46. Buah dari hasil menanam

8 3 0
                                    

Haikal berdiri di atas tangga yang membawanya lebih tinggi dari permukaan tanah,membawa tubuhnya agar bisa menggapai papan poster yang harus di beri pewarna cet,setelah selesai menuliskan sesuatu di sana, Haikal menurunkan wadah cat, memberikannya pada Key yang setia memegangi tangga,setelah setelai ia menepuk tangannya seakan membersihkan debu dari tangan itu,semua telah di atur sebagaimana keinginannya,poster di depan rumah pak Anwar telah jadi, begitupun dengan rumah yang di desain lebih luas dari sebelumnya dan itu Haikal yang mendesain,seakan merasa bangga dengan dirinya sendiri,hingga melupakan Key yang tengah bersusah payah menahan agar tangga agar tidak goyang,melihat gesture suaminya yang sudah lain dari yang lain membuat Key berang,ia manarik satu rambut kaki di sekitar jempol hingga membuat sang empu mengaduh.

“Rasain”semburnya.

Sedangkan keputusan itu kembali di sesali Key ketika sang suami terjatuh dari tangga, menimpa Key yang tengah memegangi cat berwarna biru yang kini menyapa permukaan kain dari baju dan jilbab Key,sedangkan Haikal mengecupnya sekali sembari berucap.“Romantis bukan?”katanya.

“Awas!!”pekiknya.

“Jika di film biasanya berpandangan dulu dek,baru setelahnya salah tingkah,lalu berakhir berciuman,lalu—”

“Berat Mas!!”

“Kau—”

“Ekhem,kondisikan”

Key dan Haikal lantas menoleh kikuk,Rain dan Neka di sana, memandang geli keduanya yang masih tumpang tindih,“Awas!”sembur Key.

Haikal turun perlahan,sengaja,mengerjai Key,tak lupa tangannya beberapa kali mengambil kesempatan langka,“Mas!!”Kasalnya,lalu,menendang dada itu hingga lebih cepat,Haikal yang terkena tendangan maut lantas saja mengaduh.

Setelahnya,Key berdiri dengan kesal, memunguti wadah dan juga membersihkan cat yang tertumpah dipermukaan rumput,sedangkan Haikal membereskan tangga.

“kita sih udah bosan nunggu ya,itu dedeknya kapan di produksi”Oceh Neke di pagar pembatas yang hanya setinggi perut orang dewasa.

“Kenapa gak kita aja?”Ujar seseorang di sebelahnya.

Sedangkan Neke menoleh cepat,segera ia menginjak kaki Rain hingga pemuda itu mengaduh kesakitan,“Nikah!”ketusnya.

“Lulus dulu”katanya,seraya merangkul gadis itu mesra.

“Belum halal Den”ucap Bik Ningsih.

***

Hari demi hari keduanya lewati dengan suka maupun duka,Key tidak kesah apabila jika kehidupan ekonomi rumah tangganyanya masih di katakan di bawah,Haikal sudah berusaha semampunya,bekerja paruh waktu dan juga sesekali ikut dosen mengerjakan proyek,keduanya akui,bahwa keputusan pak Anwar ada hikmahnya juga,buktinya,Key mensyukuri hidupnya yang sekarang,bersama orang yang juga mencintainya,pun Haikal sama seperti itu,menikmati kebersamaannya dengan Key, membangun pondasi rumah tangga mereka hingga kokoh meski di usia muda.

Gelar sarjana berhasil pemuda itu Raih di umur 24 tahun,Key begitu bangga,begitupun dengan Ambok dan Mamak yang belum bisa hadir,pernah Haikal membayangkan betapa sedihnya jika ia sarjana tanpa di dampingi orang tua,tapi takdir berkata lain,ia menemukan keluarga di sini, bersama istrinya,dan juga sahabatnya.

Kedua pemuda itu berpelukan selayaknya seorang lelaki,suka duka sidang skripsi dan juga proses pembuatannya yang terbilang sangat sulit berhasil mereka lalui,kini,gelar Strata satu berhasil mereka bawa di ujung nama,Haikal amat bersyukur dengan nikmat ini,meski harus di lalui dengan derai air mata sebelumnya.

“Mas!!! cepat”seru Key.

Hari ini,yang paling bersemangat adalah wanita itu,yang selama dua tahun lebih menemani Haikal di masa-masa sulitnya, sempat ia hampir menyerah dengan keterbatasan ekonomi yang mencekik,namun tak urung kesulitan itu menjadi titik balik sebagai penyemangat,demi kehidupan yang lebih layak kedepannya,demi keluarga kecil mereka.

Pasangan debatWhere stories live. Discover now