Part 29

9.1K 542 4
                                    


Ify meremas erat jalinan jemarinya yang saling terpaut diatas kedua pahanya. Jantungnya sedikit berdetak tidak normal. Sesekali matanya celingukan mencari orang tadi ingin bertemu dia di tempat ini lewat telpon. Ify berusaha menormalkan semua rasa gugup yang kian datang menghampirinya.

Berdiri dari kursi yang sejak setengah jam yang lalu didudukinya, Ify melangkahkan kakinya mendekati orang yang baru saja tiba di tempatnya. Memberikan senyuman yang tentu tidak memperoleh balasan yang seperti harapannya. Ify akhirnya harus menguatkan hatinya agar bisa bersikap sewajarnya di hadapan orang ini.

"Saya tidak mau berbasa-basi, langsung pada intinya saja."

Ify memusatkan tatapannya pada wanita yang berdiri tepat di hadapannya ini dengan tatapan bertanya.

"Ada apa Ma?"

Wanita yang ternyata ibu dari orang yang Ify cintai ini tertawa sumbang padanya. Melipat kedua tangan di dada dengan mata meneliti pada Ify, Ratih sedikit mencebikkan bibirnya. Entah apa tujuannya.

"Saya tahu selama ini kamu dan Rio kembali bertemu dan mungkin kini sudah semakin dekat ya?"

Tentu saja, dia dan Rio bukan hanya pernah bertemu tapi kini sudah saling mengisi lagi kekosongan yang dulu. Dan apa perlu Ify bilang pada ibu mertuanya ini jika ia dan Rio sudah kembali tidur dalam satu ranjang yang sama. Tapi rasanya tidak perlu, karena mungkin itu akan memancing Ratih untuk bertindak yang lebih nekat lagi padanya seperti yang pernah ia lakukan pada Keke dulu.

"Apa kamu lupa dengan janji kamu untuk meninggalkan Rio? kenapa kamu kembali lagi ke Kota ini dan membuat semua rencana saya berantakan?"

Raut marah Ify dapatkan dari wajah wanita itu. Wanita paruh baya itu menatap tajam dirinya.

"Ma, aku-"

"Oh apa kamu mau kejadian seperti dulu terjadi lagi pada kamu dan adik kamu?"

"Ma, aku gak ngerti mau mama apa. Tapi apa hanya karena balas dendam saja mama tega melakukan ini? bukan cuma aku yang terluka ma, tapi juga Rio. Kami saling mencintai."

Ify berusaha setenang mungkin menjawab pertanyaan Ratih yang menggebu.

"Tahu apa kamu soal cinta dan mencintai? jika kamu pergi dari kehidupan Rio saya yakin Rio pasti bisa jatuh cinta lagi pada wanita lain dan saya juga yakin kalau Rio pasti juga bisa saling mencintai seperti wanita lain yang mencintainya."

Telaknya keras. suaranya kian menajam. Haruskah Ify balas juga dengan kata-kata yang sama? sampai nantinya menimbulkan debat antara mertua dan menantu. Dan akan mencemarkan nama keduanya lantaran tiada yang mau mengalah. Ah Ify rasa itu tidak perlu. Yang ada Ratih akan semakin tidak menyukainya dan selamanya akan menanamkan kebencian padanya. Dan bagaimanapun juga Ratih tetaplah mertuanya yang harus ia sopani.
Ify berusaha mendekati mertuanya dan memegang tangannya. Tapi langsung ditepis kasar oleh Ratih.

"Saya tidak sudi disentuh oleh kamu walau hanya seujung kuku."

Pedih memang tapi Ify berusaha menelan perkataan ibu mertuanya ini. Dengan masih memasang senyum, Ify mengangguk dan menatap Ratih penuh dengan tatapannya yang teduh.

"Ma, aku mohon. Jangan lakukan ini ma, jangan pisahkan kami lagi. Terlebih bukan cuma kami yang terluka tapi juga Gio. Cucu mama."

Ujar Ify yang kini sudah menjatuhkan kristal bening dari matanya.

"Ck. Itu bukan urusan saya. Kamu pikir dengan kamu menangis seperti ini saya akan berubah pikiran? tidak Ify! Saya tetap mau kamu jauhi Rio. Saya akan kasih berapa pun yang kamu mau."

Ify menggeleng keras. Cinta tidak bisa diganti dengan apa pun. Apalagi sekedar uang. Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Ify saat ini.

"Enggak ma. Aku gak butuh berapa pun uang yang mama tawarkan untuk menjadi pemisah antara aku dan Rio. Aku mohon ma."

Ratih berdecak pelan. Ia tidak habis pikir dengan sikap keras kepala Ify.

"Tidak akan pernah saya restui kamu dan Rio. Karena saya sudah menyiapkan wanita yang saya rasa cocok untuk anak saya."

Tanpa banyak kata lagi Ratih pergi begitu saja dengan gaya sombongnya. Ify mengusap air matanya. Apa yang harus ia lakukan agar ia dan Rio tidak berpisah dan hubungannya dengan sang mertuanya juga kembali baik seperti dulu.

"Apa aku harus pisah lagi dari Rio? tapi gimana sama Gio, terlebih hati aku yang semakin mencintai Rio, apa aku bisa?"

Ify semakin resah memikirkan ini.

"Huft aku pulang dulu deh. Kasian Gio aku tinggal sama bibik aja. Kan Keke juga kuliah hari ini."

Ify melangkahkan kakinya meninggalkan taman tempat ia dan ibu mertuanya tadi bertolak pendapat.

***

Ify memasuki kamarnya dan mendapati Rio yang tengah berkutat dengan laptop di depannya. Pria itu duduk di meja yang memang ia sediakan di dalam kamarnya. Ia sering lembur kerja di sini. Jadi tidak harus keluar kamar jika mengerjakan tugas kantor.

Rio tidak menyadari kedatangannya. Ia mendekat pada kursi Rio dan berdiri di belakang pria itu, dengan sedikit Rio gugup ia kalung kan tangannya di leher Rio membuat pria itu tersentak kaget dan secara refleks memegang lengannya yang mulus.

"Sayang. Kamu ngagetin."

Rio mengelus pipi Ify saat wanita itu menyandarkan dagunya di pundak Rio.

"Udah malam loh masih kerja aja."

Ify semakin mengeratkan pelukannya pada Rio meski dari belakang, tubuhnya semakin merapat pada kursi yang Rafa duduki.

"Tanggung banget sayang. Kamu kalo udah ngantuk tidur duluan ya, nanti aku nyusul."

Ify mengangguk. ia tarik kedua lengannya dan membalikkan badannya menghadap ranjang. Rio memutar kursinya saat merasakan Ify melepas belitan tangannya dari lehernya, matanya hampir keluar melihat tubuh bagian belakang Ify yang mengundang untuk ia dekati.

Tangannya dengan cepat menarik lengan wanitanya dan mendudukkan wanita itu tepat di pangkuannya. Rio melihat Ify membulatkan matanya,

Masih Ada Cinta (Tamat)Where stories live. Discover now