Part 16

13.8K 910 4
                                    

Di sebuah kamar berukuran sedang, Rio duduk di samping ranjang yang dilapisi spray hitam bercorak bintik bintik putih milik wanita yang sampai saat ini masih menjadi wanita yang sangat ia cintai. Pria itu melengkungkan senyuman di bibirnya memandang sepasang pakaian yang ia pegang.

Hatinya selalu hangat sekarang mengingat setiap perhatian yang Ify berikan padanya. Mulai dari merawatnya saat sakit, perhatian wanita itu akan pekerjaannya yang sempat Ify handle dengan menghubungi sekretaris Rio untuk memberitahu jika boss mereka sedang cuti untuk beberapa hari  ke depan karena sakit, sampai membelikan pria itu beberapa potong pakaian santai untuk di rumah selama ia ada di rumah Ify.

Semua musibah pasti ada hikmahnya, bukan? dan itulah yang terjadi pada Rio saat ini. Ia mendapat musibah sakit dan dengan sakit itu ia juga mendapatkan hikmah yang sangat patut untuk ia syukuri.

Bagaimana tidak dengan keadaannya yang seperti ini ia bisa kembali merasa dekat dengan Ify. Jika dengan sakit ia bisa membawa Ify kembali lagi ke kehidupannya maka dengan hati Rio sial menerima sakit itu. Asal ada Ify.

Rio melihat pergelangan tangannya yang dilingkari sebuah jam tangan mewah berwarna perak yang terlihat sangat cocok berada di tangannya.

"Udah jam lima, lama juga aku tidur. Aku mandi aja kali ya biar seger. Habis itu baru aku pake baju yang Ify beli."

Rio memasuki kamar mandi Ify dan melaksanakan ritual mandinya di sana. Tidak membutuhkan waktu lama pria itu  keluar dengan handuk putih.

***

"Rio udah bangun belum ya, perasaan habis makan siang tadi langsung tidur lagi deh. Apa aku cek aja ya,"

Ify segera berjalan ke arah kamarnya. Tanpa mengetuk pintu dulu karena sudah terbiasa memasuki kamar sendiri Ify langsung masuk begitu saja dan ....

"Aaaaaaaaaa."

Menutup mata dengan kedua telapak tangannya, Ify menjerit begitu histerinya. Bagaimana ia tidak terkejut saat masuk tadi ia melihat Rio yang berdiri di depan cermin dengan hanya menggunakan handuk saja. Rio yang mendengar suara teriakan Ify pun memutar badannya menghadap pintu yang masih terbuka dan ada Ify di sana.

Dengan santainya ia berjalan mendekati Ify membuat wanita yang masih berdiri mematung dengan kedua telapak tangan yang ia letakkan di wajahnya itu semakin gugup mendengar langkah Rio mendekatinya.

Rio berdiri kira-kira berjarak satu meter dari posisi Ify. Pria itu memperhatikan Ify dengan tangan yang ia letakkan di dada.

"Kenapa teriak sih? ini juga mukanya kenapa harus ditutup gini hem?"

Dengan cepat Ify menepis tangan Rio yang berusaha mengambil tangannya dari wajah wanita itu. Rio mengernyit kan dahinya.

"Ihh Jangan Rio."

Ify masih terus menutup wajahnya.

"Kenapa sih? aku aneh ya?"

Tanya Rio bingung.

"Bukan aneh tapi kamu gak pake baju."

Layakanya anak kecil Rio memandang pada dirinya sendiri mencari maksud dari protesan Ify terhadap dirinya.

Ujung bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. Mengerti dengan apa maksud dari Ify. Ide cemerlang tiba-tiba saja hinggap di pikirannya. Rio semakin maju mendekati Ify mengikis jarak yang ada hingga ujung sendal yang ia gunakan bersentuhan dengan ujung dari sandal yang Ify gunakan.

Rio memegang bahu Ify dengan kedua tangannya membuat Ify terlonjak dan tubuhnya seketika terasa beku, darah di dalam tubuhnya pun seperti berhenti mengalir. Rip semakin tersenyum melihat reaksi Ify. Bisa saja dia membuat wanita cantik ini diam tak berkutik.

"Bukan untuk pertama kalinya kan kamu lihat aku kaya gini?"

Bulu kuduk Ify meremang, bukan karena kalimat yang keluar dari bibir Rio tapi karena setiap helaan nafas Rio yang terasa menggelitik di bagian telinga sampai tengkuknya. Badan kakunya semakin kaku saja. Di dalam hati sudah banyak sumpah serapah yang ingin ia lontarkan untuk Rio tapi mulutnya seakan terkunci sanking gugupnya.

Entah sejak kapan tangannya ada dalam genggaman tangan Rio. Sibuk dengan perasaan hatinya yang ketar ketir sampai ia lupa apa yang sudah terlewatkan dalam moment ini.

Rio terkekeh tanpa suara melihat sikap kikuk Ify. Wanita cantik ini terlihat tak berkutik dengan keadaan yang ia ciptakan. Terlebih setelah tadi ia berucap tepat di telinga kiri wanita ini.

Rio memundurkam tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Ify. Bibirnya tersenyum melihat wanita itu menghembuskan nafas panjang seperti manusia yang baru pertama kali mendapatkan pasokan oksigen.

"Rio."

Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir manis Ify. Ia menunduk tak berani menatap pada wajah Rio.

"Gugup?"

Ify menggeleng. Rio mengerutkan keningnya melihat Ify masih menunduk menatap lantai keramik yang seolah lebih menarik untuk di pandang.

Lipatan di dahinya semakin bertambah saat mendengar suara isakan dari wanita di depannya ini. Rip berfikir apa yang sudah ia lakukan sehingga membuat Ify menangis bahkan sampai terisak seperti ini.

Ify sendiri terus menangis sampai segugukan, sesekali tangannya mengusap air matanya yang jatuh ke pipi. Rio meraih dagu Ify dan mengangkatnya agar ia mendongak. Hatinya perih melihat wajah Ify yang basah karena air mata, mata bulatnya terlihat merah dan berair.

"Kamu kenapa nangis? kamu gak suka aku di sini?"

Tanya Rio. Ify tidak mengeluarkan suara wanita itu hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Manik mata mereka bertemu, seolah menyelami apa isi hati masing-masing lewat kedua mata yang saling beradu. Rio mengelus pipi Ify lembut.

"Terus ada apa? pas datang kaget?"

"Kaget karena lihat kamunya yang enggak pake baju,"

Rio mengangguk.

"Terus nangisnya?"

Rio masih terus memperhatikan wajah Ify secara detail. Bahkan masih ada sisa air mata di pipinya dan Rio bisa melihat ada butiran kristal di pelupuk mata wanita itu yang mungkin akan segera jatuh mengikuti jejak butiran kristal yang sudah berubah menjadi air dipipi Ify.

"Nangisnya kenapa Fy?"

Tanya Rio terkesan menuntut, sebenarnya ia tidak tega tapi Ify tipe orang yang keras jika tidak di tuntut seperti ini mungkin tidak akak buka suara dan mungkin hanya tangisan lagi yang akan ia dengarkan nanti.

"Kenapa nunduk lagi sih? aku tanya loh ini, atau jangan, bener kamu nangis karena aku ada di sini? kalau iya terus kenapa kamu tahan aku tadi? aku memang butuh kamu Fy tapi aku juga butuh keikhlasan kamu. Kalau kamu keberatan aku ada di sini gak papa aku pulang aja. Harusnya tadi kamu gak perlu pake acara beli baju salin untuk aku."

Rio melepaskan tangan Ify dari genggamannya. Wanita itu menatap Rio. Ada rasa hampa di hatinya saat tangannya dilepas begitu saja oleh Rio.

"Kamu jangan nangis lagi ya. Habis ini aku pulang kok. Aku izin pake baju yang udah kamu beli ya buat salin karena memang baju aku udah gak mungkin dipake lagi."

Rio membalikan badannya mengambil sepasang pakaian dari atas ranjang untuk ia bawa ke kamar mandi. tapi baru tiga langkah ia berjalan kakinya berhenti, Sepasang tangan melingkari perutnya. Kembali ia dengar suara isakan di punggungnya.

Masih Ada Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang