Chapter 38 - Ledakan bom

6.7K 699 30
                                    


Tepat hari ini sudah tiga hari Bella mendiamkannya, suasana rumah benar-benar tak mengenakkan, Adnan sudah berusaha keras agar Bella berbicara padanya tetapi balasan perempuan itu hanya tatapan tajam yang mendominasi.

Dua hari ini setiap Adnan pulang kerja yang didapatinya punggung sang istri sedangkan saat matanya terbuka di pagi hari Adnan disuguhi tempat tidurnya yang sudah kosong, setiap pagi Bella menghabiskan waktunya di halaman belakang hingga Adnan berangkat ke restoran barulah perempuan itu beres-beres rumah dan makan.

Pagi ini Adnan sengaja tak berangkat ke restoran, kali ini ia bertekad akan memperbaiki hubungannya dengan Bella meskipun sebenarnya ia tidak tahu dimana letak kesalahannya berada, karena sebelum malam itu hubungannya masih baik-baik saja bahkan lebih baik-baik saja.

"Nggak capek?" tanya Adnan yang berdiri di teras halaman belakang menatap Bella yang sibuk menyiram tanamannya.

Bella menoleh sebentar lalu kembali fokus merawat tanaman stroberinya. Adnan menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya kasar sebelum menghampiri Bella.

"Nggak capek kayak gini terus? Aku nggak tahu apa-apa tapi kamu malah kayak gini Bel, aku nggak tahu kesalahan apa yang aku perbuat sampai kamu kayak gini," ungkap Adnan yang kini berdiri di samping Bella yang sedang duduk jongkok menghadap tanamannya.

Bella diam beberapa detik, perempuan itu mengubah posisinya menjadi berdiri lalu menatap suaminya itu nyalang, "kamu nggak tahu karena kamu nggak cari tahu!" ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Adnan yang menggeram kesal.

Adnan mengusap dadanya sembari memejamkan mata, mencoba meredam emosinya yang mulai tersulut, setelah merasa tenang barulah Adnan masuk ke dalam untuk menyusul Bella, bukannya ia sudah bertekad akan memperbaiki hubungannya hari ini bahkan sampai rela membatalkan rapatnya dengan klien luar.

Saat kakinya menginjak lantai dapur Adnan langsung berlari menuju kamar mandi yang berada di kamarnya saat mendengar Bella muntah, Adnan mendorong pintu kamar mandi yang beruntungnya tak dikunci Bella.

"Kamu habis makan apa?" tanyanya khawatir sembari memijat tengkuk Bella yang terus muntah, namun anehnya tak ada sisa makanan yang  dimuntahkan  Bella melainkan hanya air yang bercampur cairan warna kuning.

Bella menyalakan air keran lalu membasuh mulutnya, perempuan itu menepis tangan Adnan yang masih setia memegangi tengkuknya. Adnan tak protes pria itu hanya diam sembari mengekori Bella yang keluar dari kamar mandi dengan langkah letih.

"Kamu kenapa sayang? Kamu habis makan apa? Jangan-jangan kamu jarang makan," cerocos Adnan, Bella tak merespon perempuan itu hanya diam lalu merebahkan tubuhnya kemudian memejamkan mata.

"BELLA!!" bentak Adnan teramat muak membuat Bella perlahan membuka matanya.

"Maag aku kambuh," jawab Bella pada akhirnya meskipun terdengar malas.

Adnan mengerjapkan matanya beberapa detik kemudian melangkah meraih hoodienya yang digantung di belakang pintu, setelah Adnan keluar dari kamar tak lama kemudian terdengar suara mesin mobil pria itu keluar dari halaman depan.

Bella menghela nafas panjang, belum ada beberapa detik Bella memejamkan mata rasa mualnya datang kembali hingga membuatnya buru-buru turun dari ranjang bergegas ke kamar mandi.

Bella tak bertenaga setelah muntah lagi pagi ini, kemarin-kemarinnya ia sempat beberapa kali muntah tetapi tak separah hari ini. Bella tak kuat lagi melangkah hingga bersandar di tembok kamar mandi setelah selesai muntah, tenaganya terkuras habis setelah memuntahkan isi perutnya.

"Astaga Bella," ucap Adnan panik setelah mendapati Bella terkulai lemas di kamar mandi.

Adnan memindahkan Bella ke ranjang, setelah mengganti baju istrinya itu dengan yang kering Adnan menyelimuti Bella hingga dada, meskipun Bella sempat protes dan marah saat Adnan melepaskan bajunya. Adnan mengambil obat maag yang dibelinya tadi di apotek menyerahkan pada Bella agar segera meminumnya.

Marriage, Not DatingWhere stories live. Discover now