Sweet Scandal - Part 26

1.7K 302 12
                                    

Hi semuanya.

Happy weekend with Joker Couple.

Hope you guys like this part.

Happy reading.

🧡🧡🧡

Daxter memakan steaknya dengan tenang, sedangkan di depannya sudah ada Delia yang sedang memakan salad sayurnya. Besok mereka akan terbang ke Raja Ampat untuk shooting pertama film mereka.

Mereka akan di sana selama empat hari penuh sebelum terbang ke Bandung untuk shooting kedua yang direncakan akan menghabiskan waktu sekitar dua hari saja. Dan yang terakhir mereka akan shooting di pedalaman Sulawesi dengan waktu yang tidak bisa diprediksi.

Film pertama Daxter ini bercerita tentang dua orang teman semasa kecil yang harus berpisah karena Ibu Delia mengajaknya untuk hidup berpindah-pindah guna menghindari Ayah Delia yang terus mencoba mengambil Delia dari Ibunya. Hingga akhirnya mereka kembali bertemu di Raja Ampat di saat Daxter sedang liburan sedangkan Delia sudah menetap di sana selama sebulan lebih.

Mereka langsung jatuh cinta tanpa mengetahui jika mereka adalah orang yang saling merindukan satu sama lain sejak mereka terpisahkan beberapa puluh tahun silam. Sayangnya Daxter harus kembali ke Bandung untuk menikah dengan orang pilihan Papa-nya.

Karena terlanjur mencintai Delia, Daxter akhirnya kabur meninggalkan pengantinnya. Daxter kabur ke tanah Sulawesi dan takdir kembali mempertemukannya dengan Delia. Di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Daxter dan Delia kembali memulai hidup mereka bersama.

Pasti kalian akan berkata 'So sweet' begitu kan?! Maka dengan keras Daxter akan berkata 'Sweet pala kau turun ke kaki?! Mau kugelindingkan pala kau dari atas Sesean?!'

Jadi bagaimana?

"Kok tiba-tiba kamu ngajak ketemuan? Tumben" Delia nampak menahan senyumnya, berbeda dengan Daxter yang kini sudah menatap Delia dengan senyum lebar andalannya. Senyum yang sebenarnya penuh ancaman dan kelicikan.

"Ada beberapa hal yang harus aku kasih tahu ke kamu, Delia" kata Daxter dengan senyum manis yang memabukkan. "Kita udah kenal lama, sejak kita SMA. Tapi kayaknya kamu belum tahu semua tentang aku" lanjutnya yang membuat kening Delia mengerut tak paham.

"Apa it... arrrggghhh!!!" Delia berteriak ketakutan saat pisau yang sebelumnya ada di tangan Daxter sudah laki-laki itu lemparkan hingga kini mendarat beberapa milimeter di sebelah tangannya. Salah bergerak sedikit saja, nadinya bisa menjadi santapan yang enak untuk pisau daging itu.

Daxter bangkit dari duduknya dan mendekati Delia dengan langkah penuh ancaman, di tempatnya gadis itu sudah meluruhkan air matanya. Dengan kasar Daxter mencengkram rahang Delia dan mengarahkan wajah gadis itu untuk menatap wajahnya yang sudah seperti singa siap mengoyak mangsanya.

"Kamu jelas tahu aku ini siapa. Aku bagian dari sisi gelap seorang Romeo Utama" bisik Daxter menyebut nama sepupunya yang paling dekat dengannya. "Kamu pasti tahu bagaimana kejamnya dia, dan seharusnya kamu juga tahu, pastinya sikapku tidak akan jauh berbeda dengan dia" Daxter pun melempar wajah Delia dengan kasar hingga terdengar suara ringisan kesakitan.

"Bermain-mainlah dengan aku sebanyak yang kamu mau, Delia, karena aku juga akan memainkan kamu sebanyak yang aku inginkan" kata Daxter dengan senyum kejinya.

Tangan Daxter lalu terulur untuk menjambak rambut Delia hingga kepala gadis itu mendongak dengan bunyi tulang yang cukup nyaring. Tanpa kata Daxter mengambil kacamata yang sebelumnya digunakan Delia dan menghancurkannya dengan tangan kirinya yang menganggur.

"Kalau kamu pikir aku bodoh, maka kamu salah. Selama ini aku cuma pura-pura bodoh untuk menyembunyikan sisi gelapku ini" bisiknya sebelum memasukkan tangannya ke dalam tas tangan Delia dan mengambil sebuah voice recorder kecil yang ada di sana.

"Bilang ke siapapun orang itu, kamu menghilangkan kacamata kamu dan kamu lupa menyalakan voice recorder ini. Paham, Delia?" tanya Daxter setelah menghapus rekaman suaranya. Dengan patuh Delia mengangguk-anggukkan kepalanya dalam tangisan.

Daxter kembali menyentak kepala Delia hingga kepala gadis itu terkantuk meja cukup keras. Namun begitu tentu saja Daxter tetap merasa tak bersalah.

"Kalau sampai ada yang tahu tentang kejadian ini, maka kamu yang akan menanggung sendiri akibatnya, Delia" Daxter pun menegakkan tubuhnya di depan Delia yang masih menunduk dan menangis dalam ketakutan.

"Aku memang sudah masuk ke dalam permainan yang kamu buat, tapi mulai sekarang, akulah pengendali permain ini. Ingat itu, Aura Delia!!!"

🧡🧡🧡

Daxter masuk ke dalam mobilnya dan langsung membuat Albion menatapnya tajam. "Santai dong, Mas, jangan lihatin gue kayak begitu!" kata Daxter sambil memasang seat beltnya.

"Gue nggak ngapa-ngapain kali ini" lanjut Daxter saat Albion tak kunjung melajukan mobilnya.

"Gue tahu jelas kalau lo nggak akan diam aja setelah tahu apa yang Delia rencanakan" kata Albion yang akhirnya melajukan mobilnya meninggalkan salah satu restoran mewah itu.

"Gue cuma kasih dia pelajaran dikit. Siapa suruh main-main sama Daxter" kata Daxter mengalihkan pandangannya ke arah jalanan yang mulai ramai kembali karena sekarang jam makan siang telah usai.

"Gue kira lo udah sembuh..."

"Gue nggak sakit, Mas! Udah berapa kali gue tegaskan ke lo dan Mbak Yasmine! Gue nggak sakit jiwa!" kesal Daxter yang kini sudah menatap Albion tajam.

"Gue melakukan semua itu secara sadar. Lo juga tahu, gue ini bagian dari Martinelli yang kejam! Bedanya cuma gue nggak membunuh, itu aja" jelas Daxter entah sudah untuk yang keberapa kalinya.

"Tapi itu nggak wajar buat gue, Daxter!" Albion menghela nafasnya yang berhasil menyulut emosi seorang Daxter Averill Nugraha.

"Nggak wajar buat lo bukan berarti nggak wajar buat gue! Berhenti di depan" kata Daxter dengan dinginnya yang langsung membuat Albion menghentikan mobilnya di tepi jalan yang cukup ramai.

"Menurut gue semua ini wajar karena dari apa yang gue pelajari dari Martinelli adalah mata dibayar mata, jantung dibayar jantung, dan hati dibayar hati" kata Daxter sebelum turun dari mobil meninggalkan Albion.

🧡🧡🧡

See you soon.

Much love💚
Jiwoo👰🏻‍♀️
13 Maret 2022🌱

Sweet Scandal✔Where stories live. Discover now