44. Terbukti bersalah

7 2 0
                                    

“Cukup bermain-main dengan kehidupan pak,Anda sudah terkepung”Kata Pak Rusli.

Sedangkan pria tua itu mengangkat alisnya bingung,di depannya,Bik Ningsih memias dengan degub jantungnya yang mendadak berhenti.

Key mengangkat wajahnya,memandang pria berseragam itu dengan pak Sastro bergantian, wajah pria tua itu terlihat tenang,nampak tidak ada ketakutan terhadapnya.

“Mengapa?suami saya belum cukup?”katanya,seraya bangkit dari pangkuan Bik Ningsih.

“Bu, tenanglah dulu”

“Key!!”panggil Neke, segera, gadis itu menarik Key dari kedua orang tua angkatnya,ia lantas menahan Key hingga ia tidak bisa bertindak sesukanya.

“Tidak perlu lagi barmain-main Pak Sastro Adri Dermawan,Pion anda telah di berenggus”tukasnya.

Semua telah rangkum, potongan puzzle telah berhasil team pecahkan kala Hanif di tangkap di daerah Bogor,tepat sekali, pria itu masih ada proyek dan harus tinggal lebih lama di Indonesia,ia masih belum menjadi terdakwa,masih tersangka,pria berusia sembilan belas tahun itu di interogasi,ia,dan Ayahnya,adalah tersangka baru setelah Haikal,sedangkan Rain hanyalah tersangka dari hasil analisis.

“Dia merenggut kebahagiaan saya”jelas Pak Sastro.

ketika tahu Hanif di seret di kantor polisi, tentu pria tua itu tidak akan membiarkan anaknya jatuh lebih dalam.

“Anwar bukanlah lelaki yang baik budinya,ia pantas mati”tukasnya.

***


Jakarta 1986

“Perempuan Mas”kata Arin penuh haru,Anwar tersenyum tulus sembari mengecup kening Arin lama.

“Terimah kasih”katanya.

Bayi mungil itu di letakkan di atas Arin, menyesap susu Arin dengan rakus,sedang Anwar di sisinya sibuk mengusap rambut tipis dari bayi yang ia beri nama Mariam Khairunnisa Dalilah,bayi itu masih merah, tubuhnya di bungkus kain berwarna Jingga,ia begitu manis, bibirnya merah,nampak begitu mungil hidung kecilnya,sesekali,ia meraung,nakal sekali.

“Kak,darah”kata Arin.

Buru-buru ia melepas mulut bayinya yang masih menyesap susu yang sudah berganti dengan darah,perlahan, bayi itu menangis,ia kelaparan.

Anwar keluar kamar,ia tak sanggup mendengar tangisan bayi itu,ia mengusap wajahnya gusar,ia segera menelpon saudaranya, mencari cara agar ada seorang yang bisa menyusui anaknya, selayaknya, malam ini bayi itu dapat tidur.

“Mas,gak bisa di cicil apa ya?”

“Kita kabur saja Sih,bawa Hanif”

“Loh,gimana to Mas,sudah di bantu kok malah kabur”

Anwar berjalan mendekat pada seorang yang tengah berbincang di kamar tepat di sebelah kamar inap istrinya.

“Wes mau bagaimana lagi Sih?jual rumah kita tinggal di mana?“

Anwar mengela napasnya pelan,bayi itu,masih terus menangis meraung-raung hingga terdengar sampai di luar, kinerja otaknya harus lebih cepat,hingga ketika mendengar bisikan tidak mampu membayar biaya rumah sakit itu membuatnya mempunyai harapan,ia akan memanfaatkan situasi ini,demi Anaknya.

Alhasil,malam itu, perjanjian berhasil Anwar kantongi, anaknya malam ini tidur dengan nyenyak atas susu dari wanita bernama Ningsih,kedua orang yang tidak di kenal itu,tiba-tiba menjadi salah satu bagian dari keluarnya Anwar dan Arin, keduanya bekerja sebagai pembantu dan supir,meski itu hanya sekilas pandang,Anwar tidak pernah memperlakukan keduanya seperti pesuruh,Anwar yang memang menginginkan anak lelaki begitu menyayangi Hanif.

Pasangan debatWhere stories live. Discover now