34 | Bramatya

1.1K 219 46
                                    

34 | Bramatya
Kemarahan



***



Jakarta, 31 Oktober 2020

Menginap di rumah Berlian mungkin sudah menjadi agenda bulanan Putri dan kawan-kawannya. Kebetulan sekali Putra juga tengah pergi entah ke mana, tidak berpamitan kepada Putri. Hari ini Putri, Jolanda, dan Dita bersantai di kamar Berlian yang menjelma sebagai basecamp mereka. Putri amat menggebu-gebu ketika Berlian mengundang mereka ke kediamannya, menyetujui ajakan sahabatnya itu karena otaknya tengah butuh refreshing. Beberapa hari yang lalu, Sri berpamitan kepadanya karena gadis itu juga rupanya tengah membutuhkan liburan untuk meredakan beban pikirannya. Sri hendak pergi ke pesisir Malang Selatan bersama sahabat-sahabatnya. Awalnya, Putri mendukung penuh keputusan Sri. Namun, semua berubah ketika gadis itu tahu bahwa Ayu turut serta dalam perjalanan itu, menggantikan Dara yang pulang kampung ke Ponorogo.

Putri semakin gondok ketika mengetahui mereka akan bermalam di salah satu penginapan di Pantai Balekambang. Dirinya tak ingin Ayu mendapat kesempatan untuk menjadi dekat dengan Dipuy. Gadis itu bahkan merengek kepada kedua orangtuanya agar diperbolehkan pergi ke Malang menaiki pesawat terbang saat itu juga, ingin menggantikan posisi Ayu. Namun, apalah daya. Ayah dan bundanya tidak mengizinkan putri sulungnya pergi ke kota yang amat ingin disambangi Putri karena musim liburan masih belum tiba. Kata mereka, untuk apa ke Malang jika hanya satu hingga dua hari saja berada di sana dan hanya pergi ke pantai? Lebih baik menunggu liburan panjang tiba sehingga gadis itu bisa pergi ke Malang selama dua minggu dan menjelajahi tempat itu bersama Sri dengan puas. Begitulah, Putri tak bisa menentang sabda kedua orangtuanya. Sri juga mengatakan hal yang sama, berjanji untuk mengajak Putri mengelilingi Kota Malang hingga gang tersempit jika Putri mengunjunginya suatu saat nanti. Akan tetapi, tetap saja rasa cemburu di hati Putri membara sehingga gadis itu beberapa kali mengirim pesan kepada Sri tentang Dipuy dan Ayu. Walaupun mereka tidak bertukar pesan seintens hari-hari sebelumnya, tetapi Sri dan Putri tetap saling mengabari.

Berlian baru saja memasuki kamarnya sembari membawa beberapa tas plastik karena mereka baru saja memesan makanan online. Putri tengah duduk bersandar di ranjang Berlian sembari mengonsumsi Shihlin karena dirinya mengidamkan makanan tersebut, juga beberapa dessert box karena sedang ingin makan yang manis-manis. Berlian, Jolanda, dan Dita menyadari gelagat Putri yang tidak seperti biasanya. Secara general, Putri akan berteriak kegirangan ketika pesanan Shihlin-nya sudah tiba. Namun, kali ini gadis tersebut terlihat lesu karena memiliki banyak beban pikiran. Jolanda menyikut lengan Putri hingga Shihlin yang hendak dimasukkannya ke mulut, jatuh menggelinding ke lantai. "Put. Lo kenapa, sih? Kalau ada apa-apa ayo cerita."

"Iya, you are acting weird," lanjut Dita.

"Ada kita yang mau dengerin lo, kok," timpal Berlian.

"Muka lo keliatan mengkhawatirkan. I'm sure it's not about school thingy, right?" tanya Jolanda.

"Bukan." Putri tertunduk lesu. "Kalian inget enggak sih waktu dulu gue cerita kalau dada gue sering sakit? Sebenernya, dibantu Mbak Sri, gue udah nemuin jawabannya. Setelah diskusi panjang dan gue banyak berpikir, kayaknya gue emang reinkarnasinya Dyah Pitaloka. Sekarang dada gue udah jarang sakit kayak dulu, padahal waktu itu udah ganti dokter dan enggak ada yang tahu penyakit gue apa."

"Anjir. Told ya Putri is the reincarnation of Pitaloka!" todong Berlian, mengingat-ingat kembali bahwa dulu dirinya pernah memiliki hipotesis yang sama dengan Sri dan Putri.

Putri jelas terkejut, tak ingat kapan Berlian mengutarakan hal tersebut. "When? I don't remember that!"

"Halah, lo pelupa, sih. Dulu pokoknya, waktu gue main ke rumah lo."

PratiwimbaOn viuen les histories. Descobreix ara