Chapter 24 - Kembali ke Jakarta

8.7K 817 18
                                    


“Welcome Mas Adnan dan Mbak Bella,” sambut Ghea heboh sembari memindahkan koper yang diseret Bella ke tangannya, “biar Ghea yang bawain Mbak.”

“Ghea!” Tegur Bagaskara yang menjemput menantu dan anaknya itu di bandara.

Ghea menaikkan sebelah bibir atasnya, “nyebelin banget,” cibirnya.

“Ghea! Kamu ini ya!” Balas Aminda mencubit lengan anak gadisnya.

Bella tertawa riang, “nggak papa kok Mah, Pah. Aku malahan senang kalau disambut kayak gini,” ucapnya melemparkan senyum tipis pada adik iparnya yang super aktif itu.

Bella dan Adnan mengambil penerbangan malam, Bella juga sudah memberitahukan orang di rumahnya tentang kepulangannya ini, mungkin besok pagi barulah Bella berkunjung ke rumah orang tuanya. Sebelum kembali ke Jakarta Bella sempat mengajak Bima untuk pulang bersamanya, tetapi sepupunya itu langsung menolak mentah-mentah.

“Ah mantu Mamah,” ucap Aminda sembari merengkuh Bella ke dalam dekapannya, mengelus punggung Bella dengan penuh kasih sayang.

Adnan mendaratkan tubuhnya di sofa empuk ruang tengah, Ghea menatapnya dengan tatapan menggoda lalu memegangi bajunya kemudian ditarik-tariknya sembari menunjuk Bella menggunakan dagunya.

“Apa sih?” Tanya Adnan tanpa suara hanya gerakan mulutnya saja.

“Itu hoodie Mas ‘kan?” Tanya Ghea dengan senyum manis di bibirnya.

Adnan memutar bola matanya, “kepo banget sih bocah!” Balasnya.

Tingkah keduanya tak lepas dari sudut pandang mata Bella, meskipun saat ini ia sibuk memperhatikan mama Aminda bercakap-cakap sedangkan papa Bagaskara sudah masuk terlebih dahulu di kamarnya.

“Kok bangun sih sayang,” ucap Adnan saat mendengarkan langkah kaki dari arah dalam, Gentara melangkah dengan lunglai sembari mengucek matanya.

“Kakak Adnan,” cetus anak lelaki itu manja kemudian mempercepat langkahnya, sedangkan Adnan sudah terlebih dahulu merentangkan tangannya siap untuk memeluk sang adik.

“Kangen banget sama Genta, kamu gimana kabarnya? Udah terbiasa tidur sendiri dong ya?”

Gentara menggeleng lemah, “tidur sama Mbak Ghea aku selalu dimarahin, disuruh-suruh ambilin dia air di dapur meskipun aku sudah tidur,” adunya.

Ghea membulatkan matanya, “si Genta!!”

“Gitu ya Ghe sama adik sendiri, jangan harap kamu habis ini dapat jatah bulanan,” ancamnya pada Ghea.

Ghea beranjak dari tempatnya duduk, “Mas Adnan egois, cuman Genta yang Mas Adnan sayang sedangkan aku enggak!”

Adnan menatap Ghea melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan kaki yang disentak-sentakkan, Adnan tak peduli dengan remaja tersebut, jika Ghea diberi hati maka remaja tersebut akan melunjak jadi Adnan biarkan saja, sedangkan mama Aminda hanya merespon dengan gelengan kepala, lelah dengan semua drama yang dibuat Ghea selama beberapa hari ini.

“Mas!” Tegur Bella sembari melemparkan tatapan tajam pada Adnan dan sialnya malah terciduk Gentara hingga membuat anak lelaki itu pindah ke pangkuan mamanya.

Bella spontan menggeleng, “enggak gitu Genta.”

“Kenapa Bella?” Tanya Aminda.

“Ah enggak kok Mah,” elak Bella.

“Yaudah kalian masuk gih ke kamar, Genta kamu bobo sama Mamah ya nggak usah sama mbak Ghea,” ucap Aminda sembari merangkul Gentara.

Bella mendaratkan tubuhnya di atas kasur king size dengan lelah. Sedangkan Adnan bolak balik dari lantai bawah ke lantai dua mengangkat koper Bella yang berjumlah lebih dari satu itu.

Marriage, Not DatingWhere stories live. Discover now