Part 42

7.9K 499 19
                                    

Happy reading ❤️
Part ini lumayan panjang ya guys, semoga nggak capek bacanya 😘

Rio menghentikan mesin mobil di depan sebuah kafe yang tidak jauh kantornya. Setelah dirasa ini kafe yang sesuai dengan yang dikatakan oleh kliennya tadi Rio pun turun dan mulai melangkahkan menuju bagian paling depan dari kafe tersebut. Rio mengedarkan pandangannya mencari sosok yang membuatnya ada di sini sekarang.

Begitu melihat seorang lelaki yang ia maksud Rio mendekati salah satu meja dan menyapa seorang pria yang kira-kira usianya seumuran dengan ayahnya.

"Pak Rio, silahkan duduk Pak,"

Sambut orang tersebut saat Rio sudah ada di dekat mejanya. Rio mengangguk dan duduk sesuai arahan orang tersebut. Selanjutnya mereka membicarakan tentang bisnis, kerjasama, dan sebagainya.

***

Saat keluar dari pintu kafe semua urusannya sudah selesai. Sebuah lengan memegang bahunya ketika hendak membuka pintu mobil.
Refleks Rio menghentikan kegiatannya dan berbalik badan melihat siapa yang sekarang berani menyentuh bahunya yang kini berbalut jas mahal.

Semua sumpah serapah yang sudah ia sudah ia susun untuk ia lontarkan pada sang pelaku seketika hilang dalam sekejap, entah ke mana kata-kata yang mungkin ada rentetan nama binatang atau nama hewan itu perginya. Rio hanya bisa diam saat melihat siapa yang ada didepannya saat ini, seorang wanita yang sangat ia kenal dan menjadi penyebab ia menjadi pria sedingin dan seangkuh sekarang, tentunya selain pada Ify.

"Ri-o,"

Ucapan yang menyebutnya namanya itu membuat Rio tersadar jika wanita ini benar adanya dan sedang dalam keadaan sadar.
Apalagi melihat senyuman diwajah wanita itu yang masih sama seperti dulu.

"Eh iya."

Pandangan mereka saling bertemu dan mencoba mendalami arti tatapan masing-masing, mencoba mengatakan apa yang kini mereka rasa lewat tatapan. Seolah mereka lupa pada masa sekarang sanking terbawanya kilasan masa lalu yang pernah terjadi.

Mereka saling melepaskan tatapan saat mendengar suara handphone yang berdering dari dalam tas cantik dan terlihat mahal milik wanita yang sekarang merogoh tasnya.

"Aku pulang dulu ya. Papa udah nunggu,"

***

Rio menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi yang ada di dalam kamarnya dan sang istri. Ralat kamar istrinya yang sekarang mereka tempati bersama. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa jam lalu, seketika kilasan kilasan masa lalu itu hadir dengan sendirinya. Mengabaikan panggilan sang istri, Rio masih terus melamun dengan pandangan yang mengarah pada laptop di depannya tapi tidak dengan pikirannya.

"Rio,"

Tepukan dipipinya berhasil membuat Rio tersadar dimana ia sekarang. Kedua alis Ify saling mengerut melihat perubahan wajah suaminya.

"Lagi ada masalah di kantor ya?"

Tanyanya penuh hati-hati.

"Enggak sayang."

Ify semakin menautkan alisnya kini disertai tatapan memicing pada Rio seolah tak percaya dengan apa yang Rio katakan.
Menghembuskan nafasnya pelan Ify berusaha menegang salah satu tangan lebar milik Rio.

"Kalo gak ada masalah kantor terus kenapa melamun?"

Rio meraih pipi Ify dan mengelusnya lembut seperti biasanya. Memasang wajah senyum pada sang istri agar Ify tidak menduga-duga apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Mungkin ini termasuk jahat tapi ia tidak bisa menahan keinginan otaknya yang memikirkan wanita lain padahal ada hati yang harus ia jaga kini. Terlebih ini bukan lagi sebatas cinta monyet yang terlalu labil untuk memegang dua atau lebih perasaan pada orang yang berbeda.

Masih Ada Cinta (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora