1

994 111 0
                                    

Hari yang tidak pernah Jay harap akan datang. Hari dimana ia harus pergi dari kontrakan yang sudah ia tunggak bayarannya selama 3 bulan. Keadaan ekonominya yang tidak begitu bagus mengharuskannya untuk hidup tanpa tempat tinggal yang layak.

Ternyata mencari uang tidak semudah yang ia bayangkan. Andaikan kedua orang tuanya masih ada di dunia ini, pasti ia bisa hidup layak bagaikan kebanyakan manusia di dunia ini. Ia bisa berkuliah atau setidaknya mendapatkan pekerjaan tetap.

Pemuda itu sudah merapikan beberapa baju miliknya dan memasukannya ke dalam tas yang sudah usang. Dengan langkah yang diseret pemuda itu berjalan keluar dari rumahnya. Begitu ia membuka pintu, sebuah amplop berwarna merah marun terjatuh dan mendarat di dekat pot bunga depan rumahnya.

Mata elangnya meneliti setiap sisi amplop yang sedang ia pegang. Tidak ada nama pengirim, tidak ada alamat yang dituju, hanya sebuah amplop polos biasa. Akhirnya ia membuka amplop itu dan mendapati selembar surat, pemuda itu membacanya dengan sangat fokus walaupun ia tidak yakin apakah surat itu untuknya atau bukan.

Begitu membaca kata-perkata yang tertulis di selembar surat itu, mata pemuda itu membelalak. Bagaimana tidak? Surat itu berkata kalau lelaki itu ditawarkan untuk melakukan suatu pekerjaan dan akan membayarnya dengan nominal satu juta dollar. Dengan uang sebanyak itu tentu ia bisa kembali hidup layak.

Di sana dituliskan kalau ia harus menghubungi nomor telepon yang tertera di sana jika ia tertarik dengan pekerjaan itu. Tanpa mengetahui apa yang harus ia kerjakan, ia merogoh ponselnya lalu menelepon nomor tersebut.

"Selamat pagi. Saya menemukan sebuah surat di pintu saya dan di surat itu tertulis kalau—"

"Pekerjaan yang harus anda kerjakan adalah menculik Putri Isabella, anak dari Raja Benjamin," sela seseorang yang berbicara dari sebrang sana.

Sontak Jay menganga. Yang benar saja? Ia harus menculik seorang putri, hal itu tentu tidak mudah. Pasti banyak sekali pengawal yang siap menjaga Putri Isabella di manapun dan kapanpun perempuan itu berada.

"B-Bagaimana caranya, dan kalau saya berhasil menculiknya saya harus apa?" tanya Jay terbata-bata.

"Lakukan apa saja sesukamu, yang penting bawa perempuan itu pergi ke sebuah rumah di Gunung Micawber. Akan saya berikan petanya nanti."

"Tapi—ah ...." Belum selesai berbicara, telepon dimatikan sepihak. Di satu sisi pemuda itu merasa senang karena ia mendapatkan pekerjaan dengan bayaran yang besar, tetapi di satu sisi ia merasa gundah karena tidak yakin apakah ia bisa melakukan pekerjaan ini dengan baik atau tidak.

Bagaimana kalau pemuda itu berujung membusuk di penjara karena ketahuan menculik seorang putri? Membayangkannya saja sudah membuatnya bergidik ngeri. Ia tidak mau dicap sebagai penjahat selama hidupnya, tapi pekerjaan ini sangat menggiurkan.

Setelah berkutat dengan pikirannya beberapa menit, pemuda itu memasukkan suratnya ke dalam tas miliknya lalu pergi meninggalkan kontrakannya. Pemuda itu berjalan tanpa arah yang jelas. Mencari tempat yang setidaknya bisa dijadikan tempat untuk beristirahat.

Langkah demi langkah ia berjalan sembari memikirkan strategi terbaik untuk menculik sang putri. Ya, pada akhirnya pemuda itu memilih untuk melakukan pekerjaan yang diberikan. Mau bagaimanapun uang lebih penting saat ini. Ia akan melakukan apapun demi uang.

Langkahnya terhenti, kali ini pemuda itu mulai berjalan lagi dengan arah yang jelas. Tujuannya kali ini adalah istana tempat Putri Isabella tinggal. Ia hanya ingin tahu bagaimana keadaan di sana, mungkin dengan melihat-lihat sebentar ia bisa mendapatkan strategi yang tepat.

Dari pagi hingga siang Jay berjalan, akhirnya ia sampai di depan gerbang istana. Sesuai dugaannya, banyak penjaga yang berdiri di setiap sudut istana. Untuk melewati gerbang istana itu saja sangat tidak mungkin, apalagi untuk masuk ke dalam istananya?

Akhirnya pemuda itu memilih untuk mengangkat kaki dari sana. Kali ini ia akan berkeliling jalanan di sekitar istana saja. Mungkin ia bisa menemukan tempat istirahat yang nyaman, sudah setengah hari ia gunakan untuk berjalan. Ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki taksi atau bus.

Sebuah taman bunga yang indah mengalihkan perhatiannya. Tak hanya bunga-bunga cantik itu saja yang mengalihkan perhatiannya, seseorang dengan gaun berwarna putih bersih juga mengalihkan perhatiannya. Rambutnya yang panjang sepinggang dan sun hat berwarna hitam yang menutupi wajahnya dari sinar matahari. Tidak salah lagi, perempuan itu adalah Putri Isabella.

Semua orang di dunia ini tahu betapa cantiknya Putri Isabella, termasuk Jay Rider. Untuk beberapa waktu pemuda itu diam mematung memandangi wajah sang putri dari kejauhan.

Lantas tangannya menampar wajahnya sendiri guna menyadarkan dirinya agar tidak terhanyut oleh pesona Putri Isabella. Pemuda itu melirik ke sekelilingnya, sayang sekali ada dua penjaga yang berdiri di depan taman.

Dengan perasaan kecewa lelaki itu melanjutkan perjalanannya. Padahal bisa saja ia langsung menculik Putri Isabella sekarang dan membawanya ke Gunung Micawber. Lebih cepat ia mengerjakan pekerjaan yang diberikan, semakin cepat juga ia mendapatkan uangnya, bukan?

Sudah sekitar satu jam pemuda itu berjalan, ia menemukan sebuah pohon besar dan rindang. Cocok untuk dijadikan tempat beristirahat, ia pun berjalan mendekati pohon itu lalu menyandarkan tubuhnya di sana. Matanya dipejamkan beberapa lama, mencoba untuk menahan lapar dan dahaga. Menyedihkan sekali, ia benar-benar merasa kasihan pada dirinya sendiri. Padahal tak jauh dari pohon itu terdapat beberapa rumah makan, tapi sayang ia tidak bisa membeli apa-apa di sana.

Walaupun tubuhnya sedang beristirahat, otaknya terus-terusan berpikir. Banyak pertanyaan yang muncul. Sebenarnya siapa yang berniat untuk menculik Putri Isabella? Apakah orang itu memiliki dendam pribadi dengannya? Tapi bagaimana bisa seseorang memiliki dendam kepada seorang putri yang hampir tidak pernah melakukan kejahatan kepada siapapun?

Tiba-tiba pemuda itu menegakkan tubuhnya. Ia tersadar akan satu hal. Jika ia berhasil menculik Putri Isabella, bagaimana caranya membawa perempuan itu ke Gunung Micawber? Tidak mungkin kalau hanya dengan berjalan kaki. Tentu orang lain akan mengejarnya.

"Baiklah. Istirahat selesai," gumamnya lalu berdiri dan membersihkan pakaiannya dari dedaunan yang menempel. Tujuannya kali ini adalah mencari kendaraan yang mampu membawa dirinya dan Putri Isabella pergi ke gunung nanti.

《《《 》》》

《《《 》》》

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Noh AWhere stories live. Discover now