41

212 42 1
                                    

Ide gila ini muncul secara tiba-tiba, malam itu Isabella berkata ia ingin mengelilingi kota bersama Jay. Saat itu juga Jay menyetujui permintaan perempuannya, ia rasa sudah sangat lama sejak terakhir kali ia mengelilingi kota tempat ia tinggal.

Sudah terhitung sekitar seminggu mereka menjadikan mobil tua yang Jay pinjam sebagai tempat istirahat mereka di malam hari. Setelah puas berkeliling, mereka akan mencari lapangan luas untuk memarkirkan mobil dan tertidur di sana ditemani ribuan bintang.

"Ah ini menyenangkan sekali, seharusnya kita melakukan ini sejak awal," ujar Isabella di pagi hari saat matanya baru saja terbuka. Ia menoleh menghadap Jay yang masih tertidur di sampingnya.

Tangannya terangkat, terulur hingga akhirnya mendarat di kepala pemuda itu. Ia menyugar rambut pirangnya yang semakin tumbuh panjang, bahkan rambut itu mampu menutup setengah wajahnya.

Perlahan ia menangkup wajah pemuda itu dengan sebelah tangannya. Matanya terpaku pada luka di bagian tengah bibir Jay yang sampai sekarang ia tidak tahu bagaimana lukanya bisa menetap hingga detik ini.

Dorongan aneh di benaknya menyuruh Isabella untuk memberikan sebuah kecupan di bibir pemuda itu. Hanya kecupan singkat, tidak berarti apa-apa bagi pemuda itu, bukan? Lagipula Jay sedang tertidur, pemuda itu tidak akan menyadarinya.

Tidak, Jay menyadarinya.

Mendahului Isabella, dengan mata yang tertutup Jay menahan tengkuk perempuan itu agar tidak menjauh darinya. Membalas kecupan itu menjadi ciuman lembut penuh perasaan. Tidak peduli dengan reaksi yang diberikan oleh Isabella, Jay hanya melakukan apa yang ingin dirinya lakukan.

Ciuman itu tidak terlalu lama namun mampu membuat Isabella merasa panas, terbukti dari wajahnya yang memerah setelah bibir mereka berpisah. Mata perempuan itu terbuka lebar memandangi Jay, dengan cepat perempuan itu memalingkan wajahnya.

Jay melirik sekilas ke arah Isabella. "Jika itu ciuman pertama dalam hidupmu, aku minta maaf," ucapnya datar namun terdengar tulus.

Sontak Isabella kembali menghadap Jay. "Tidak! Tidak perlu minta maaf, kau tidak melakukan kesalahan apa pun," ucap Isabella cepat dengan kedua tangan yang bergerak aktif. "Tapi kau benar, ini pertama kali bagiku," ujarnya lebih tenang dari sebelumnya.

"Ah begitu, kukira kau sudah melakukannya dengan orang lain," ujar Jay, mengubur fakta kalau dirinya sedikit senang karena ini juga pertama kali baginya.

Samar-samar Isabella tersenyum. "Tentu saja tidak. Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa berpikir seperti itu," ujarnya heran.

"Karena kau sudah menikah dengan lelaki lain," jawab Jay tanpa ragu. Walaupun ia tahu betul kalau Isabella dan dirinya saling mencintai, ia tidak melupakan status Isabella yang sudah menikah dengan Ethan.

Isabella menggembungkan pipinya, ia sedikit kesal mendengar Jay membicarakan lelaki itu lagi, tetapi ia menyadari satu hal. Ethan tidak pernah melakukan apa pun kepadanya selain merangkul, menggenggam tangan, dan memeluk.

"Mungkin dia memang tidak pernah menyukaiku. Pernikahan ini semata-mata mencari keuntungan untuknya sendiri," ujar Isabella asal.

Jay menghela napasnya kasar, entah kenapa ia kembali ke realita. Semua rasa khawatirnya kembali muncul. Apakah ia bisa bersama Isabella selamanya? Bagaimana kalau takdir berkata lain?

Ia merasa seperti seorang penculik, ia merebut Isabella dari suaminya. Tetapi Isabella tidak mempermasalahkan itu karena mereka saling mencintai, tidak seharusnya Jay menganggap dirinya sebagai penculik.

"Kenapa kau diam seperti itu?" tanya Isabella khawatir.

Jay menggeleng pelan. "Hanya teringat saat pertama kali kita bertemu," ujarnya sembarangan.

Noh AWhere stories live. Discover now