"Abangggg." rengek Syasha lemah, dia memeluk abangnya yang sebenernya kena kotoran muntahannya.

El mengangkatnya dan menidurkannya di kasur. "Kenapa pergi?" tanya El menahan kesal.

"Syasha mau nyuruh abang pake kecap buburnya! Bau tauu!"

El menghela nafasnya lalu menoleh ke arah maid. "Ganti bajunya."

Maid itu sontak mengangguk. El beranjak, dan memutuskan mandi untuk kedua kalinya.

"Kenapa sih abang lupa mulu," dengus Syasha sambil duduk.

Maid di depannya terkekeh gemas. "Kan yang buat bukan dia non."

"Ya kan bisa nanya dulu ke Syasha maunya apa. Syasha males deh. Abang suka gitu, suka gak ngertiin Syasha maunya apa!"

"Nah kalo gitu. Syasha aja yang harus ngerti abang nona. Bilang langsung kalo mau apa-apa," ujar maid seraya tersenyum.

Syasha menggeleng. "Abang kan sayang Syasha. Jadi abang yang harus ngertiin Syasha," jawab Syasha sekenanya.

Maid itu kembali tertawa seraya menggeleng. "Iya-iya. Sekarang ganti baju dulu ya, mau di lap juga kan?"

Syasha mengangguk. "Badannya lengket," rengek Syasha tak sabar. "Mba Hani kemana?"

"Belum datang non, mungkin bentar lagi."

Saat Syasha asik di bersihin tubuhnya, di lain tempat. Tepatnya di kamar Syasha sendiri, empat orang laki-laki tiba-tiba muncul mengagetkan El yang baru selesai mandi.

"Syasha sakit lo gak bilang?!"

El mengernyit, melihat sepupu-sepupunya datang dengan raut cemas bercampur marah.

"El!" bentak Revan.

"Sory, gue lupa." El menaruh handuknya di keranjang kotor.

"Terus mana Syasha, kok nggak ada?" tanya Samuel cepat.

"Kamar gue." El menatap datar mereka berempat. "Dia lagi di bersihin, tunggu dulu."

Samuel berdecak. King dan Marvel menunggu di sofa, sedangkan sisanya berdiri. El duduk di kasur seraya memainkan hpnya, melihat pesan daddynya yang terus-terusan minta informasi Syasha. Dan El jawab dengan seadanya.

"Untung mami sama papi pindah," ujar Revan membuka suara. King mendongak. Sedangkan Revan memutuskan duduk di samping El, di ikuti Samuel.

"Rusia vs Ukraina. Lo gak tau?"

"Tau," jawab King.

"Eh iya! Pantes mereka susah banget ngurusin kepindahannya ya."

El mematikan ponselnya.

Revan mengangguk. "Terus yang lain udah di jalan belum? Katanya pagi ini?"

"Bukannya sore?" sahut Marvel.

"Daddy kan majuin, gara-gara Syasha sakit."

Marvel ber'oh' ria.

"El mereka udah di jalan?" tanya Revan seraya menatap ke arah El.

"Belum."

Baru saja Revan membuka mulut, pintu kamar di buka oleh seseorang. Dan mereka memusatkan perhatiannya pada orang itu yang ternyata maid yang tadi ngurusin Syasha.

El segera berdiri. "Udah?"

Maid itu mengangguk. "Udah tuan, tapi nona nggak mau makan buburnya walaupun sudah saya beri kecap."

El berdecak, King, Revan, Marvel, dan Samuel yang tidak mengerti segera mengikuti El yang kini mulai berjalan keluar.

Setelah sampai, mereka berlima langsung memusatkan perhatiannya ke arah gadis yang memakai baju rajut berwarna putih, tubuh bawahnya diselimuti dengan cupluk di atas rambut panjangnya, serta plester demam di kening. Gadis itu tungkerap di atas kasur sambil menonton film disney di televisi kamar.

"Cantik banget," gumam Revan frustasi lalu menatap El. "Dia sakit beneran El?"

El mengangguk, mereka mulai menghampiri adiknya yang masih tidak sadar kehadiran mereka berlima.

"Sayang."

Syasha berdehem, masih tak sadar yang naik ke atas kasurnya bukanlah abang El dan yang memeluk tiba-tiba juga bukan El melainkan Revan.

"Syasha mau nonton..." rengeknya tak nyaman. Setelah itu tubuhnya kembali di peluk seseorang karena merasa berat, Syasha menoleh terkejut. "Bang Revan? Bang Sam?"

Mereka berdua menyengir bersamaan. Syasha memutuskan duduk, saat melihat King dan Marvel juga ada di belakangnya.

"Abang?!"

Revan kembali memeluk adiknya. "Anget bangettt."

Syasha mengerjapkan matanya bingung. "Kok abang disini? Mau ngapain?"

"Kamu udah sehat?" tanya Revan lalu mengecup pipinya.

Syasha bergerak risih. "Abangggg, Syasha gak mau di ciumm!"

Revan terkekeh. "Kenapa?"

Bibir Syasha mengerucut. "Syasha belum mandi, pasti bau kan?"

Mereka sontak tertawa bersama. Bahkan El dan King ikut tertawa kecil mendengar itu. Hanya Syasha yang siap untuk menangis, merasa abang-abangnya tengah mengejeknya.

"Abang kok ketawa?" ujar Syasha dengan suara bergetar. Demam nya membuat perasaannya bisa berubah sensitif dalam waktu cepat.

Tubuhnya kembali di peluk. Kali ini oleh abang Samuel yang tahu dirinya akan menangis. "Don't cry."

Revan menghentikan tawanya. Dia bergerak mendekati Samuel dan Syasha. Dan mencium kembali kening Syasha cepat.

"Belum mandi aja baunya udah kayak abang abis mandi pake kembang tujuh rupa tau," ujar Revan.

King dan El ikut duduk mengelilingi adiknya. Syasha kembali mengerucutkan bibirnya. Air matanya sudah ada yang jatuh namun segera Samuel hapus dengan lembut.

"Berarti Syasha bau banget ya?"

Revan menggeleng cepat. "Wangi bangettt, nggak ada bau-baunya sama sekali."

"Bener?" Tatapan Syasha beralih ke arah El dan King secara bergantian. "Bohong kan bang? Syasha bau kan? Syasha belum sikat gigi, terus Syasha juga muntah terus."

Tiba-tiba King mendekati adiknya, memajukan wajahnya lalu berhenti di depan wajah Syasha. Diam tak bergerak membuat Syasha kebingungan sambil menatap mata abangnya. "Abang lagi ngapain?" tanyanya polos.

"Cium kamu."

Syasha mengerjapkan mata sebelum tangan kecilnya terangkat memegang pipi King lalu menarik pipi itu ke arah sampingnya hingga bibir abangnya terkena pipinya.

"Ini baru terasa abang."

TO BE CONTINUED...

Kabar baik kan?

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.


Kabar baik kan?

Jangan sakit ya, nanti Syasha sedih ngga ketemu kalian.

Btw don't forget vote and coment biar Syasha semakin besar xixii ^^

See you!

Syasha (Sudah Terbit)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum