2

447 82 2
                                    

"Sudahlah! Lebih baik kau pergi dari sini!" pekik seorang bapak tua kepada Jay. Dari ekspresinya dan urat-urat yang menonjol di lehernya, sangat terlihat jelas kalau pria itu benar-benar merasa kesal.

Sudah dua jam Jay berdebat dengan seorang pria tua perihal sebuah mobil. Memang dirinya yang bodoh, tentu saja tidak ada yang mau meminjamkan mobil miliknya kepada seseorang yang tidak dikenal begitu saja. Juga dengan penampilan pemuda itu yang lusuh memberikan kesan buruk bagi pria tua di hadapannya.

"Saya berjanji akan memberikan setengah gaji saya nanti. Saya sangat butuh mobil milik anda untuk mengerjakan pekerjaan saya," mohon pemuda itu sambil menyatukan kedua tangannya sejajar dengan wajahnya.

"Memangnya apa pekerjaanmu?"

Pertanyaan itu membuat Jay terdiam. Dengan cepat otaknya yang tidak terlalu pintar itu berusaha memikirkan jawabannya, tidak mungkin ia menjawab kalau dirinya akan menculik Putri Isabella.

"S-Saya harus mengantar seseorang pergi ke Gunung Micawber," jawabnya ragu. Semoga saja pria tua itu tidak mencurigainya.

"Berapa uang yang akan saya dapatkan jika saya meminjamkan mobil ini kepadamu?"

"Saya mendapatkan 1 juta dollar, dan anda akan mendapatkan setengah dari itu." Kali ini jawabannya lebih meyakinkan dari sebelumnya.

Dari nominal uang yang Jay sebutkan tadi membuat pria itu sedikit tergiur. "Ya sudah, kau boleh memakai mobil ini. Tapi ingat, kalau kau tidak menepati perkataanmu tadi. Jangan harap kau bisa hidup tenang," ancamnya penuh penekanan membuat Jay merasa terintimidasi.

"B-Baik, saya akan menepati janji saya. Terima kasih banyak, sekali lagi terima kasih banyak." Pemuda itu menundukkan kepalanya beberapa kali. Setelah mendapatkan kunci mobil, ia masuk ke dalam mobil dan membawanya pergi.

Sudah lama sekali dirinya tidak mengendarai sebuah mobil. Tangannya sedikit kaku saat memutar stir, dalam hatinya ia berdoa agar mobilnya tidak menabrak rumah atau pepohonan.

Rencananya kali ini adalah mencari tempat nyaman di dekat kediaman keluarga Adamson. Tidak lain tidak bukan untuk memudahkan dirinya untuk mengawasi sang putri dan mencari tahu kebiasaan-kebiasaan Putri Isabella saat di luar istana. Di sebuah lapangan kosong yang luas ia memarkirkan mobilnya.

"Haa ... lapar sekali," gumamnya sambil mengusap perutnya. Hari ini pemuda itu belum mengisi perutnya sama sekali, bahkan segelas air pun tidak. Entah kenapa dirinya masih diberikan kesempatan hidup oleh Tuhan, tapi ia tetap bersyukur akan hal itu.

Ia menyalakan lampu di dalam mobil. Dengan cahaya yang redup matanya mengitari seluruh bagian mobil, berharap ada sesuatu yang bisa ia makan atau minum.

Beruntung, ia menemukan sebuah botol yang berisi air. Entah air apa itu, Jay meminumnya tanpa ragu. Setidaknya rasa dahaganya berkurang dan lambungnya tidak kosong.

Pemuda itu merendahkan kursinya agar ia bisa bersandar lebih nyaman. Dari kaca di hadapannya ia bisa melihat langit malam penuh bintang. Ia tidak pernah tahu kalau langit malam bisa seindah ini. Sepertinya lain kali ia harus menaruh lebih banyak perhatian kepada lingkungan sekitar.

Perlahan-lahan deru napasnya mulai melambat, matanya juga semakin memberat. Tak lama pemuda itu mendengkur pertanda kalau dirinya sudah berkelana di alam mimpi. Lengannya yang tadinya menutupi setengah wajahnya pun melemah lalu mendarat di pahanya.

Dua jam berlalu, tiga jam berlalu, pemuda itu masih memejamkan matanya. Hingga suatu ketika ia mendengar suara ketukan dari jendela mobilnya. Lantas ia membuka matanya dan menegakkan posisi duduknya.

Ia menurunkan kaca mobilnya, terdapat seorang wanita berumur setengah abad dengan pakaian yang rapi lengkap dengan perhiasan menempel di beberapa bagian tubuhnya. Jay tidak mengerti kenapa wanita itu mengetuk jendela mobilnya di pagi buta seperti ini.

Noh AWhere stories live. Discover now