Diary Biru

2.7K 119 35
                                    

Pagi itu keysa tanpa sengaja menabrak seorang perempuan cantik tepat dihalaman belakang kampusnya. Dan tanpa permintaan maaf atau bahkan sebelum ia yang memulai meminta maaf, perempuan itu berlalu pergi dengan wajah yang menatap tajam kearahnya.

Dan tanpa sadar perempuan itu telah menjatuhkan sebuah buku, bahkan saat Keysa hendak memanggilnya kembali, entah berjalan kearah mana perempuan itu dengan begitu cepatnya. Keysa pun mengambil buku itu ' kaya buku diary ' pikirnya setelah melihat dari dekat buku yang ada ditangannya itu.

" Syerli Rafassya Rafid " ucapnya melafalkan nama yang berada dibagian depan buku, dan tanpa pikir panjang ia segera berlalu pergi melanjutkan tujuannya, toh ia akan mengembalikannya nanti jika bertemu kembali, pikirnya lagi.

Dia keysa Rafif El-Azzam, perempuan misterius yang bahkan hanya lingkungan kelasnya saja yang tahu bahwa ia adalah salah satu mahasiwi sempurna yang kampusnya miliki. Dia cukup pintar dalam beberapa akademis. Bahkan dengan hebatnya ia mampu mendapatkan beasiswa full dari kampusnya yang terkesan sebagai kampus terbaik saat ini. Jangan salah, Keysa bahkan terlahir dalam salah satu urutan keluarga terkaya dalam negaranya.

Dengan bantuan keluarganya ia mampu menutupi identitasnya. Dengan wajah cantik sangat mustahil bukan tidak terkenal dikalangan mahasiwa dikampusnya. Namun dengan pintarnya Keysa selalu memakai topi saat berada diluar kelas. Menurutnya menjadi terkenal sangat - sangat menyeramkan.

Banyak piala - piala yang telah ia dedikasikan untuk kampusnya ini. Tapi lagi, semua itu tak ada yang mengetahuinya selain dosen-dosennya dan anak pintar lainnya yang menjadi perwakilan dari beberapa kampus saingannya, tentu dengan mahasiswa pintar kampusnya sendiri.

Saat sampai didalam kelasnya, ia melihat dua perempuan teman dekatnya sedang asik membicarakan kejadian yang berlangsung pagi ini dikampusnya. " Gila, gila Syerli gua gak habis fikir sama lu, kenapa bodoh banget malu-maluin diri Cuma karna laki-laki " ucap Dini temannya itu dengan mengepal kedua tangannya tepat dihadapan wajahnya.

" ahhh tapi gua lebih iri kesi Intan sih, kenapa bisa dia dikelilingi cowok -cowok ganteng nan tajir itu " ucap Dhita teman satunya lagi dengan wajah melasnya.

" Kalian gak bosen apa hampir setiap hari ngomongin orang yang sama, udah tau pembullyan kenapa juga malah diliatin aja, bukannya dilerai " ucap Keysa dengan sinisnya sambil mengeluarkan beberapa buku tebal dari tasnya.

Dini dan Dita hanya bisa menghela nafas panjang, mereka tahu salah satu teman kelasnya ini benar-benar ansos parah. Bahkan jarang sekali ia terlihat keluar kelas, entah sekedar kekantin, menghabiskan waktu bareng teman mengelilingi kampus, mencuci mata dengan berbagai mahasiwa ganteng diluar kelasnya, tidak mungkin Keysa melakukan hal yang biasa orang normal lakukan itu. Setiap kali mereka berusaha mengajak Keysa, jawabnya tetap sama " Males ". Apa dia tidak bosen menghabiskan masa remaja menuju dewasanya hanya dikelas dengan orang-orang yang sama dan monoton itu. Dan jawabannya juga sama " Enggak, diluar terlalu berisik, dan kalian juga berisik sana keluar. " usirnya.

" Lo belum aja lihat betapa gantengnya Khafi calon imam gua nanti yang bener-bener tanpa minus itu. Gua yakin kalau lo udah liat, lu gaakan berdiam diri terus di nih kelas " Ucap Dita

" Gantengan juga Arka, pinter, kaya ketua BEM pula " ucap Dini dengan wajah penuh kekaguman sama seperti yang dilakukan Dhita sebelumnya.

" Ck terserah kalian " jawab Keysa dengan tangan dan mata yang mulai fokus dengan buku modul yang begitu tebal dihadapannya.

*****

Setelah selesai berkuliah, terlihat Keysa dengan kendaraan roda empatnya itu keluar dari area parkir kampusnya. Hari ini kafenya menerima beberapa bookingan tamu untuk makan malam keluarga, atau sekedar traktiran bonus dari bos kepada karyawan disebuah kantor yang terletak tidak jauh dari kafenya. Salah satu kesibukannya selain kuliah adalah menjalankan bisnis kafe, kafe yang dihadiahkan orang tuanya saat ia berhasil meraih beasiswa full dari kampusnya, mereka dengan bangga membantu mewujudkan permintaan anaknya Keysa dengan memberikan sebuah kafe yang akan dia jalankan nantinya.

KeysaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu