3 | Narendradhipa

3K 467 60
                                    

3 | Narendradhipa
Maharaja



***



Malang, 8 April 2019

Sri mengunjungi Mbah Kem Sabtu kemarin. Sang kakek menceritakan tentang pengalamannya menyusuri jejak Gajah Mada di sekitar Probolinggo dan Pasuruan. Beliau bercerita bahwa menurut hipotesisnya, Madakaripura yang tertuang dalam Kitab Negarakertagama adalah sebuah tanah di perbatasan kedua wilayah tersebut dan memiliki sebuah air terjun kecil yang aliran airnya tidak terlalu deras, sangat berkebalikan dengan Madakaripura yang selama ini dikenal masyarakat luas. Sri tidak bisa berkomentar apa-apa, sebab dirinya memang tak begitu paham tentang permasalahan itu. Yang ia ketahui, sejarah memang memiliki banyak versi dan setiap orang berhak memiliki hipotesisnya masing-masing, asalkan tidak melenceng dari yang tertuang pada kitab-kitab yang sudah terverifikasi kevalidannya. Ketika membaca dari banyak sumber pun, masih belum diketahui asal-usul Gajah Mada yang asli. Apakah beliau benar putra dari Gajah Pagon dengan putri kades Pandakan ataukah putra dari Curadharmawangsa bersama dengan Patni Nariratih? Entah, sampai sekarang kebenarannya masih terkubur oleh waktu.

Melihat cucunya kebingungan, Mbah Kem langsung mengalihkan topik dengan membicarakan perjalanannya menilik Situs Sekaran. Meski letaknya dekat dengan rumah Sri, nyatanya sampai sekarang gadis itu belum memiliki kesempatan untuk berkunjung. Mengingat bahwa daerah sekitar rumahnya merupakan wilayah kekuasaan Kusumawardhani, Sri bertanya kepada Mbah Kem tentang sang putri mahkota. Sayangnya, beliau tidak bisa menjelaskan banyak karena minimnya sumber. Jadi, begitu memiliki waktu senggang, sore ini gadis tersebut berselancar di mesin pencarian.

Kusumawardhani atau Bhre Kabalan, menerima wilayah kekuasaan tersebut dari ayahnya. Tahun lahir tidak diketahui, begitu pula dengan nama lahir dan gelar lengkapnya. Tak seperti neneknya, Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi, Kusumawardhani tidak menduduki takhta karena menyerahkan dampar kencana kepada sang suami. Wikramawardhana ingkang jumeneng nata ing Majapahit (yang memerintah di Majapahit), alih-alih istrinya yang sejak lahir telah dinobatkan sebagai putri mahkota atau rajakumari. Menurut Negarakertagama, keduanya telah dijodohkan sejak kecil oleh Hayam Wuruk. Dan selebihnya, sumber-sumber yang Sri baca banyak menceritakan tentang Wikramawardhana yang berperang dengan sepupu sekaligus adik iparnya sendiri, Bhre Wirabhumi. Sekarang, gadis itu malah sibuk membaca tentang Hayam Wuruk. Ternyata, masih ada banyak hal tentang sang maharaja yang belum pernah kakeknya ceritakan.

Sri menemukan sebuah lukisan yang menggambarkan wujudnya. Selama ini yang ada di pikirannya adalah Hayam Wuruk merupakan seorang maharaja muda yang tubuhnya kurus kerempeng seperti kebanyakan remaja pada masa ini. Ternyata tidak, perawakannya kekar dan berotot. Dan pertanyaan Sri, apakah benar wujud Hayam Wuruk seperti itu? Sebab jika iya, gadis tersebut bisa melihat bahwa sekilas sosok dalam lukisan itu mirip dengan sahabatnya. Siapa lagi jika bukan Dipuy? Tidak terlalu mirip, sih. Dipuy juga tak memiliki kumis tipis seperti Hayam Wuruk, sebab Sri suka mengeluh geli jika sahabatnya itu memelihara kumis tipis.

Jika dipikir-pikir, Dipuy selalu menuruti segala kemauan Sri meski sifat gadis sedikit menyebalkan. Di sekolah, ia selalu mengawasi gerak-gerik Sri dan tatapan matanya akan berubah menjadi sangat menyeramkan jika mendapati Sri bercanda dengan siswa lain, kecuali Dwi. Dan gadis itu akan balik memarahi Dipuy jika hal seperti itu terjadi. Sungguh sahabat yang posesif. Kecuali dengan Dwi. Dipuy sangat menikmati pertunjukan ketika Sri tengah marah kepada kawan semasa kecilnya yang kini sudah remaja itu.

Setelah menyadari kemiripan antara Dipuy dan sosok dalam lukisan Hayam Wuruk, otak Sri seketika berputar. Bagaimana jika Dipuy adalah reinkarnasi sang maharaja dan ternyata Sri merupakan kekasihnya di kehidupan yang lalu? Lalu, sebuah skenario terbentuk di benaknya. Suatu hari nanti Sri akan melakukan time travel ke masa lalu dan bertemu dengan Hayam Wuruk, lalu ia jatuh cinta kepada Sri. Namun, Sri tidak membalas perasaannya karena geli. Hei, ia sudah mengenal Dipuy semenjak mereka masih berupa bocah ingusan di taman kanak-kanak.

PratiwimbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang