0

267 44 1
                                    

"Ibu, aku ingin pergi mengelilingi kota. Ibu ingat minggu ini Festival Flora mulai diadakan? Ayo pergi bersamaku," ucap seorang perempuan yang baru saja menginjak umur 20 tahun beberapa bulan yang lalu.

"Sayang, bagaimana kalau kamu pergi sendirian saja? Ibu sedikit sibuk hari ini. Atau bagaimana kalau kamu mengajak William pergi bersamamu?" balas wanita yang tengah menulis sesuatu di selembar kertas putih.

Wajah perempuan itu meredup. "Baiklah, tidak apa-apa. Aku akan pergi sendirian saja. Sampai jumpa, Bu." Dengan gaun berwarna hitam yang menyapu lantai perempuan itu pergi meninggalkan istana dan mulai mengelilingi kota untuk menikmati beragam tanaman yang dijual atau dijadikan hiasan jalanan selama Festival Flora berlangsung.

"Cantiknya ...," gumam perempuan itu memandangi bunga yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Warnanya kuning keemasan dan berkilau, kelopaknya membentuk seperti sayap burung elang. Mungkin orang-orang tidak akan percaya ada jenis bunga yang seperti ini karena bentuknya yang sangat unik.

"Namanya Aureolus, ibuku bilang bunga ini sangat langka."

Seorang pemuda berambut pirang dengan jaket denim berdiri tepat di samping perempuan itu, membuatnya spontan menoleh. "Oh, benarkah? Namanya pun cantik, seperti bunganya," ucap perempuan itu.

"Dahulu Aureolus tumbuh setiap enam bulan sekali, karena itu juga kota ini mengadakan Festival Flora setiap enam bulan sekali mengikuti waktu Aureolus tumbuh. Tetapi sekarang entah kenapa bunga ini sangat sulit untuk tumbuh. Mungkin membutuhkan waktu sekitar setahun sekali atau lebih untuk bunga ini tumbuh," jelas pemuda itu panjang lebar.

Perempuan itu terpana mendengarkan sekaligus memandangi pemuda di sampingnya yang sedang menjelaskan sedikit fakta tentang Bunga Aureolus. Dari penampilannya, pemuda itu tidak terlihat seperti seseorang yang paham mengenai informasi seputar tanaman.

"Woah ... apakah kau seorang floris? Sepertinya kau sangat mengerti tentang bunga ini," ujar perempuan itu.

Pemuda itu menggeleng pelan juga tersenyum tipis. "Tidak, aku tahu itu semua dari ibuku. Sebenarnya aku tidak tertarik mendengarnya, tetapi entah kenapa aku malah mengingatnya dengan jelas hingga detik ini," ucapnya lalu tertawa kikuk.

"Ah, begitu. Sepertinya menyenangkan sekali bisa berbincang dengan ibumu."

"Ya memang menyenangkan. Kalau kau mau berbincang dengannya aku akan meminta ibuku datang sekarang," ujar Jay lalu merogoh kantongnya dan mengambil ponsel miliknya.

"Tidak perlu." Perempuan itu mengayunkan kedua tangannya tanda ia menolak. "Nanti aku akan menghampiri rumahmu saja sendiri," balas Isabella.

"Seorang perempuan sepertimu tidak mungkin kuat menyusuri jalanan rumahku yang sangat sempit dan kotor, bagaimana kalau gaun yang kau pakai menjadi bernoda?" tanya pemuda itu sedikit bergurau.

"Tidak masalah. Gaun hitamku ini tidak akan membuat noda yang menempel terlihat," ucap Isabella bangga lalu meremat gaun yang sedang ia pakai. "Oh benar, kita belum berkenalan." Perempuan itu mengulurkan tangannya ke arah pemuda di sampingnya. "Aku Isabella, Isabella Adamson," ucapnya.

"Jay, Jay Rider. Senang bertemu denganmu, Tuan Putri." Pemuda bernama Jay itu pun membalas uluran tangan Isabella dan berjabat tangan untuk beberapa detik.

Isabella tertawa kecil. Terkadang ia lupa kalau dirinya adalah putri dari Kerajaan Belamour, tentu semua orang mengenalnya. "Cukup panggil aku dengan Isabella saja. Sepertinya umur kita sama, benar begitu, Jay?" tanyanya.

"Sepertinya begitu. Hari ini umurku bertambah menjadi 20," balas Jay.

Isabella terkesiap. "Benarkah?! Seharusnya kau merayakannya bersama teman-temanmu atau keluargamu. Kenapa kau malah berada di sini?" tanyanya heran.

Noh AWhere stories live. Discover now