El berdecak. "Bilang sama Daddy, El besok telat datang jadi jangan nungguin El."

Bodyguard itu mengangguk. "Baik tuan." Bodyguard itu lalu berjalan keluar, sedangkan El kembali menahan kekesalannya.

'Sial, pasti mereka berebutan.'

***

Syasha baru saja datang ke sekolah dengan wajah sembab karena baru tahu abangnya pergi sejak kemarin. Kalau saja dia tidak tidur sore saat itu, mungkin ia akan tahu lebih awal lalu menyuruh abangnya untuk pulang kembali.

Karena kata Daddynya abang sedang bekerja di tempat yang jauh... Tanpa mengajaknya.

"Nanti Daddy jemput," ucap Raka.

Syasha mengangguk kecil, wajahnya masih saja murung.

"Nanti besok abang pulang." Raka mencium kening putrinya.

"Daddy." Syasha mendongak dengan wajah sembabnya.

"Kenapa sayang?" Raka menatap putrinya lembut.

"Nanti kalo abang pulang, Syasha mau marah lagi. Soalnya abang pergi gak ngajak Syasha."

Raka sontak tertawa kecil,
"Iya."

Mereka akhirnya sampai di kelas, guru yang sudah di dalam merasa terkejut melihat Raka datang.

"Selamat pagi pak." Guru itu menunduk sopan seraya menyapa.

Syasha yang melihatnya justru heran. Alisnya terangkat karena melihat gurunya sendiri terlihat takut dengan Daddy.

"Maaf, putri saya telat."

Guru itu kembali terkejut mendengar ucapan maaf dari mulut Raka. "Iya Pak, tidak papa," jawabnya cepat.

"Daddy kerja dulu, nanti pulang Daddy jemput. Jangan pergi kalo di ajak orang selain daddy, oke?"

"Oke Dad." Syasha mengecup pipi daddynya sebelum masuk ke kelas.

***

Syasha dan Manda baru saja keluar kelas dan berjalan menuju kantin. Karena kata Manda, lewat lab-lab akan lebih jauh sampai di kantin, akhirnya mereka berdua lewat lapangan outdoor yang biasa di pakai untuk bermain basket anak-anak.

Dan kebetulan saat Syasha dan Manda lewat sana, lapangan itu sedang di pakai oleh anak basket yang membuat ramai siswa yang nonton.

"Harusnya tadi kita lewat koridor pertama aja Sya."

Syasha menoleh. "Emang kenapa?"

"Ya lo liat kan? Rame, berisik. Gue juga malu kalo lewat sini, biasanya tuh prince-prince sekolah kita muncul dari lapangan, ya termasuk abang lo itu."

Syasha ber'oh ria, lalu memandang kembali ke arah lapangan.

"Rame banget ya," gumam Syasha memandang tribun kecil di pinggir lapangan.

"Biasanya gitu Sya, kalo ada anak basket pasti cewek-cewek pada cuci mata ngeliat abs," ujar Manda ikut memandang isi lapangan basket itu.

Syasha mengangguk pelan. "Beda ya," gumam Syasha membuat Manda menoleh. "Kalo Syasha cuci mata enaknya di kamar mandi sambil mandi. Emang enak ya, cuci mata sambil panas-panasan gitu?"

Manda mengerjabkan matanya berkali-kali. Setelah itu karena ia baru kali ini mendengar jawaban polos seperti tadi, Manda tak bisa menahan tawanya. Akhirnya Manda menyemburkan tawanya keras, bahkan sangat keras, hingga terdengar sampai lapangan.

Anak basket yang baru saja selesai main ikut mendengar suara tawa Manda. Syasha membesarkan matanya saat sadar mereka jadi pusat perhatian.

"Ndaaa," bisik Syasha gugup.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang