Part 33

7.3K 510 4
                                    


Ify membasahi bibirnya sebelum membuka suara. Rio menatapnya sangat dalam membuat ia susah untuk berbicara.

"Bilang aja sayang, kamu gak usah ragu. Tarik nafasnya dulu."

Rio tau Ify gugup, makanya ia berusaha untuk membuat wanita itu rileks agar bisa tenang.

"Yo. Kemarin aku ketemu mama kamu,"

Ucapnya dengan suara pelan tapi masih dapat didengar oleh Rio. Pria itu menggenggam tangan Ify lembut.
Ia tahu pasti Ratih meninggalkan omongan yang berkesan bagi Ify hingga membuat wanita itu sampai terpikirkan seperti ini.

"Mama ada ngomong apa?"

Tanyanya lembut. Terlihat Ify seperti menampilkan raut sedih,

"Mama cuma nyuruh aku buat jauhi kamu Yo."

Ify membuang pandangannya kearah lain setelah mengatakan apa yang mengganjal hatinya sekarang.
Rio sudah menduga jika Ify akan berkata seperti itu.

"Terus kamu gimana?"

Ify kembali menatapnya.

"Gimana, maksudnya?"

Ify mengerutkan kening, merasa bingung dengan pertanyaan suaminya.

"Ya menurut hati kamu gimana? apa kamu akan turuti kemauan mama atau tetap stay with me?"

"Maunya kamu aku harus gimana?"

Ify memberi pertanyaan balik pada Rio. Pria yang merupakan suaminya itu tidak menjawab ia hanya mengangkat genggaman tangan mereka yang saling menjalin lalu mendekatkan nya kebibir pria itu untuk ia kecup tepat di punggung tangan Ify.

"Itu jawaban aku."

Tentu saja Ify bisa mengartikan makna dari tindakan yang Rio lakukan barusan. Ada sedikit kelegaan di hatinya.

"Aku takut Yo. Aku maunya tetap bertahan di samping kamu tapi aku juga gak siap kalau seandainya aku tetap kekeh ingin sama kamu, mama kamu justru akan tetap nekat buat jodohin kamu dengan wanita lain yang dia pilih."

"Aku gak tau harus gimana Yo. Aku ingin hidup sama kamu sebagai orang yang sangat aku cintai dan terlebih kita udah punya Gio, sebagai alasan utuk tetap bersama tapi aku juga ingin hidup tenang tanpa adanya ancaman dari mama kamu."

Ify sudah membasahi pipinya dengan air mata, ia tidak kuasa untuk menahan laju air matanya lagi.

"Aku gak tau harus gimana Yo."

Rio menangkup wajah Ify dengan kedua telapak tangannya, membuat tatapan mereka bertemu dengan mata Ify yang basah tentu saja.

"Ify. Kamu dengerin aku ya, kalo kamu cinta sama aku kamu harus percaya. Percaya kalau kita pasti bisa melewati ini semua."

Rio dengan tatapan teduhnya terus meneliti wajah wanita di depannya ini.

"Ta-tapi gimana-"

"Aku tanya sama kamu, kamu cinta sama aku? kamu sayang sama Gio?"

Ify mengangguk sambil terus menangis.

"Cinta Yo. Justru karena aku cinta sama kamu makanya aku kayak gini, terpuruk. Aku takut kalau harus pisah lagi dari kamu bukan cuma aku tapi Gio juga. Aku gak mau lihat Gio yang terus murung karena rindu sama ayahnya."

Tidak tahan, Rio membawa Ify ke dalam pelukannya. Membiarkan Ify menangis di sana sepuas hatinya. Tangannya mengusap punggung Ify yang bergetar karena isakan wanita itu.

"Kalau gitu kita harus saling bertahan demi cinta kita. Aku gak akan bisa bahagia tanpa kamu dan Gio, Sayang. Setelah ketemu kamu lagi aku merasa hidupku kembali berwarna Fy."

"Aku butuh kamu Fy, aku butuh kamu untuk terus di samping aku dan aku butuh kamu untuk buktikan sama mama kalau aku gak bisa nerima wanita mana pun selain kamu."

"Aku mohon untuk kamu agar tetap di samping aku ya, kita hadapi masalah ini sama-sama. Aku janji akan terus yakini mama untuk bisa nerima kamu,"

Rio menyatukan keningnya pada kening Ify.

"Tapi gimana kalau mama tetap maksa buat kamu untuk ninggalin aku?"

Rio tersenyum dan mengecup kening Ify lembut.

"Aku janji gak akan ninggalin kamu sekali pun itu kamu yang minta."

"Beneran?"

Rio mengangguk ikut menjatuhkan air mata. Ia dekap lagi Ify seerat yang ia bisa seolah tidak ingin untuk ia lepaskan lagi.

"Aku janji, kita berjuang sama-sama ya untuk cinta kita sayang."

Ify mengangguk dan ikut mengeratkan pelukannya pada tubuh Rio.
Rio melepaskan Ify dari pelukannya dan kembali menatap wajah cantik istrinya yang selalu membuat ketenangan dalam dirinya.

"Jadi, mau terus di samping aku?"

Tanyanya membuat Ify mengangguk. Tangannya bergerak menghapus air mata yang mengalir di pipi istrinya itu dengan sayang. Sulit memang memilih antara dua cinta yang saling tarik menarik. Rio mencintai Ratih sebagai ibunya yang telah membuatnya hadir di dunia ini dan mencicipi berbagai rasa di alam ini. Tapi Rio juga mencintai Ify sebagai pasangannya untuk melangkah bersama dalam mengarungi alam ini hingga akhir hayat nanti.

Rio mencium kening Ify berulang kali. Seolah mengatakan dan mengungkapkan perasaannya lewat kecupan itu.

"Aku akan berusaha untuk tetap berdiri di samping kamu Yo. Karena aku gak mau ada wanita lain yang akan berdiri di samping kamu selain aku."

Rio sedikit terkesima mendengar ujaran Ify yang terdengar posesif padanya. Tidak bisa di pungkiri hatinya berbunga mendengar kalimat itu keluar dari mulut orang yang sangat ia cintai ini. Setidaknya ia lega bisa mengetahui isi hati Ify dan perasaan wanita itu padanya.

"Aku udah pernah bilang kan, kalau gak ada dan gak akan pernah ada yang berdiri di samping aku selain wanita bernama Allifya Clarina Hilyatama. Yaitu istri aku yang sangat aku cintai ini. "

***

Ratih dan Ilma saling melemparkan senyuman, mereka berjalan beriringan menuju sebuah rumah mewah bercat putih. Hari sudah kembali pagi dan kini mereka melancarkan aksinya dari rencana yang sudah mereka susun kemarin.  Mereka mendatangi rumah Ify yang mereka yakini jika sekarang Rio pasti ada di sana. Dan Ratih bersama Ilma akan menjalankan rencana di sana.

Pintu dibuka dari dalam setelah beberapa kali salah satu dari mereka menekan bell. Seorang wanita masih dengan balutan piyama tidurnya yang membuka pintu untuk mereka. Wanita itu sedikit terkejut namun tidak lama karena secepatnya ia menormalkan ekspresinya sebiasa mungkin.

"Mama, ayo masuk Ma."

Ratih dan Ilma saling pandang kemudian mengikuti Ify yang sudah masuk lebih dulu. Duduk di sofa yang dipersilakan oleh Ify

"Aku senang banget Ma. Akhirnya mama mau juga datang ke rumah aku."

Ratih tersenyum sinis pada Ify.

"Saya ke sini bukan untuk bertemu kamu tapi untuk bertemu anak saya, Rio. Di mana dia?"

Ify tersenyum menanggapi ucapan Ratih yang terdengar tidak bersahabat padanya.

"Rio ada kok Ma. Tapi masih tidur-"

"Siapa sayang?"

Belum sempat Ify berujar, orang yang mereka bicarakan turun dari tangga dengan tubuh yang hanya memakai celana pendek tanpa baju. Ify membulatkan matanya dan berjalan dengan cepat ke arah tangga di mana ada Rio di sana.

"Rio, kenapa gak pakek baju sih?"

Seperti orang yang tuli, bukannya merasa bersalah Rio malah memeluknya tanpa dosa dan tanpa memikirkan tamu mereka.

Pria itu juga menumpukan dagu di bahunya dengan mata terpejam.

"Rio lepasin dulu ya,"

"Mereka ke sini mau buat ribut Sayang, tadi Dhira bilang sama aku lewat telepon kalo Mama sama Ilma mau hasut kamu supaya ninggalin aku. Jadi aku mohon kita tunjukan sama mereka kalau kita saling mencintai ya. Ini demi cinta kita sayang."

Rio berbisik pelan di telinga Ify membuat wanita yang tadinya bingung itu perlahan mengangguk.

Masih Ada Cinta (Tamat)Where stories live. Discover now