29

177 49 1
                                    

"Isadora, Isabella! Kembali ke istana sekarang!"

Bersamaan dengan seruan penuh amarah itu, seisi rumah makan menjadi ricuh. Para pelanggan lain bergegas untuk pergi dari sana untuk menghindari masalah, para pelayan di sana merapikan semua bekas makanan milik pelanggan yang sudah pergi.

Pemilik nama yang diserukan tadi sontak menoleh ke sumber suara. Di depan pintu masuk terdapat sang pemimpin Kerajaan Belamour bersama dengan para pengawalnya. Isabella seperti melihat kehidupannya yang sebentar lagi akan berakhir, melihat wajah murka sang ayah membuatnya takut bukan main.

"Bawa orang itu kembali ke tempat asalnya! Laki-laki sepertinya tidak pantas berkeliaran di kota ini," ujar Raja Benjamin kepada para prajurit. Mereka pun menghampiri Jay yang tengah berdiri kaku di depan Isabella. Lengannya dipasang borgol dan dicengkeram agar tidak memberontak.

Isabella melangkah mendekati Raja Benjamin. "Ayah! Apa-apaan ini? Apa Ayah tidak kasihan kepada pembeli yang sedang menikmati makanan mereka?" tanyanya dengan intonasi meninggi.

"Kita bicarakan nanti," balas pria itu dingin. Ia meninggalkan Isabella dan menghampiri istrinya. Ia menggenggam tangan wanita itu lalu mengantarnya masuk ke dalam mobil lalu kembali menghampiri putrinya. "Ayo cepat masuk," perintah Raja Benjamin.

"Bagaimana dengan Jay?" tanya Isabella.

Mendengar nama itu membuat Raja Benjamin naik darah. Lantas ia menarik paksa putrinya untuk masuk ke dalam mobil. Mau bagaimanapun pria itu lebih kuat dibanding Isabella, perempuan itu tidak akan bisa memberontak dan melarikan diri.

Wajah Isabella tidak menunjukkan kesedihan sama sekali, ia tidak mau terlihat seperti perempuan lemah di hadapan siapapun. Ia tetap menjaga kepalanya agar tidak menunduk, sama seperti saat ia menjaga mahkotanya agar tidak terjatuh. Hanya saja kini ia sedang menjaga harga dirinya agar tidak terjatuh.

Di sini ia berada sekarang, di ruang tengah bersama keluarganya kecuali William. Di hadapannya terdapat sang ayah yang entah kapan akan membuka pembicaraan, di samping kanannya juga terdapat Ethan yang entah kenapa wajahnya membuat Isabella ingin meninjunya sekuat mungkin.

"Hari pertama menjadi seorang istri tapi kau malah pergi dengan lelaki asing. Ayah benar-benar tidak habis pikir," ucap Raja Benjamin penuh rasa kecewa. Pria itu menoleh ke arah sang istri. "Bagaimana kau bisa memperbolehkan putrimu pergi dengan seseorang yang sudah menculiknya? Bagaimana kalau kau juga diculik, Isadora?"

Wanita itu menunduk. "Maafkan aku, suamiku. Aku hanya tidak ingin melihat putri kita bersedih setiap hari, dia hanya butuh menghirup udara di luar dan bertemu dengan orang luar," ucapnya lirih.

Raja Benjamin mengembuskan napasnya kasar, ia tidak mengerti apa yang dua perempuan itu pikirkan. Mereka sama sekali tidak memikirkan keselamatan mereka. Kalau seperti ini ia harus melakukan hal besar yang memberi efek jera untuk mereka.

"Ayah akan memberi hukuman mati untuk orang yang kalian ajak pergi tadi."

Lantas semua orang yang berada di sana memberikan Raja Benjamin tatapan yang mengerikan, termasuk Ethan. Isabella beranjak dari kursinya dan menggebrak meja. "Aku tidak terima! Ayah terlalu gegabah, apa Ayah tidak berpikir lebih dulu sebelum memutuskannya?"

"Ayah sudah memikirkannya, bahkan sebenarnya ayah tidak ingin memberikannya kesempatan hidup saat dia ditemukan, tapi Ethan berkata lebih baik orang itu dipenjara saja seumur hidupnya," balas pria itu.

Isabella tidak kuasa untuk berbicara. Pikirannya berantakan, apa yang harus ia lakukan untuk membatalkan hukuman yang ayahnya berikan kepada Jay? Bagaimana jika hukuman itu benar-benar dilakukan? Apa jadinya jika Jay pergi dari hidupnya untuk selama-lamanya?

Noh AWhere stories live. Discover now