17

191 51 1
                                    

Jay tidak pernah tahu kalau ketidakhadiran Isabella di hidupnya akan memberikan dampak yang sangat besar. Di rumah yang ia tinggali sekarang seharusnya ia mendengar suara nyaring seorang perempuan berambut hitam panjang itu.

Sudah terhitung seminggu ia tinggal sendirian di rumah yang sepi itu. Bahkan ia sampai memindahkan Cheval untuk tinggal di depan rumahnya saja agar rasa sepinya sedikit berkurang.

"Aneh sekali," gumamnya sambil memandangi pintu kamar Isabella dari sofa tempat ia terduduk lemas. Di hatinya lelaki itu berharap seorang perempuan berambut panjang yang memiliki senyum manis keluar dari kamar itu.

Pandangannya menjadi kabur dan kosong. Tidak ada artinya ia hidup. Ia tidak tahu harus apa sekarang. Pergi ke kota dan menyelamatkan Isabella? Andaikan semudah itu ia pasti akan melakukannya sesegera mungkin. Ia tidak mau gegabah dan berpikir pendek. Kalau ia tidak memikirkan rencananya dengan matang, bisa saja akan mengancam keselamatan Isabella.

Kalau dipikir, ia sudah tersesat jauh dari jalur rencana hidupnya. Awalnya ia hanya ingin mendapatkan uang untuk bertahan hidup, tetapi di tengah jalan ia dibawa pergi oleh seorang perempuan bernama Isabella. Sekarang perempuan itu terpaksa meninggalkannya sendirian di tempat antah berantah ini. Ia sudah tidak bisa pergi kemanapun.

Rasanya seperti ditipu oleh ekspetasinya sendiri. Tidak ada yang pernah menjanjikan kalau semua rencananya akan berhasil dan ia bisa kembali hidup bahagia. Jay ingin menyerah tetapi ia tidak ingin membiarkan Isabella terkurung di istana itu bersama dengan Ethan.

Bagaimana keadaan Isabella sekarang? Apakah perempuan itu sudah tersenyum hari ini? Ia harap Isabella setidaknya bisa menyunggingkan senyumnya walaupun ia tidak bisa melihatnya.

Enggan berlama-lama tenggelam di pikiran sendunya, pemuda itu berjalan keluar dari rumah untuk menghirup udara segar sekaligus bercengkrama dengan Cheval. Mungkin ia akan terlihat seperti orang gila, untungnya tidak ada manusia lain di sana selain dirinya sendiri.

"Apa menurutmu aku bisa bertemu dengan Isabella lagi?" tanya Jay kepada seekor kuda itu. Tetapi kuda itu hanya membalasnya dengan ringkikan yang entah artinya apa.

"Apa menurutmu Isabella juga merasakan apa yang kurasakan sekarang?" tanya Jay lagi. Ia ingin tahu apalah Isabella juga merasa kehilangan saat tidak ada dirinya. Ia juga ingin tahu apakah Isabella bisa tertidur dengan tenang, karena selama ini ia tidak bisa tertidur dengan tenang. Pikirannya selalu tertuju kepada Isabella.

"Kau kan anaknya Isabella, seharusnya kau tahu dan bisa menjawab pertanyaanku," gerutu Jay kepada kuda yang tidak mengerti apa-apa sedari tadi. Kali ini ia memang terlihat seperti orang gila, kalau Isabella melihat kelakuannya yang seperti ini perempuan itu pasti akan menganga tidak percaya dan akan berpikir kalau Jay baru saja kerasukan.

Kalau saja Cheval diberikan kesempatan untuk berbicara dengan bahasa manusia, ia akan menghina Jay habis-habisan dan menyadarkan pemuda itu agar kesadarannya tidak hilang begitu saja karena kehilangan perempuan yang biasa tinggal bersamanya.

Jay menghela napasnya dan naik ke atas tubuh Cheval. "Ayo kita berkeliling sebentar, terlalu lama di sini membuatku gila," ucapnya lalu menarik tali kekang dengan maksud memerintahkan Cheval untuk berjalan.

Mereka mulai mengelilingi hutan di Gunung Micawber. Udara di hutan memang lebih segar dibanding dengan udara di perkotaan sana. Jalanan di hutan sedikit lembab karena hujan semalam, Cheval harus ekstra hati-hati setiap melangkah agar tidak tergelincir.

"Ha ... apa menurutmu kita kembali saja ke kota? Aku belum mengembalikan mobil milik bapak tua itu," ucap Jay kepada Cheval. "Tapi aku tidak tahu bagaimana cara membawamu masuk ke dalam mobil," lanjut pemuda itu lirih.

Pergi dari rumah dan berkeliling tidak membuat tingkah gila Jay hilang begitu saja. Mulutnya tidak berhenti mengatakan hal yang tidak penting. Topik yang ia bicarakan tidak jauh dari membicarakan Isabella.

Tiba-tiba terdengar suara ribut dari arah belakang Jay, suara itu seperti suara kaki kuda yang sedang berlari. Ia juga bisa mendengar seruan seseorang yang terdengar marah dan penuh dendam.

Lantas pemuda itu menarik tali kekang sekuat tenaga dan memerintah Cheval untuk melarikan diri dari sana dan kembali pulang. Instingnya mengatakan kalau dirinya sedang dalam bahaya.

"Berhenti!" seru seseorang yang sedang menunggangi kuda.

Jay tidak mengerti kenapa tiba-tiba ia dikejar oleh banyak prajurit seperti ini. Bohong kalau ia berkata ia tidak merasa panik. Degup jantungnya menjadi dua kali lebih cepat dari biasanya. Sorot matanya menjadi lebih waspada.

Jantungnya bagaikan berhenti berdetak saat melihat anak panah yang meleset dan melaju tepat di sampingnya. Apa-apaan ini? Kenapa rasanya seperti menjadi buronan mendadak?

Saat satu anak panah menancap di tubuh Cheval, kuda itu meringkik keras dan tidak sanggup lagi untuk berlari lebih cepat dari sebelumnya. "Cheval! Jangan sekarang aku mohon!" pekik Jay lalu berusaha memberi kekuatan kepada Cheval agar bisa berlari lebih cepat.

Tidak selesai sampai di sana, Cheval semakin tak mampu untuk berlari begitu satu peluru menebus kakinya. Di satu sisi Jay bersyukur kalau pelurunya tidak menembus tubuhnya, tetapi ia juga khawatir dengan Cheval. Akhirnya pemuda itu memilih untuk melompat turun. Sudah sangat terlambat baginya untuk melarikan diri. Ia sudah dikepung oleh para prajurit.

"Ada apa ini?! Kenapa kalian menyerang saya?" tanya Jay. Matanya menatap ke arah setiap prajurit bergantian.

"Anda harus dipenjara," jawab salah satu prajurit.

"Kenapa?" tanya Jay.

Belum sempat pertanyaannya terjawab, sebuah mobil sedan datang membuat seluruh atensi terpaku kepada mobil itu. Begitu mobil berhenti bergerak tak jauh darinya, seorang lelaki keluar dengan pakaian khas kerajaannya.

"Ethan? Apa-apaan ini?" ucap Jay. Tanpa sadar ia melangkah mundur menjauhi lelaki yang baru saja keluar dari dalam mobil. "Untuk apa kau ke sini lagi? Bukankah urusanmu sudah selesai? Isabella sudah kembali padamu," lanjutnya.

"Bawa dia ke dalam mobil," perintah Ethan kepada para prajurit. Saat itu juga mereka mengunci lengan Jay menggunakan borgol dan mendorong pemuda itu paksa untuk masuk ke dalam mobil yang Ethan kendarai.

"H-hei! Aku belum selesai berbicara denganmu, Ethan!" pekik Jay berusaha untuk melepas borgol di tangannya. Tetapi nihil, pada akhirnya ia terjebak di dalam mobil itu dengan pengawasan yang sangat ketat sehingga mustahil baginya untuk melarikan diri.

Sebelum ia kembali ke dalam mobil, Ethan merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Ia menghubungi seseorang yang beberapa hari ini bekerja sama dengannya untuk menemukan pemuda yang dihadangkan menculik Isabella.

"Halo, Ayah? Penculik Isabella sudah aku tangkap. Apakah Ayah bisa siapkan satu tempat di penjara bawah tanah untuknya? Kalau bisa berikan tempat yang paling buruk untuknya."

《《《 》》》

《《《 》》》

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Noh AWhere stories live. Discover now