Part 19

12.1K 811 1
                                    

"Ngantuk Yo."

Adu ify saat merasa ada rasa kantuk menyerangnyanya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam jadi wajar jika Ify mulai ingin menutup mata untuk berkelana dialam mimpi.

"Sini tiduran. Mata kamu juga udah merah itu."

Rio menggeser sedikit tubuhnya dan menarik Ify agar berbaring.

"Iya, Gio aja yang tidurnya di tengah. Takut jatuh."

Ify berpindah ke samping Gio. Anaknya bersama Rio itu sudah pulas. Rio menarik tubuh Gio agar semakin rapat padanya dan menarik tangan Ify agar merapat pada Gio. Ify menurut saja bahkan saat Rio memeluknya juga padahal ada Gio di tengah mereka. Rio mengecup kening Gio lalu mengecup juga kening Ify membuat wanita cantik itu tersenyum.

"Ini adalah saat yang paling aku nantikan. Di mana mataku hanya  melihat kalian sebelum aku tertidur dan aku berharap besok pagi kalian juga yang pertama kali aku lihat sebagai suguhan utama bagi mataku."

Rio tak henti memandang pada Ify dan Gio. Ini adalah saat paling bahagia dalam hidupnya. Saat di mana orang yang ia cintai dan darah dagingnya terlelap dalam pelukannya. Menarik selimut sampai menutupi batas dada mereka. Rio juga ikut memejamkan mata menyusul Ify dan Gio yang telah hanyut dalam alam mimpi.

***

"Tante Keke."

"Astaghfirullahaladzim,"

Keke terlonjak kaget dan mengelus dada saat Gio menghampirinya yang tengah minum teh hangat pagi ini di dapur. Masih menggunakan baju tidur, dengan bibik yang membersihkan bagian dapur.
Gio duduk dikursi dekat Keke dan memperhatikan teh yang Keke minum.

"Tante, Gio juga mau minum. Tapi minum susu ya."

Keke mengangguk.

"Gio tunggu bentar ya. Biar tante buatin dulu habis itu kita mandi. Gio belum mandi kan?"

Keke mengelus rambut keponakan yang sangat ia sayangi itu.

"Iya tante. Tapi Gio udah cuci muka kok, kan mau minum susu."

Keke tersenyum. Tangannya terulur mencubit pipi Gio dengan gemas dan mencium pipi gembul itu.

"Pinter banget ya sekarang. Ya udah tunggu di sini ya."

"Oke tante Keke yang cantik."

Gio mengacungkan jempolnya pada keke sebelum gadis itu beranjak.
Hanya butuh beberapa menit saja Keke sudah selesai membuat segelas susu coklat kesukaan Gio. Ia hampiri bocah itu yang masih setia duduk di kursi meja makan.

"Nih sayang tante udah buatin susunya. Ayo diminum, sampai habis ya."

Keke menaruh segelas susu di hadapan Gio. Ia kembali duduk di tempatnya tadi, melanjutkan minum teh yang masih setengah ia habiskan.

"Bunda belum bangun ya sayang?"

Gio menggeleng dengan gelas yang masih bersentuhan di bibirnya.  Berusaha menegak susu coklat yang rasanya sangat nikmat itu.

"Belum. Bunda tidulnya nyenyak sama kaya ayah."

Dahi Keke berkerut mendengar perkataan Gio. Jadi mereka tidur sekamar? atau mereka udah baikan? pertanyaan itu akan terjawab nanti. Pikirnya.
Hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan. Mereka kembali diam menikmati minuman masing-masing sampai tandas.
Setelah itu seperti biasanya mereka mandi di kamar mandi Keke.

****

Suara deringan handphone mengusik lelapnya tidur sepasang anak manusia yang saling memberi kenyamanan walau hanya lewat pelukan. Sang pria yang lebih dulu mendengar suara itu yang kebetulan letak hp tersebut tidak jauh dari posisinya. Meraba nakas di sebelah kiri ranjang, melihat siapa yang menelponnya di pagi buta seperti ini. Dia lantas mendekatkan handphone itu pada telinganya.

"Riooooo!"

Pria yang ternyata Rio itu menjauhkan hpnya dari telinga saat mendengar seseorang meneriaki namanya.

"Apa sih Dhira. Gak usah pake teriak bisa kan?"

Rio mendengus pelan menjawab panggilan sepupunya itu. Di seberang sana terdengar suara kekehan Dhira.

"Aku ganggu ya?"

"Berhubung udah pagi jadi kamu gak ganggu. Ada apa Dhira tumben nelpon aku?"

Rio melihat jam di dinding kamar Ify, sudah pukul tujuh rupanya.
Tapi Ify masih nyenyak dengan wajah yang sangat rapat pada dada bidangnya.

"Heh Rio. Sepupuku terganteng, ini aku di rumah kamu, kata bik Yem kamu gak pulang udah dua hari. Kemana aja sih?"

"Aku di rumah Ify nginep sini. Lagi sakit juga."

"What? Ify sakit?"

"Bukan Ify tapi aku yang sakit."

"Terus Ify mau gitu ngerawat kamu? kamu gak maksa dia kan buat ngerawat kamu?"

"Ify itu cinta sama aku jadi udah pasti dia mau ngerawat aku tanpa aku merengek pun. Kalau kamu cuma mau tau keberadaan aku, aku di rumah Ify. Udah ya Ify lagi tidur takut kebangun. Bye."

Rio langsung mematikan hpnya begitu saja dan meletakkan kembali di atas nakas seperti semula.

Pandangannya jatuh pada Ify yang masih terlelap. Wanita itu ada di pelukan Rio. Wajah cantiknya tetap menawan meski dalam keadaan tidur sekali pun. Rio mengelus pipi Ify lembut sebelum memberi satu kecupan pada pipi wanita itu.

"Sayang bangun yuk. Ini udah pagi loh."

Rio menepuk pelan pipi Ify, namun bukannya bangun Ify malah semakin menenggelamkan kepala nya di lekukan leher Rio. Wanita itu melanjutkan tidurnya kembali. Rio menggoyangkan lengan Ify yang masih melingkar di tubuhnya.

"Fy, udah ayuk bangun sayang."

Rio tersenyum melihat Ify mengerjakan matanya. Wanitanya itu duduk di atas tempat tidur, mengambil ikatan rambut yang ia taruh di dekat bantalnya selanjutnya mengumpulkan surainya untuk diikat.

"Masih ngantuk sih sebenarnya. Tapi udah pagi aja."

Ify membalas senyuman Rio yang dari tadi pria itu berikan untuknya.

"Nyaman ya tidurnya aku dekap?"

Tanpa berpikir Ify langsung mengangguk. Membuat senyum Rio semakin mengembangkan saja. Jawaban Ify sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Kamu kan tau sendiri itu. Aku akan selalu nyaman kalau ada kamu apalagi tidur didekap kamu,"

Ify menempelkan punggung tangannya pada kening Rio.  Niatnya ingin memeriksa kondisi Rio apakah panasnya sudah turun atau belum.

"Udah gak panas lagi. Kamu hari ini kerja?"

Tanyanya, ini sudah hari kedua pria itu tidak masuk kantor.

"Kerja. Tapi ke rumah dulu buat ambil baju dan peralatan kantor."

Ify mengerutkan dahinya.

"Bukannya tas kantor kamu di sini ya. Kamu kan langsung ke sini pas pulang dari kantor kemarin."

Rio menepuk jidatnya.

"O iya. Pake lupa segala lagi."

"Haha, yaudah sana kamu mandi duluan biar aku keluar mau lihat Gio. Kenapa bisa bangun secepat itu dia."

Ify turun dari ranjang. Belum ia pergi cekalan di pergelangan tangannya membuat Ify berhenti dan berbalik pada Rio yang masih duduk bersandar di atas ranjang.

"Yo."

Panggilnya karena Rio hanya diam tanpa kata.

"Gimana kalau mandi bareng? mumpung gak ada Gio yang."

Ify melotot kan matanya. Bisa-bisanya Rio mengajaknya seperti itu padahal mereka baru saja dekat kembali tadi malam. Rio sndiri terkekeh melihat raut wajah Ify yang merah. Ia tarik tangan Ify sehingga wanita itu jatuh kembali ke atas kasur dan menimpa tubuhnya.

Masih Ada Cinta (Tamat)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt