Chapter 12 - Karma

11.4K 1K 24
                                    

Bella berharap besok cuaca bersahabat dengan dirinya dan juga rencananya.

Bella menatap sekelilingnya, kamar dengan ruangan 5×4 itu benar-benar menyesakkan jika bersama Adnan, bukan karena apa-apa, hanya saja pria itu terus menimpali perkataan Bella dengan otak kotornya.

"Kenapa? Kamu nggak suka tidur disini?" Tanya Adnan setelah keluar dari kamar mandi. Mereka berdua untuk sementara di Kuta akan menetap di restoran Adnan, tepatnya di ruangan pribadi pria itu, ruangan dengan cat tembok biru tua dan berbagai fasilitas lengkap di dalamnya sungguh membuat Bella nyaman jika saja tidak ada Adnan bersamanya.

Bella yang sudah terlebih dahulu membersihkan diri selepas hujan-hujanan tadi memutar bola matanya jengah, "iya nggak suka kalau ada kamu! Kalau sendiri sih suka."

Bukannya malah sakit hati dengan perkataan Bella, Adnan malah terbahak sembari melangkah mendekati Bella yang berdiri di depan televisi sembari memilih-milih film netflix apa yang bagus ditontonnya.

"Mau nonton apa sih?" Tanya Adnan penasaran, karena sejak Adnan hendak mandi dan selesai mandi Bella masih berkutat dengan remote televisi.

"Nggak tahu juga, eh kamu kok nggak keluar sih? Sana bantuin karyawan kamu di bawah," cetus Bella seraya mendorong punggung Adnan agar keluar.

Adnan berdecak pelan, melangkah menuju ranjang kemudian merebahkan tubuhnya disana.

Bella mengangkat bahunya acuh lalu kembali memilih film. Pukul menunjukkan jam 20:45 dan Bella sudah putus asa dengan pencarian film yang bagus, perempuan itu kini duduk di tepi ranjang dengan raut malas sedangkan Adnan berbaring di ranjang sembari memainkan ponselnya.

"Bel kita jalan-jalan yuk," ajak Adnan yang kini sudah mengubah posisinya menjadi duduk.

"Nanti hujan lagi," balas Bella.

"Enggak, aku udah lihat cuaca hari ini katanya malam ini cerah," kata Adnan sembari menunjukkan ponselnya ke Bella yang memperlihatkan prediksi cuaca malam ini.

"Yaudah, sana tungguin aku diluar," usir Bella.

Adnan beranjak dari ranjang, "pakai celana panjang ya Bel."

"Iya Adnan, bawel deh."

Adnan menoleh lalu menghentak-hentakkan kakinya sembari menopang dagunya, "ih gemes banget sih," ucapnya persis banci.

Bella tersenyum garing lalu mendorong Adnan agar cepat-cepat keluar dari kamar, memberinya ruang untuk berganti pakaian.

Selang beberapa menit Bella keluar dari kamar, perempuan itu hampir saja terjungkal jika saja reflek Adnan tak bagus, ini semua karena Bella terkejut melihat Adnan yang bersandar di samping kusen pintu dengan senyum manis idiotnya.

"Sayang! Hampir jatuh kan," tegurnya.

"Gara-gara kamu!"

"Kok aku?"

"Karena kamu berdiri disitu!"

"Salah lagi, salah lagi," gumam Adnan.

Keduanya melangkah menuruni anak tangga, lantai dua memang dikhususkan hanya untuk kamar Adnan jika pria itu berkunjung ke Bali, karyawan juga dilarang naik ke atas kecuali punya kepentingan khusus.

"Eh, mau ke mana nih Bos?" Tanya salah satu karyawan di dapur. Lantai dua mini itu memang hanya mempunyai tangga di dapur, membuat Bella mau tak mau harus melewati karyawan-karyawan Adnan yang keponya sudah seperti admin lambe.

"Kepo banget sih lo, intinya gue mau bersenang-senang sama bini gue," balas Adnan sembari merangkul Bella mesra, selalu seperti itu jika di depan karyawannya, dasar pencitraan.

Marriage, Not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang