Chap28:⊙.☉

Mulai dari awal
                                    

Di dalam kamar, Ria menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sudah menata diri menunggu sampai seminggu lebih untuk membuat keadaan mentalnya membaik. Ria menyembunyikannya, melihat sekilas darah membuatnya cukup terguncang, walaupun tidak kentara, Ria sebenarnya ketakutan, sehingga tidak membuat masalah dan menjalani hari-harinya dengan damai untuk menutupinya.

"Gue tau lo dalang dibalik semuanya, Saskia. Jadi, tunggu balasan bertubi-tubi dari  gue," ucap Ria dengan wajah datarnya. Pandangan matanya dingin, lebih dingin dari biasanya. "Balasan gue mungkin nggak separah lo, tapi itu cukup buat lo keganggu. Gue nggak segila lo."

Ria merobek foto dirinya dan Saskia yang dulu. Ia tak menyangka, Saskia yang baik kepadanya ternyata hanya kedok untuk menyembunyikan kebusukannya.

"Satu persatu, pion lo bakal gue jatuhin."

***

Zora menikmati angin malam yang menerpa wajah cantiknya. Ia berada di taman kantor, ia baru saja istirahat, bekerja dengan bergaya di depan kamera ternyata melelahkan juga. Zora tersentak kaget saat rasa dingin menyerang pipi kirinya. Spontan ia langsung berdiri, matanya menatap sinis si pelaku.

"Gue kaget, tau!" ketus Zora sembari mengelap pipi kirinya yang agak basah.

Roni—si pelaku terkekeh geli, tangan kanannya menyodorkan minuman dingin kepada Zora. "Nih, minum. Lo haus, 'kan? Tapi, sengaja nggak mau beli biar dibeliin gue."

"Dih, GR banget lo! Gue cuma mager aja jalan ke kantin," seru Zora sinis, tapi tetap menerima minuman dingin dari Roni.

Roni memutar bola matanya malas sembari menggeleng pelan. Zora tipe cewek malu-malu tapi mau. Mereka berdua pun duduk bersama sembari menikmati angin sepoi-sepoi.

"Zor," panggil Roni.

"Hm?" Zora menoleh, menatap Roni yang pandangannya masih tetap ke depan.

"Lo pernah pacaran?" tanya Roni tiba-tiba.

Zora terdiam sejenak, merasa bingung dengan Roni yang tiba-tiba menanyakan hal itu.

"Kenapa lo tiba-tiba nanya hal itu?" tanya balik Zora.

"Engg ... pengen tau aja," jawab Roni pelan.

Zora menghela nafasnya, ia menghempaskan punggungnya di sandaran kursi.

"Gue nggak pernah pacaran. Nggak ada waktu untuk itu," ujar Zora, lalu meminum minumannya.

"Berarti gue punya kesempatan dong."

"Maksud lo?"

Zora menatap heran Roni, dahinya mengerut, meminta penjelasan dari perkataan Roni barusan. Mimik muka Roni berubah gugup bercampur panik.

"Gu--gue ke kamar mandi dulu, ya." Dengan gerakan cepat, Roni berlari pergi.

Zora masih setia menatap punggung tegap cowok itu. Tanpa sadar, pipinya samar-samar memerah. Zora menangkup kedua pipinya.

"Jangan-jangan ... Roni mau nembak gue?"

***

PRAGH!

Not Me [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang