23

174 51 2
                                    

"Woah! Dari mana ini?" tanya Isabella kagum melihat sebuah gaun yang indah tak jauh dari kasurnya. Dengan cepat perempuan itu memakai sandalnya dan berjalan mendekati gaun itu.

Mata Isabella berbinar melihat gaun berwarna putih yang dipasang di tubuh manekin. Gaun itu berbeda dengan yang biasa ia pakai. Bagian depannya dirancang pendek menjadi sepahanya, sedangkan di bagian belakang dibiarkan panjang hingga menyentuh lantai.

"Selamat pagi, Sayang," sapa Isadora lalu menghampiri sang anak yang tengah mengagumi gaun di hadapannya. "Bagaimana menurutmu? Apakah kau suka?" tanya wanita itu.

"Siapa yang merancang gaun ini, Ibu? Aku harap Ibu memberinya bayaran lebih karena aku sangat menyukai ini!" ucap Isabella. Dengan desain gaun yang seperti ini membuatnya mudah melangkah bahkan berlari. Gaun ini benar-benar membuatnya jatuh hati.

Isadora tersenyum hangat. "Syukurlah kalau kamu menyukainya. Ternyata Ethan sangat paham apa yang kamu inginkan," balas wanita itu sembari merangkul pundak sang anak.

Mendengar perkataan sang ibu membuat Isabella terdiam, senyumnya perlahan hilang. Ia melepaskan rangkulan Isadora. "Maksud Ibu apa? Kenapa Ibu menyebut nama itu lagi?" tanya Isabella.

"Gaun ini dirancang oleh Ethan, Sayang. Dia menggambar desain gaun ini dan meminta penjahit handal di Kerajaan Izles untuk menjahit gaun rancangannya hanya untukmu, untuk pernikahan kalian," jelas Isadora.

Seketika rasa senangnya menjadi pudar. Ia tidak bisa berbohong kalau ia benar-benar menyukai gaun putih ini, tetapi mengetahui sang perancang gaun adalah Ethan rasanya ia menjadi malas untuk memakainya.

Mendengar suara pintu kamar yang dibuka membuat ibu dan anak itu kompak menoleh ke arah pintu. Seorang lelaki masuk ke dalam dengan pakaian nuansa putih yang melekat di tubuh lelaki itu. "Oh lihat, Sayang. Ethan terlihat sangat tampan, bukan?" tanya Isadora.

"Biasa saja," jawab Isabella ketus. Ia memilih untuk memandangi lantai dibanding memandangi lelaki itu. Lagipula siapa yang mengizinkan Ethan untuk masuk ke dalam kamarnya begitu saja? Tidak sopan sekali.

"Kenapa kau masih memakai piyama, Isabella? Ayo cepat pakai gaun milikmu," perintah Ethan.

Isabella mendongakkan kepalanya dan menatap Ethan sinis. Dalam hatinya ia ingin sekali memakai gaun itu, tetapi rasa gengsinya lebih besar dari rasa cintanya kepada gaunnya. Ah menyusahkan sekali, seharusnya ibunya tidak memberi tahu siapa yang merancang gaun itu.

Pada akhirnya perempuan itu melepaskan gaunnya dari manekin dan berjalan menuju ruang ganti untuk mencoba gaun hitam itu. Setelah gaun itu melekat di tubuhnya, rasanya ia ingin melompat kegirangan karena sejujurnya gaun itu sangat cantik dan indah.

"Andai saja gaun ini bukan Ethan yang merancang, aku akan pakai ini saat tidur," gumam Isabella. Setelah memasang wajah datarnya, perempuan itu keluar dari ruang ganti dan menghampiri ibunya.

"Ya Tuhan ... kamu sangat cantik, Isabella," ucap Isadora terpana melihat anaknya dibalut dengan gaun pernikahannya nanti. Ia melirik sekilas ke arah Ethan, ia mendapati lelaki itu diam mematung memandangi Isabella. Sepertinya Ethan sangat terpesona melihat anak perempuannya.

Dengan desain gaun yang lelaki itu rancang, kaki jenjang Isabella bisa terlihat dengan jelas. Ia benar-benar puas dengan hasilnya, Isabella terlihat sangat sempurna di matanya. Rasanya ia ingin menjadikan Isabella sebagai istri sahnya detik ini juga.

"Jangan menatapku seperti itu, dasar lelaki mesum," ucap Isabella kepada Ethan lalu menarik renda bagian belakang gaunnya untuk menutupi bagian depan kakinya.

Lantas Ethan tertawa kecil lalu memejamkan matanya. "Baiklah, maaf aku membuatmu tidak nyaman." Tidak hanya memejamkan matanya, Ethan memilih untuk membalikkan badannya memunggungi Isabella. "Selagi kau memakai gaun itu, pergilah berlari mengelilingi istana atau kota," gurau Ethan lalu beranjak pergi dari kamar sang putri.

Noh AWhere stories live. Discover now