33 | Anaksatra

1.1K 217 57
                                    

33 | Anaksatra
Rasi Bintang
Bab ini ada kaitannya dengan epilog Lelara ing Ati.



***



Malang, 31 Oktober 2020

Malam telah tiba, bulan dan bintang menghiasi langit laut selatan yang amat gelap. Sedari awal perjalanan mereka, Sri sibuk memikirkan kemungkinan jika ini bukanlah kali keduanya hidup di bumi. Bisa saja dari cerita mengenai dirinya dan Ken yang dilontarkan oleh Putra, ternyata gadis itu pernah terlahir di belahan dunia lain dan bertemu dengan diri Ken yang lain.

Pengetahuannya sangat minim jika dibandingkan dengan semesta yang luas. Gadis itu merasa dipermainkan apabila ternyata pernah bertemu dengan Ken di lain tempat dan lain waktu. Karena jika begitu, mengapa mereka kembali dipertemukan dan hanya Sri seorang yang jatuh cinta dan terjebak dalam ingatan samar tentang kehidupannya yang lalu?

"Sri ... kok melamun?" tanya Ayu sembari mendaratkan pantatnya di sebelah Sri. Gadis itu membuka sebotol air mineral dan meneguknya untuk menuntaskan dahaga. Gadis itu masih sedikit syok dengan pengutaraan Dipuy siang tadi, tetapi mencoba berlaku biasa saja. Terlebih di hadapan sahabat barunya. Ayu tidak ingin membuat Sri merasa tidak nyaman.

Sri tersenyum, tetapi tak mengalihkan pandangannya dari laut lepas yang berkilau sekaligus menyeramkan di saat yang bersamaan. "Tidak kenapa-kenapa, Mbak. Hanya kepikiran sesuatu."

"Kepikiran apa?"

"Kepikiran alasan kenapa aku selalu merasa sedih setiap datang ke pantai dan coban." Ah, Ayu mengerti perasaan itu. Ia selalu merasa familier ketika mengunjungi pantai-pantai di Malang Selatan, terutama Pantai Parangdhawa. Ia menyadari, hal tersebut disebabkan oleh adanya sisa-sisa memori dan keberadaan Gauri di tempat itu. Jiwanya pernah berkelana di tempat itu ratusan tahun yang lalu.

"Mungkin itu ada hubungannya dengan past life kamu," celetuk Ayu tanpa sadar. Tubuhnya menegang, untung saja ia tak keceplosan membicarakan tentang lamaran Hayam Wuruk di Pantai Parangdhawa. Sri tersenyum kecil ketika mendengarnya, masih tak menoleh ke arah Ayu. Ia masih mendaratkan pandangannya kepada laut dan pantai yang mungkin memiliki hubungan dengan past life-nya, seperti yang dikatakan oleh Ayu.

"Kamu percaya reinkarnasi, Mbak?"

"Percaya. Meski keyakinanku tidak membenarkan tentang reinkarnasi, aku percaya. Aku percaya bahwa diriku pernah hidup di masa yang lampau dan terlahir kembali di masa sekarang," ucap Ayu hati-hati, takut membocorkan rahasianya sendiri. Bagaimanapun ia telah berjanji kepada Elang. Sedekat apapun dirinya dengan Sri, Ayu tidak akan berani membeberkan hal tersebut. Terlebih, setelah mendengar pengakuan Dipuy tadi.

Jujur, ia ketakutan. Ia benar-benar sudah menganggap Sri sebagai keluarga sendiri, tak ingin semua hancur karena keegoisannya seperti yang sudah-sudah. Meski, ia akan tetap memilih Dipuy jika dihadapkan dengan opsi antara sahabat atau kekasih.

Kali ini, Sri menoleh dan menatap Ayu dalam-dalam. Terlihat keseriusan dalam matanya, tak ada lagi tatapan jenaka yang ditunjukkannya hampir sepanjang perjalanan tadi. "Konsep reinkarnasi sesungguhnya tidak sesimpel itu, Mbak."

"Maksudnya?" Ayu bertanya dengan alis bertautan. Sejak awal melihat Sri, Ayu tahu bahwa gadis itu misterius. Ada kalanya Ayu sama sekali tak bisa menebak jalan pikiran Sri. Kini gadis itu menyadari bahwa dahulu kala, sosok yang memiliki jiwa yang sama dengan Sri memang bersifat mirip dengan Sri. Putranya dulu pernah ketakutan jika berhadapan dengan sosok berpengaruh dan penyayang itu, sekaligus sangat menghormati dan menghargainya.

PratiwimbaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant