20 | Tulyalaksana

1.2K 247 15
                                    

20 | Tulyalaksana
Memiliki Tanda yang Sama



***



Sri menemukan dirinya berpijak di atas lantai berwarna krem, sebuah tempat bersejarah yang ada di kotanya. Gadis itu amat mengenali tempat ini, yang tak lain adalah bangunan SMP tempatnya menimba ilmu mulai lima dan berakhir satu hingga dua tahun yang lalu ketika ia lulus. Di tempat ini pula ia pertama kali bertemu dengan Ken dan mengamati pergerakan lelaki itu sehari-hari melalui sebuah lorong gelap, seperti kehidupan percintaannya. Kini, Sri berada di lorong tersebut. Sepi, tak ada seorang pun di sekolahnya. Menyadari ini hanya mimpi, Sri menyentuh dadanya dan tak merasa debaran jantung mengisi relungnya.

Kakinya melangkah santai menuju lapangan yang berada di ujung lorong gulita, melihat pemandangan tenda raksasa yang memenuhi tempat para siswa biasa berolahraga. Sri hafal betul, setiap sekolahnya berulang tahun, seluruh warga sekolah akan menyambutnya dengan antusias dan melakukan serangkaian acara untuk memperingatinya. Gadis itu tak heran ketika mendapati lorong tempatnya berdiri tadi sepi, sebab seluruh siswa dan siswi tengah berada di lapangan. Mereka menyiapkan stand bazaar untuk acara puncak yang Sri yakini diadakan esok hari. Tidak mungkin acara puncaknya hari ini karena siswa-siswi mengenakan pakaian olahraga atau jersey kelas, bukan seperti acara utama di mana mereka menggunakan kostum yang sesuai dengan tema.

Sri masih asyik menyusuri sela-sela bazar, tertarik untuk melihat Dipuy yang tengah berada di atas panggung untuk mempersiapkan tetek bengek pertunjukan esok hari. Teman-teman sejawatnya saat SMP dahulu sama sekali tidak menyadari keberadaannya, sibuk melakukan kegiatan masing-masing. Saat berada di ujung tenda, Sri mengagumi kemegahan panggung dadakan yang disiapkan oleh OSIS dan MPK sekolahnya. Tak rumit, warnanya eye catching, dan intinya Sri menyukai semua itu.

Senyum mengembangnya luntur begitu menyadari seorang lelaki tengah menatapnya tanpa berkedip. Itu Ken, membawa sebuah pot bunga sebagai hiasan panggung. Lelaki itu berdiri tak jauh dari Dipuy yang sama sekali tidak menyadari keberadaan sahabatnya, Sri. Mereka terdiam selama beberapa saat, sebelum secercah rasa takut terbit di sanubari sang gadis.

Di setiap cerita yang ditulis oleh Sista Sarkara, sejujurnya Ken selalu menjadi sumber inspirasi tokoh utama. Kecuali pada kasus FMFLY, Sri membuat tokoh Ayu jatuh cinta kepada Hayam Wuruk dan Dwi dengan harapan dirinya sendiri bisa menemukan pengganti Ken secepat mungkin. Banyak yang tidak sadar dan tak menganggap karakter Rian sebagai tokoh yang penting, sebab namanya hanya disebutkan satu kali sepanjang cerita. Para pembacanya tidak tahu bahwa Sri memang sengaja tak menceritakan dengan jelas bagaimana perasaan Ayu yang sesungguhnya kepada Rian. Dirasa tak ada kata yang pantas untuk menggambarkan bagaimana Ken di mata Sri. Ada begitu banyak hal yang terpendam dalam hati, menunggu hingga waktu meledakkan bom bunga-bunga dan penyakit hanahaki yang menggerogoti jiwanya. Sri hanya tak punya nyali untuk menghadapi realita bahwa Ken tidak pernah tertarik kepadanya, atau berujung menyakiti gadis itu dengan harapan semu.

Ketakutan itu seperti sesuatu yang nyata, terasa bahwa dadanya hendak meledak meskipun tak ada jantung dalam bentuk fisik di dalamnya. Secepat kilat badannya berbalik, kakinya bergerak menjauh dari tempat ini. Ia merutuki dirinya sendiri, "Tuhan, aku membenci ini. Kenapa lagi-lagi tubuhku bertindak berkebalikan dengan hatiku?"

Seluruh kerumunan di lapangan bagai tak menyadari keberadaan mereka berdua, sama sekali tak mengirim pandangan bertanya-tanya dan fokus pada pekerjaannya masing-masing. Seperti yang sudah-sudah, Sri menghindar dari lelaki yang selalu ia dambakan kehadirannya dalam mimpi. Bukan seperti ini yang ia mau, paling tidak seharusnya tubuh gadis itu bergerak sesuai nalurinya. Tidak kabur seperti orang yang tak memiliki nyali dan pengecut seperti ini.

Pratiwimbaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن