8

269 61 17
                                    

"Hati-hati Isabella, kau bisa terjatuh kalau berlari seperti itu!" seru Jay yang berjalan di belakang Isabella. Di sinilah ia sekarang, berjalan menuju kandang kuda milik perempuan itu. Padahal ia sudah berkali-kali menolaknya, tapi pada akhirnya ia menuruti permintaannya.

Isabella tidak mendengar perkataan Jay dengan jelas karena suara dedaunan kering yang ia injak lebih kencang dari suara pemuda itu. Lagi pula ia tidak akan terjatuh hanya karena berlari.

Setelah beberapa menit berjalan, tibalah mereka di sebuah kandang yang berisi seekor kuda dan berbagai peralatan untuk menunggangi kuda tergeletak di ujung kandang. Juga pakan makanan untuk si kuda.

"Ayo kalian harus berkenalan satu sama lain." Isabella menarik lengan Jay, menyuruh pemuda itu untuk mengelus wajah kuda berbulu hitam itu. Jay perlahan mengelusnya.

"Cheval, ini Jay. Jay, ini Cheval," kata Isabella dengan nada riang. Perempuan itu mengambil peralatan untuk menunggangi kuda lalu memasangnya di tubuh Cheval.

Jay hanya memperhatikannya saja, ternyata Isabella memang handal dalam menunggangi kuda, bisa terlihat dari cara perempuan itu berinteraksi dengan kuda dan caranya memasang perlengkapan yang ia sendiri tidak tahu apa fungsinya. Satu-satunya benda yang ia tahu hanya sebuah cambuk.

"Selesai. Jay, ayo naik," perintah Isabella.

"Setidaknya beri aku tangga atau apa pun itu, kakiku tidak sampai," dengus Jay. Bagaimana bisa ia menaiki punggung Cheval yang lebih tinggi dari tinggi badannya?

Isabella mengambil beberapa kotak kayu lalu menumpuknya. "Silakan naik, Yang Mulia," ucapnya sedikit menyindir. Jay sedikit merasa tersinggung tapi ia mencoba untuk mengabaikannya. Perlahan pemuda itu menginjak sanggurdinya lalu duduk di atas punggung Cheval.

"Setelah ini bagaimana?" tanya Jay dengan tubuh yang sedikit tidak seimbang. Sesekali tubuhnya hampir terjatuh ke kanan atau ke kiri.

"Baiklah kita akan berjalan keluar dari kandang, kau hanya perlu menarik tali kekang ini," jelas Isabella sambil menunjuk tali kekang yang terletak tepat di depan Jay.

Jay menggenggam tali itu dengan kedua tangannya, perlahan ia menariknya. "Kenapa tidak jalan?" tanyanya heran, padahal ia sudah menariknya dengan benar, tapi Cheval tak kunjung melangkahkan kakinya.

"Tenagamu kurang, tarik yang kencang."

Kali ini Jay menariknya sampai tubuhnya mengarah ke belakang, Cheval pun mulai melangkahnya kakinya lurus ke depan. Isabella berjalan sembari mengawasi di belakangnya.

"Kalau berbelok bagaimana? Tidak mungkin kita menabrak gerbang." Jay mulai getir karena jaraknya dengan gerbang kandang semakin terkikis yang artinya bisa saja Cheval menabrak gerbang itu.

"Tarik sesuai arah yang kau inginkan. Kalau kau mau ke kanan, tarik tali yang sebelah kanan, begitu juga sebaliknya," jelas Isabella.

Pemuda itu pun menarik tali yang sebelah kanan, saat itu juga Cheval berbelok ke arah kanan, mereka berhasil melewati gerbang tanpa ada yang terluka sedikitpun. Walaupun wajah Jay terlihat datar, sebenarnya terdapat rasa bahagia di benaknya.

"Baik sekarang kita latihan berlari." Isabella menepuk tangannya tanda kalau latihan menunggangi kuda yang sebenarnya agar segera dimulai.

"Eh? Yang benar saja? Aku bahkan belum bisa menyuruhnya berjalan dengan benar, bagaimana kalau berlari? Aku bisa saja terjatuh dan diinjak oleh kuda ini," protes Jay masih dengan tubuh yang tidak pernah bisa seimbang itu.

Isabella terkekeh. "Bercanda. Kita akan belajar berjalan dan melewati rintangan itu saja," ujarnya sambil menunjuk beberapa rintangan yang akan digunakan nanti. "Ayo coba kelilingi lapangan ini," perintahnya.

Noh AWhere stories live. Discover now