8 | Yatharta

2K 365 61
                                    

8 | Yatharta
Kebetulan



***



Kakinya menapak di tanah yang asing. Pohon-pohon di sekitar tempat ini bergoyang mengikuti irama angin yang mendayu-dayu. Sri berada di sebuah tempat yang amat sangat luas, sebuah tanah lapang dengan beberapa bangunan kuno yang pondasi bawahnya terbuat dari batu bata dan pondasi atasnya terbuat dari kayu. Ia melangkah menuju bangunan-bangunan itu dan mengagumi keindahan pahatannya. Tangannya terulur untuk menyentuh permukaan dinding itu, tetapi tak terasa tekstur kayu yang diukir berbentuk kembang wijaya kusuma itu. Sudah ia duga, dirinya berada dalam alam mimpi.

Ketika menoleh ke samping kanan, ada Ken tengah mengamati Sri sembari mengulum senyuman tulus. Jantung gadis itu berdegup kencang, antara bahagia dan ketakutan. Takut? Sri tak tahu kenapa bisa merasa ketakutan ketika berada di dekat Ken. Padahal, inilah yang selalu Sri inginkan. Ditataplah tubuhnya yang ternyata berbalut gaun dengan motif batik yang sangat indah. Kaki Sri tak telanjang, dibalut sebuah bangkiak. Tangannya beralih menyentuh rambut yang digelung ke belakang dan kepalanya ditempeli berbagai hiasan yang sayangnya tak bisa dirasakan oleh kulitnya. Lengan kanan dan kiri Sri dipenuhi gelang dan cincin yang menyilau mata.

Sri menatap Ken yang berdiri di sebelahnya dengan menggunakan sebuah kemeja dengan motif batik serupa dengan miliknya. Kakinya dibalut sebuah celana bahan berwarna hitam pekat dan terlindungi oleh sepasang sepatu hitam yang mengkilat. Rumput-rumput di dekat kaki mereka berdansa ditemani sang bayu yang berembus manja. Ketika Sri mendongakkan kepala, pandangan mereka bertemu. Ken masih setia menunjukkan wajah bahagianya kepada Sri. Kenapa mereka terlihat seperti tengah menghadiri sebuah acara lamaran?

Mencoba untuk meraih tangan Sri, Ken kalah cepat sebab gadis itu sudah terlebih dahulu mengambil selangkah mundur. Entah mengapa ada rasa sedih yang muncul ke permukaan hatinya, membungkus keinginan Sri untuk menggandeng tangan Ken dan menyebabkan ketakutan mengakar ke jiwa gadis itu. Sri tak tahu kenapa bisa begini. Sepertinya, ada yang salah dari dirinya. Keinginan hatinya tak sejalan dengan kakinya yang mulai melangkah menjauhi Ken. Sebelum membalikkan badan menuju arah lain, Sri sempat melihat raut kecewa yang amat mendalam di wajah tampannya.

Ken menyusul gadis itu, mencoba untuk meraih lengannya berkali-kali. Namun, Sri semakin gigih menghindarinya. Mulai dari berlari kecil, hingga melepas sepasang bangkiak di kaki demi bisa berlari dengan kencang. Hati Sri semakin meradang, ingin berbalik dan memeluk Ken, tetapi tubuhnya seperti bukan miliknya. Kaki, otot, dan persendiannya, mereka tak mengikuti kehendak Sri. Mereka dikendalikan oleh sesuatu sesuatu yang jahat. Yang ingin memisahkan gadis itu dengan Ken.

Awalnya, Sri masih bisa merasakan langkah kaki Ken yang menyusulnya. Namun, sekarang getaran itu telah hilang. Sri menemukan dirinya tengah berada di ujung lain lapangan luas, jauh dari bangunan yang tadi ia hampiri dan kagumi keindahannya. Ken, ia berdiri di tengah-tengah lapangan dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan kesenduan dan kebiruannya. Air matanya menetes, begitu pula dengan milik Sri yang meluruh melewati pipi. Tangan Sri terulur untuk membersihkan air mata Ken, meskipun lelaki jauh tak teraih. Namun, Sri hanya bisa menghapusnya dalam segala kehaluannya.

Mengapa di dalam mimpi pun Sri tak punya nyali untuk mendekap Ken dalam peluk?



***



Malang, 14 Maret 2020

PratiwimbaWhere stories live. Discover now