28 | Durjana

1K 198 30
                                    

28 | Durjana
Orang Jahat



***



Jakarta, 24 Juli 2020

Sudah hampir dua puluh hari berlalu, Sri dan Putri masih berusaha mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Meskipun Putra berkata bahwa mereka memiliki banyak waktu, tetap saja keduanya merasa mengetahui lebih awal akan lebih baik. Sri bercerita bahwa hingga detik ini, Dewa masih belum menunjukkan batang hidungnya. Putri dan Sri mencoba menjalani hidup seperti biasa, tetapi bayang-bayang Dipuy dan Ken selalu menghampiri. Yah, mereka sudah tidak bisa hidup normal seperti orang-orang kebanyakan setelah mengulik rahasia-rahasia yang dipendam oleh waktu. Jawaban dari semua pertanyaan mereka masih belum terjawab meskipun satu minggu yang lalu, Ayu telah siuman dari komanya dan kini tengah menjalani perawatan. Sri bercerita bahwa dirinya masih belum sempat mengunjungi Ayu karena kegiatan belajar mengajar kembali dilakukan secara daring dan sangat intens.

Seperti biasa, akhir pekan adalah waktu khusus bagi keduanya untuk mencari informasi lebih tentang Majapahit ataupun kehidupan masa lampau mereka. Keduanya sempat berkeinginan untuk meminta bantuan kenalan Putri yang merupakan seorang spiritualis dan mengaku bisa melihat past life. Namun, keduanya memikirkan kembali apakah keputusan tersebut sudah tepat. Putri merasa sia-sia saja meminta bantuan kenalannya jika yang terlihat nanti bukanlah masa kehidupan di mana Dipuy bertemu dengan Putri, serta Sri bersinggungan dengan Ken. Pasalnya, melihat kehidupan lampau bukanlah sesuatu yang mudah. Energi yang dikeluarkan cukup besar dan sang pemilik mata batin beruntung jika yang dilihatnya bukanlah kejadian penuh darah. Pada beberapa kasus, para spiritualis yang melihat kejadian seperti itu akan merasa mual dan seketika memucat.

Putra dan Dewa tetap bungkam, membuat keduanya memikirkan sendiri solusi yang dibutuhkan agar rasa penasaran mereka lenyap dan karma mereka—jika memang ada, bisa terselesaikan sesegera mungkin. Putri secara perlahan mulai meyakini jika dirinya adalah Pitaloka. Rasa sakit di dadanya masih sering menyerang, tetapi tidak separah dulu. Namun, ia masih merasa membutuhkan bukti agar bisa percaya sepenuhnya. Sri masih kebingungan dengan jati dirinya di kehidupan yang lalu. Karena logika dan perasaannya masih tergolong seimbang, ia jadi kesulitan menentukan jiwanya itu maskulin atau feminim. Ia percaya tujuh puluh persen jika dulunya ia seorang lelaki yang perkasa dan tangkas di medan perang. Di kehidupan ini Sri jadi pemalas dan menjadi tukang rebahan karena di kehidupan yang lalu, dirinya telah bekerja keras untuk negara.

Lalu, secara spesifik, Sri mencari bantuan orang lain yang sekiranya mumpuni. Karena Sri dan Putri sama-sama yakin jika kehidupan lampau mereka berhubungan dengan Majapahit, keduanya meminta secara spesifik untuk diperlihatkan diri mereka di masa tersebut. Namun, orang tersebut tak bisa melanjutkan penafsirannya karena akses intuisinya diblokir. Sri dan Putri tentu saja sudah tahu siapa pelaku di balik pemblokiran itu. Siapa lagi jika bukan Putra dan Dewa? Sri hanya mengetahui informasi bahwa dirinya dan Ken memang sepasang kekasih di kehidupan yang lalu. Kata orang tersebut, perjalanan cinta mereka tidak mudah karena salah satu pihak egois. Betapa Sri terkejut ketika mengetahui dirinya seorang perempuan di kehidupan yang lampau, berbeda dengan yang ada di pikirannya selama ini. Semuanya menjadi kacau ketika orang tersebut mengatakan bahwa Putri dan Sri berasal dari jiwa yang sama, kemudian terpecah di kehidupan ini. Dikisahkan jiwa Putri dan Sri yang masih menjadi sebuah kesatuan merupakan kekasih dari seorang raja—gabungan dari jiwa Dipuy dan Ken—yang meninggal di medan perang.

Putra mengaku bahwa dirinya sengaja menghampiri orang yang dimintai bantuan oleh mereka berdua dan mengacaukan intuisinya sehingga tafsirannya salah kaprah. Putri tahu bahwa kala itu Sri langsung merengut kesal karena dirinya telah mengeluarkan uang dengan nominal yang cukup besar. Ia merasa menghambur-hamburkan uang untuk mendapatkan jawaban yang tak jelas seperti itu. Sri marah kepada Putra karena tak memberitahunya terlebih dahulu jika tindakan mereka itu tidak direstui oleh para penjaga. Meski sudah dimintai maaf oleh sang yuwaraja, Sri tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. Ia jadi merasa bahwa dirinya adalah seorang penjahat di kehidupannya yang lalu karena Dewa dan Putra selalu menutup-nutupinya.

PratiwimbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang