7 | Yuwaraja

2K 373 79
                                    

7 | Yuwaraja
Putra Mahkota



***



Jakarta, 9 Maret 2020

"Ka-kamu Hayam Wuruk?"

Pukul dua belas malam lewat, Putri menatap sosok aneh yang berada di hadapannya itu. Penampilannya tidak begitu asing, sering ia lihat di pertunjukan seni kebudayaan Jawa dengan tambahan beberapa ornamen yang belum pernah terlihat sebelumnya. Gadis itu masih ketakutan setengah mati dan tidak percaya dengan pengelihatannya. Ia merasa tengah berhalusinasi atau tanpa sadar terlelap setelah membaca Forgive Me For Leaving You dan sekarang tengah berada di alam mimpi.

"Ini bukan mimpi. Kamu masih berada di dunia nyata," ucap sosok lelaki itu seraya tersenyum, lebih mirip seringaian. "Dan, aku bukan Hayam Wuruk. Yah, tapi aku dan sang maharaja idolamu itu memang sama-sama tampan. Jadi, wajar jika kamu salah mengenaliku."

Putri tak percaya dengan ucapan sosok tersebut. Ia menjauhkan tubuhnya hingga punggungnya membentur kepala ranjang. Gadis itu masih belum bisa mengeluarkan berkata-kata, pita suaranya seperti tengah terjepit. Menatap lekat-lekat sosok asing bermahkota itu, dari ujung kepala hingga kaki tak ada yang ia lewatkan. Menengguk ludahnya, Putri memberanikan diri untuk berbicara. "Bohong. Buat apa lo datang ke sini? Apakah lo datang ke sini karena gue menangisi kisah cinta lo dari cerita yang gue baca?"

Tertegun, gadis itu menyadari sesuatu. Ada kemungkinan bahwa yang berada di depannya memanglah maharaja dari Majapahit yang tersohor. Bagaimana bisa ia berbicara tak sopan, dengan bahasa gaul pula? Takut dikutuk, gadis itu meralat ucapannya. "Eh, bukan gitu. Maksud gue—saya, eh, Hamba, kenapa Baginda Maharaja Hayam Wuruk mendatangi Hamba malam ini?"

Sosok lelaki yang Putri yakini merupakan Hayam Wuruk itu menyentuh dagunya dan menahan tawa yang hampir meledak. Ia terdiam selama beberapa saat dengan senyuman yang terlihat menyebalkan sekaligus menakutkan di mata Putri. Tentu saja menyeramkan! Entah makhluk itu merupakan roh atau jin qorin (jin yang menyerupai seseorang dan mendampingi orang tersebut dari momen kelahiran, hingga kematian) dari sang maharaja, Putri tak tahu. Datang pun tak tahu dari mana. Tiba-tiba saja muncul dan mengejutkan gadis itu dengan suara dalamnya dan mungkin tak ada manusia yang bisa menyamainya.

"Sudah dibilang kalau aku bukan Hayam Wuruk, 'kan?"

Raut tak percaya tetap terpancar dari wajah Putri. Gadis itu tak mengatakan apa-apa, hanya menilik ekspresi dari makhluk yang kini duduk di atas ranjangnya itu. Sesaat yang lalu, ia mungkin merasa takut. Akan tetapi, kali ini penasaran yang lebih dominan. Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul dalam kepalanya ketika mengetahui sosok tersebut berkomunikasi dengan sangat lancar dalam bahasa yang dapat Putri pahami. "Tidak mungkin. Eh, kamu bisa berbahasa Indonesia?"

"Hei. Aku kan sudah bilang kalau aku ini bukan Hayam Wuruk. Yah, walaupun aku memang mengenal dan pernah bertemu dengannya beratus-ratus tahun yang lalu. Dan oh iya, mau kamu ajak berbicara dalam bahasa Belanda maupun Arab, aku pasti bisa memahaminya. Bangsa sepertiku berkomunikasi melalui batin. Jadi, kami tak terhalang bahasa, Putri," jelas makhluk bermahkota itu. Kini, rasa takut Putri hampir sepenuhnya luntur. Meski begitu, ia tetap waspada karena takut sosok di hadapannya akan menyakitinya.

"Kenapa kamu susah percaya? Aku tidak akan melukaimu, santai saja."

"Anjrit, makhluk ini kayak bisa baca pikiran aja deh," batin Putri.

"'Kan, sudah dibilang kalau makhluk sepertiku ini bicara melewati batin. Tentu saja aku bisa membaca pikiranmu." Makhluk itu mulai geram, tetapi mencoba tetap bersabar agar gadis itu tak takut lagi dan tak mencurigainya.

PratiwimbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang