23 | Asuya

1.3K 229 36
                                    

23 | Asuya
Iri Hati



***



Malang, 1 Juli 2020

Perkataan Putra terngiang-ngiang di benak mungil Sri yang seluas semesta. Sang yuwaraja menyebutkan bahwa reinkarnasi Hayam Wuruk amat sangat mengenal salah satu di antara dua gadis yang terjebak dalam dunia penuh teka-teki, yakni Putri atau Sri. Hal itu masih menjadi topik utama overthinking Sri yang tak kenal waktu dan tempat. Bagaimanapun, keberadaan Putra dan Dewa sebenarnya masih sulit diterima oleh akal sehat Sri, sebab terkadang gadis itu terkadang terlalu keras kepala dan sangat rasional—hanya mempercayai hal-hal yang sudah terbukti dan ia lihat dengan mata kepala sendiri. Sementara hingga saat ini, dirinya sama sekali belum melihat penampakan kedua bangsawan dari dunia sebelah itu. Ia sempat mempertanyakan hal itu kepada Putri berkali-kali. Lawan bicaranya itu hanya menimpali, "Putra baru mau menampakkan wujudnya ke kamu kalau Dewa udah nongol."

Separuh dirinya meyakini keberadaan mereka berdua, tetapi separuh yang lain menolak. Dalam benaknya berputar bagaikan kaset rusak, suara orang-orang di sekitarnya yang menyuruh para manusia untuk tidak percaya pada bangsa lelembut, terutama jin karena mereka penuh tipu daya. Ia juga ingin seperti Putri yang mempercayai Putra apa adanya, tetapi hal itu sungguh sulit dilakukan. Sudah banyak bukti yang dikirimkan Dewa kepadanya. Melalui mimpi atau simbol-simbol tertentu. Namun, ia terlalu takut untuk percaya. Takut itu adalah makhluk lain yang menyamar sebagai Dewa. Sri tahu setiap spirit guide hadir karena memiliki tujuan baik, ia tak ragu jika Dewa adalah sosok yang keberadaannya positif. Akan tetapi, bagaimana jika selama ini yang ada bersamanya bukan Dewa yang asli? Bukan Dewa yang selama ini ada di pikirannya? Juga mengenai gambar harimau yang hilang. Sri masih berpikiran bahwa dirinya salah menaruh dan melupakan letaknya.

Semua ketakutannya diperkuat oleh ditentangnya keinginan Sri untuk mempelajari perihal makhluk gaib di salah satu sahabat bapaknya yang memiliki kemampuan khusus. Bapaknya marah besar, memerintahkan anak gadisnya untuk memperbanyak ibadah daripada bergaul dengan bangsa jin yang penuh tipu daya. Kuncoro selalu memegang teguh prinsipnya untuk tak berteman dengan makhluk tak kasat mata, sebab kematian bisa dipersulit atas keberadaan mereka. Padahal, tak semua jin jahat. Padahal, Dewa adalah sosok penjaga yang tak mungkin mempersulitnya, malahan sang adipati selalu membantunya tanpa mengharapkan balasan selama ini. Bapak Sri terlalu menutup mata dan telinga, membuat putrinya merasa sia-sia menjelaskan bagaimana keadaannya. Alhasil, Sri hanya bisa menangis diam-diam pada beberapa malam, bingung dengan semua yang terjadi. Memang dirinya sering mengalami gangguan makhluk halus jauh sebelum mempelajari keberadaan Dewa, tetapi semua dianggapnya sebagai angin lalu. Sekarang, sejak kehadiran Dewa yang tidak menampakkan wujudnya, hidup Sri semakin di ujung tanduk.

Kali ini, gadis itu duduk di sudut kamarnya, menekuk dan memeluk kakinya sendiri. Gorden kamarnya masih tertutup rapat-rapat, padahal matahari sudah berada di atas. Pintu kamarnya tertutup, nyaris dikunci. Padahal, selama ini Sri tak pernah melakukan hal tersebut, terbiasa membuka kamarnya setiap saat, kecuali ketika akan tidur. Dalam benaknya berkecamuk hal-hal yang selama ini mengganggu kehidupan dan mentalnya. Ia mulai menitikkan air mata, pusing dan stress. Banyak orang iri kepadanya. Memiliki keluarga yang harmonis dan cukup berada, orangtua yang pengertian, sahabat yang amat menyayanginya, Mbah Kem sebagai sumber ilmunya, leluhur yang hebat, serta kepribadian yang ceria dan orang-orang yang segan kepadanya.

Semua hal itu jelas tak menunjukkan bahwa hidup Sri bermasalah. Tidak, permasalahan hidup Sri terjadi antara dirinya dan batinnya karena setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda, mungkin karena ia terlalu perasa. Orang-orang yang tak mempercayai kisah hidupnya akan menganggap gadis itu halu dan kurang ibadah. Akan tetapi, jika dihadapkan dengan permasalahan yang sama, apakah mereka bisa mengatasinya lebih baik dari Sri yang selama ini mengira hidupnya baik-baik saja, lalu angin ribut datang untuk memporakporandakannya?

PratiwimbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang