masuk ke salah satu kamar hotel, sedangkan kedua pihak keluarga juga bersiap-siap di kamar masing-masing untuk ke acara resepsi nanti malam. Suasana dalam kamar awkard, Bella yang sejak tadi hanya diam tak mengeluarkan sedikit pun suara sembari menghapus make-up.

Adnan masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, beberapa menit kemudian pria itu keluar dengan mengenakan baju kaos dan celana jersey bola.

“Kenapa?” Tanya Adnan tiba-tiba.

“Kenapa? Apa?”

“Nggak jadi,” balas Adnan sebelum merebahkan diri. Kakinya sangat pegal karena tamu terus berdatangan tiada henti, bahkan kata Kavin tamu saat ini masih banyak yang berdatangan.

“Aneh banget,” gumam Bella.

Adnan memejamkan matanya, pikirannya berkelana jauh. Menikah di umur yang biasanya masih dipakai senang-senang untuk beberapa pria yang gila kerja membuatnya benar-benar tak menyangka, bahkan menikah dalam hidup Adnan adalah hal yang paling tidak pernah ia usik.

Mungkin Adnan juga merasa aman karena menurut yang diketahuinya Ghea sudah dijodohkan, mungkin orang tuanya lebih berharap ke Ghea soal cucu dikarenakan Ghea satu-satunya anak perempuan, apalagi umur Adnan yang masih 27 biasanya pria di umur segitu sedang semangat-semangatnya mengejar karir.

Soal perjodohan, Ghea belum mengetahui hal itu, jika adiknya tahu pasti perempuan itu akan mengamuk seperti gorila. Ghea sesulit itu dikendalikan.

Adnan melirik Bella yang masih sibuk berkutat dengan pernak-pernik dikepalanya. “Mau dibantuin nggak?” Tawarnya.

“Nggak usah!” Tolak Bella cepat.

Adnan tersenyum jahil. “Mau dibantuin nggak istriku sayang?” Tawar Adnan lagi sengaja menekankan dua kalimat terakhir.

Bella berdecih, “nggak! Jijik dengarnya,” komentar Bella.

Bella bergidik ngeri saat melihat tampilan perempuan itu pantulan dari kaca, hal itu membuat Adnan tertawa puas hingga sudut matanya berair.

“Bahagia banget sih pengantin baru,” komentar Ratu yang baru saja masuk, perempuan itu masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Adnan menyunggingkan senyum tipisnya ke arah Ratu, ia dan Ratu sempat beberapa kali berbicara.

“Adnan ketawa kenapa sih? Kalian berdua bahas malam pertama ya?” Tanya Ratu blak-blakan.

“Oiya dong,” balas Adnan santai.

“Woi, enggak!” Panik Bella seraya membalikkan badannya menghadap Ratu.

“Panik amat buk,” kekeh Ratu, “eh kata tante Belina kalian mau makan apa enggak? Bentar lagi MUA-nya datang,” lanjutnya.

“Gue mau makan deh, kan nggak lucu kalau tiba-tiba gue tumbang di pelaminan karena kelaparan,” sahut Adnan.

Ratu tertawa kecil sembari mengacungkan jempolnya, “oke, lo mau nggak Bel?”

Marriage, Not DatingWhere stories live. Discover now