Part 9

18.9K 1.3K 2
                                    


Rio mematikan mesin mobilnya di depan rumah yang lumayan mewah tapi masih jauh lebih mewah rumah yang saat ini ia tinggali. Lama memandang kearah rumah itu dari kaca jendela mobil yang sengaja ia buka.

Rio menghembuskan nafas sebelum keluar dari mobilnya. Langkah kakinya yang di baluti sepatu pantofel hitam mengkilap itu membawanya semakin mendekati pintu rumah yang bercat warna putih.

"Semoga orangnya belum pergi. Ini masih pagi dan mungkin Ify masih di rumah."

Batinnya berharap semoga hari ini ia bisa bertemu Ify. Dengan kepalan tangannya Rio menyentuh pintu dan mengetuknya pelan beberapa kali. Tidak butuh waktu lama pintu bercat putih itu di buka oleh seorang wanita yang sangat cantik dengan balutan baju tidurnya.

Wanita itu menatap Rio dengan kedua mata yang membola. Ia mengusap matanya berulang kali guna memperjelas penglihatannya. Selanjutnya ia menatap Rio yang tersenyum  dengan tatapan yang aneh.

"Hai Keke."

Sapa Rio pada Keke yang ternyata membuka pintu dengan wajah batalnya.

"Kak Rio?"

Rio mengangguk sambil terus menyunggingkan senyum. Matanya celingak celinguk ke dalam rumah yang saat ini Keke tempati bersama Ify.

"Kak Rio ngapain ke sini?"

Tanya Keke pada Rio yang terlihat bingung.

"Kakak ke sini mau ketemu sama kak Ify. Apa kak Ifynya ada?"

Rio memilih berterus terang tentang tujuannya datang kesini. Keke tampak mencondongkan wajahnya ke dalam rumah.

"Ada kok kak. Kakak masuk aja yuk. Duduk dulu biar Keke panggil kak Ify."

Keke mengajak Rio memasuki rumah dan mempersilakannya duduk di sofa ruangan tamu.

Sembari menunggu Keke yang katanya memanggil Ify, Rio memperhatikan sudut rumah ini. Terlihat beberapa foto yang di pasang di dinding dan ada juga yang di letakkan di atas meja.

Bibirnya tersenyum sendu saat melihat foto Ify memeluk seorang anak kecil yang tengah tertawa. Rio menarik nafas dalam - dalam sebelum menghembuskan pelan. Ia tidak tau apa yang akan ia katakan nanti pada Ify.

Ify menuruni tangga dengan langkah pelan sambil matanya terus menatap pada sosok yang kini duduk di ruang tamu rumahnya. Hatinya menjadi tak menentu saat tadi Keke bilang ada Rio yang ingin bertemu dengannya.

Ify memegang dadanya yang entah mengapa berdegup lebih kencang dari kondisi normalnya. Ia sampai menghentikan langkah sekejap.

"Aduh kok malah deg-degan sih kayak baru ketemu aja. Padahal kan kemarin juga baru ketemu Rio tapi gak kenapa - napa kan."

"Tenang Ify. Dia datang baik-baik, kamu juga harus terima dia sebagai tamu dengan baik. Huft."

Ify membuang nafas dan mengaturnya agar bisa normal seperti biasa kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju ruang tamu di mana ada Rio di sana.

Dari yang Ify lihat Rio tampak serius menatap kearah salah satu figura yang menempel di dinding yakni figura dirinya dan Gio. Pria itu belum menyadari kehadirannya. Ify melangkah lebih dekat kearah sofa.

"Ehem."

Sengaja Ify berdehem untuk mengalihkan perhatian lelaki itu.
Benar saja Rio langsung menoleh padanya dan seketika matanya tertuju pada mata elang pria itu.

Ify tidak bisa menahan untuk tidak menatap pada Rio. Rio pun demikian, sudah lama ia ingin menatap Ify seperti ini dan tuhan berbaik hati padanya.

Rio bangun dari duduknya berjalan kearah Ify yang masih berdiri kaku.

"Ri ... Rio."

Ify sampai terbata mengucapkannya. Jantungnya berdegup tak karuan saat tubuhnya merasakan sebuah pelukan erat dari Rio. Kedua tangan pria itu melingkari tubuhnya dengan erat.

"Aku kangen Fy."

Ify masih diam dengan air mata yang entah sejak kapan sudah mengaliri pipinya. ia terisak pelan. Apa sebenarnya maksud Rio.

Baru kemarin ia mendapatkan tatapan tidak peduli pria itu dan sekarang Rio datang dengan memeluknya seolah pria itu lupa pada hari kemarin. Seolah Rio yang sekarang dan kemarin itu adalah orang yang berbeda.

Ify melepas paksa tubuhnya dari kurungan Rio saat mengingat kalau saat ini Rio bukan lagi miliknya tapi sudah ada Laura yang menjadi tunangan pria itu.

"Fy-"

"Silahkan duduk lagi Rio dan jelaskan ada keperluan apa kamu datang ke sini."

Ujar Ify menutupi rasa gugup yang tiba-tiba menghampirinya.

"Kamu selalu perlu bagi aku Fy. Aku mau meluruskan semua yang terjadi di antara kita. Tentang masa lalu kita."

Ify tersenyum remeh.

"Udah gak ada gunanya lagi Yo untuk bahas masa lalu kita. Bukannya kita udah punya kehidupan masing-masing? aku gak mau ganggu kebahagiaan kamu Yo."

Ify benci air mata yang terus mengalir di pipinya tanpa bisa ia cegah.

"Kebahagiaan apa yang kamu maksud Fy? cuma kamu kebahagiaan aku."

Hati Rio ikut berdenyut saat melihat Ify mengeluarkan cairan bening itu dari matanya.

"Laura. Aku tau kamu dan Laura sudah tunangan dan aku gak mau konsentrasi kalian buyar serta aku juga gak mau Laura salah paham sama aku."

Ify berusaha menjelaskan meski apa yang ia katakan lewat lisan justru bertolak belakang dengan apa yang hatinya katakan.

"Bukan Laura tapi kamu yang salah paham Fy."

Ify tertawa hambar. Merasa di permainkan oleh Rio.

"Selama ini cuma kamu yang aku fikirkan gimana bisa aku mencari wanita lain."

"Bohong. Terus Laura?"

"Laura itu cuma calon-"

"Calon istri? Aku gak peduli Yo."

Ify menggeleng pada Rio. Haruskah Rio bilang kalau Laura itu calon istrinya? Ify tidak sanggup mendengar nya.

"Bukan Fy. Makanya kamu harus denger aku dulu."

"Laura itu ...,"

Ify menutup telinganya sambil menggeleng membuat Rio menghentikan ucapannya. Rio berusaha mengambil tangan Ify dari kedua telinganya. Setelah berhasil ia genggam kedua tangan Ify.

Matanya menatap tepat pada kedua mata sendu milik Ify. Meski Ify dengan cepat langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Enggan untuk bersitatap dengan Rio.

"Dengerin aku jelasin dulu ya. Jangan dipotong nanti setelah aku jelasin  kamu terserah mau nanggapin gimana dan semua kesimpulannya ada di kamu nanti."

Ify diam saja membiarkan Rio menjelaskan semua yang ingin pria itu jelaskan.

"Bisa aku mulai?"

Ify mengangguk pelan.

"Ehem."

Rio menormalkan suaranya dengan deheman.

"Selama ini kamu salah faham tentang aku Fy. Kamu ngira pria Pria yang bersama Laura kemarin itu aku kan?  dan pria yang kamu tampar di depan kafe kemarin itu aku? kamu salah Fy, itu bukan aku."
 
"Dulu aku punya rencana buat bawa kamu ke Jerman buat ngenalin kamu sama keluarga aku yang di sana tapi karena kita terpisah ya semua jadi batal. Aku menyesal karena belum sempat cerita semua sama kamu Fy."

Dalam hati Ify bertanya-tanya apakah maksud perkataan Rio. Kalau bukan Rio yang ia tampar kemarin lalu siapa. Mana ada manusia memiliki bentuk tubuh serta wajah yang sama persis kecuali kembar.

Atau jangan-jangan Rio memang punya kembaran? Ingin segera bertanya namun Ify tidak ingin menyela Rio yang terlihat masih ingin melanjutkan penjelasannya.

Masih Ada Cinta (Tamat)Where stories live. Discover now