41. Tersangka

5 1 0
                                    

Dentingan suara kaki berlari dari koridor rumah sakit membuat ruangan itu ribut,sementara mayit masih di periksa,di depan ruangannya,Pak Sastro dan Bik Ningsih memberikan keterangan,serta beberapa warga yang mendengar teriakan.

Di kursi stainless,Haikal hanya bisa mendekap Key ketika ia masih bergetar hebat,jelas bahwa ia trauma,kejadian pembunuhan ini seperti dengan yang di alami bundanya dahulu,meninggal juga karena di bunuh, membuatnya memiliki trauma yang lebih dalam dengan peristiwa ini.

“Mas,kenapa ini terjadi sama Key.hiks..hiks”

“Bersabarlah dek”kata pria itu,ia setia merengkuh Key,memberinya ketenangan karena jika lepas kendali ia bisa melakukan apa saja yang nekat,dari kejadian,jelaslah mengapa Key selalu merasa gundah beberapa hari lalu ketika di Jogja.

Pukul delapan pagi,Neke dan Rain berdatangan satu persatu,hingga ketika sahabat Key itu datang barulah Haikal bisa melepaskannya bersama Neke.

“Saya harus mengurus beberapa hal dek,tunggulah bersama Neke”katanya.

“Mas—”

“Hanya sebentar”

“Aku ikut”Kata Rain.

“tidak perlu”katanya,ia lantas saja langsung berlalu pergi,menjauh dari ruangan Anwar.

Sedangkan tanpa sepatah kata lagi,Rain mengikutinya dari belakang.

“Sabar ya Key, pasti semua ada balasannya kok”katanya,seraya memeluk Key.

Semuanya berlalu dengan cepat,Anwar yang telah di kebumikan dua hari setelah pemeriksaan,lalu,tahlilan kecil yang diadakan Bik Ningsih di rumah,Key merasa kelu, semuanya hampa bahkan ketika Haikal memeluknya,masih terbayang-bayang tatapan sayang dari Anwar,candaannya,debatnya,membuat Key rasanya hampir gila menikmati ketidak nikmatan yang di berikan padanya,pada hakekatnya manusia memang tidak ingin kehilangan, begitupun Key,apalagi dengan kematian ayahnya yang tidak wajar,dari hasil pemeriksaan,dalam tubuh pria itu terdapat zat sianida sebelum ia di tusuk pisau tepat di dadanya,lalu,dengan bunga mawar yang telah layu yang di jahit di tangan kanannya.

Sirine polisi kembali terdengar kala Key duduk termenung di kursi taman,di sini, Haikal bersamanya,mencoba berbicara pada sang istri yang mendadak kelu.

Haikal lantas saja berdiri dari duduknya saat seorang berlari tergesa menuju taman,ia menatap datar dua orang berseragam yang menghampirinya tanpa salam.

“Ada apa pak?”katanya.

“Saudara Haikal,anda kami tangkap sebagai tersangka pelaku pembunuhan pak Anwar hadi”katanya seraya menarik tangan Haikal lalu di borgolnya,sedang yang satu menahan tubuh pria itu.

“Demi Allah bukan saya”kata Haikal.

Sedangkan wanita itu memutar sembilan puluh derajat kepalanya pada ketiga lelaki itu,“M.mas”cicitnya,ia lantas berdiri dengan deru napasnya yang perlahan membuncah.

Haikal menggeleng keras ketika wanita itu menatapnya benci,“Lepaskan saya!!”katanya, penuh penekanan.

Tak mengambil waktu lagi,kedua pria berseragam itu menyeret Haikal dari rumah,sedangkan di ambang pintu ada Bik Ningsih dan Pak Sastro yang juga menatap tak menyangka.

“Tunggu!!”seru Key.

Ia lantas berlari,hingga kemudian menghantam Haikal dengan tangannya sendiri tepat di wajah,“Brengsek Anjing!!”Makinya.

“Sabar buk,kami yang akan memprosesnya”

“Dek, kau istri saya”

***

Pasangan debatWhere stories live. Discover now