14. Mari Kita Berkencan!

10 2 0
                                    

Haikal menatap tempat tidur rapi dengan dua bantal yang di susun,selimut yang di lipat rapi.Sejak kapan dirinya seperti ini ?,merana.
Malam sepi dengan lampu rumah yang telah di matikan,hanya tersisa lampu belajar saja dengan satu orang yang duduk di kursinya, memegang pencil namun tak di gunakan.

“Namanya Mariam Khairunnisa Dalilah”ujar Anwar sembari menunjukkan sebuah foto seorang gadis.

Sedangkan Haikal segera meraihnya,menatap gambar gadis itu,nampak berbeda dari orang-orang lainnya,pakaiannya,pakaian yang menutup seluruh tubuhnya,tersisa wajah yang tidak ia tutupi, wajah berseri-seri itu, memikat hati.

“Saya tidak bisa pak,saya tidak pantas”sahutnya.

“Kal,kau bapak sudah anggap anak sendiri,kau tinggal di kota ini sendirian,kadang pula kau sakit dan tidak ada kabar,juga kau tak mau tinggal di rumah bapak,putriku itu,bukanlah orang yang sempurna seperti pada gambar,ia tidak begitu baik,ia pula tidak selalu bisa di atur,tidak begitu sholeha seperti yang kau lihat,ia ingin bapak titipkan padamu,agar kalian saling melengkapi”ujarnya dan Haikal tau,saat itu juga,Allah telah beri dia kesenangan satu lagi.

“cepatlah pulang Dek“ucapnya.

Entah sejak kapan perasaan ini muncul,Haikal tau itu,rasa ini,akan ia jaga.

Ia lalu kembali melanjutkan kegiatannya,menorehkan dawet pencil di atas kertas,menarik garisnya hingga memanjang mengikuti arah lurus mistar,sesuai dengan nomor pada mistar yang menujukkan cm.

Beberapa gambar belum terjual,masih banyak yang harus Haikal tingkatkan kualitas gambarnya,secara detail dan juga terarah,menjadi seorang mahasiswa Tehnik Arsitektur,bagi Haikal,itu adalah sebuah nikmat besar di antara banyaknya orang yang ingin sekolah namun terhalang tekad. Bisa menempuh pendidikan sampai di bangku perkuliahan seperti sekarang ini,belum lagi dengan bidadari manis yang di titipkan padanya,rasanya,dunia ini,telah baik padanya.

***

“Mas dosss”

Haikal yang tadinya menyesap tehnya terenjut langsung berdiri, di gerbang sana,Key melambai dengan bajunya yang seperti biasa,kotor,penuh tanah.Ia lalu beranjak membukakan pintu gerbang,istrinya,pasti sudah lelah.

“Lihatlah,istrimu pulang masih bernapas”ucapnya seraya masuk ke dalam halaman rumah.

Senyum itu,mengembang walau wajahnya di olesi beberapa tanah mengering,persis seperti saat akad dulu.

“Lain kali,saya juga mau bermalam di gunung”sahut Haikal.

“oh,ya ?”ucapnya dengan nada mengejek.

“Kau meragukanku”

Key tergelak tertawa lalu membuka sepatunya,singgah menyesap teh suaminya lalu berlari kecil masuk kedalam rumah,ia akan mandi,lalu menggangu suaminya sepanjang hari di waktu libur.

Haikal duduk kembali di teras,kembali membuat sketsa.

Sedangkan di pagi ini para tetangga mendapatkan gosib barunya,bahwa istri Haikal selalu pulang pagi di minggu pagi,atau selalu pulang pada malam hari,tak habis-habisnya bergosib.

Haikal beranjak dari duduknya saat lelah membuat sketsa,sekaligus mengecek keberadaan istrinya yang Haikal rasa sudah terlalu lama tidak ada sahutan,ia berjalan menuju dapur,mamun nihil,tak ada orangnya,ia pun membuka kamarnya,barangkali ada Key di dalam sana,lucu juga,bahwa mereka tidur di dua kamar sekaligus,bahkan setelah Key bisa menerimanya pun ia kerap kali tidur di kamarnya sendiri,atau jika ketika marah.

Pasangan debatWhere stories live. Discover now