24 | Guhyanama

1.1K 211 12
                                    

24 | Guhyanama
Nama Rahasia



***



Malang, 2 Juli 2020

Putri berkata bahwa semedi adalah cara yang ampuh untuk menenangkan pikiran saat Sri sedikit mengutarakan kegelisahan hatinya. Namun, Sri sama sekali tak bisa fokus. Ia tidak bisa membersihkan isi otaknya dan selalu gagal dalam menit kesepuluh. Saat siang, ia tidak bisa fokus karena terlalu bising, kendaraan berlalu lalang di depan rumahnya. Saat malam, ia memang bisa bertahan selama beberapa menit. Saat bermeditasi itulah Sri melihat spektrum-spektrum warna dan berkesimpulan itu adalah warna auranya. Hijau mendominasi, menyatakan bahwa Sri tengah menempuh proses healing agar kewarasannya bisa dipertahankan. Selepas hatinya sedikit bersih, Sri menyudahi kegiatan yang ia lakukan tepat pada tengah malam itu.

Setiap malam Jumat Kliwon akan ada wewangian bunga dan dupa yang melintas di kamarnya. Terkadang bau itu hanya bertahan selama tiga puluh menit, tetapi sering tercium hingga pukul tiga pagi. Ia sedikit curiga, adakah makhluk selain para penjaganya yang sering menengok gadis itu? Atau mungkin, itu adalah wewangian pertanda salah satu penjaga atau leluhurnya memastikan keadaan Sri? Entah, gadis itu tak yakin. Namun, ada satu kemungkinan lain. Bisa jadi tetangganya ada yang diam-diam merangkap sebagai dukun dan yang dicium oleh Sri adalah sesaji yang dijadikan pangan lelembut yang dipekerjakan.

Jika sudah seperti itu, biasanya Sri akan menutup hidungnya dengan selimut. Setelah dicek, ternyata sekarang adalah Jumat Pon dini hari, tak heran jika bau dupa dan bebungaan itu tak tercium. Sebagai gantinya, ia mencium bau kentang yang tengah direbus. Inilah yang membuatnya ketakutan ketika mencoba meditasi di malam hari. Ia takut ketika membuka mata, sosok Om Wowo yang mendiami pohon milik tetangga akan mengganggunya. Meski hal itu tak mungkin terjadi jika Dewa ada bersamanya. Ia memiliki Tuhan yang selalu melindunginya, tetapi Sri akan merasa lega jika mengetahui Dewa yang dikirim oleh Tuhan untuk menjaganya, ada di sisinya. Sayangnya, Sri tak tahu apakah sang adipati duduk diam di singgasananya—kursi dari kayu jati dengan kain berwarna merah seperti milik para raja di keraton—yang selama ini gadis itu gunakan sebagai pasangan meja belajarnya.

Putra memberitahunya melewati Putri, bahwa Dewa suka duduk di tempat itu atau duduk di ujung kasur jika Sri menggunakan singgasana kesukaannya. Sang yuwaraja juga beberapa kali menyampaikan salam dari Dewa ketika sang adipati pamit tak bisa menjaga Sri selama beberapa waktu karena ada urusan yang harus diselesaikan. Permasalahannya, Dewa pamit kemarin dan tidak mungkin urusannya bisa selesai dalam kurun satu hari waktu manusia. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah benar jika Dewa sudah kembali. Suara cicak terdengar nyaring di telinga Sri, membuat sang empu ruangan membatin dan meminta hewan-hewan yang menghuni kamarnya itu diam. Kata Putri, Putra suka berbicara dengan cicak. Sri jadi yakin bahwa cicak-cicak itu diutus Dewa untuk memberi petunjuk bahwa sang adipati berada di tempat ini.

Merasa lega karena tidak mungkin ada yang berani mengganggu tidurnya jika ada Dewa, Sri mulai memejamkan mata. Kali ini ia terlelap dengan nyenyak, tak dipusingkan dengan mimpi-mimpi aneh yang akhir-akhir ini sudah jarang menyambanginya.



***



Paginya, Sri terbangun dalam keadaan bugar. Tak seperti yang sudah-sudah, gadis itu langsung meraih handuk dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Kedua orangtuanya yang kebetulan hari ini bekerja dari rumah, menatapnya penuh pertanyaan. Sungguh tak biasanya Sri bangun sepagi ini dan langsung membersihkan diri. Yang mereka tahu, Sri akan bermalas-malasan di atas kasurnya hingga siang menjelang dan baru membersihkan badan. Pemalas memang. Kuncoro dan Indah tak paham mengapa putri sematawayangnya seperti tuan putri di keraton yang hidupnya diayomi para dayang, padahal gadis itu cukup disiplin waktu jika menyangkut pendidikan.

PratiwimbaWhere stories live. Discover now