23. PASAR MALAM

2.1K 139 2
                                    

Holaa

Update nih

Happy reading💙💙💙

•••

Sekarang Nathan tengah disidang oleh Sarah. Ia hanya bisa menundukkan kepala saat mendengar ceramahan mamahnya itu. Ia tau ia salah, ia marah dengan sikapnya yang kekanak-kanakan.

Dhira sendiri hanya diam dalam pelukan Sarah, rasa takut serta trauma masih ada dalam dirinya. Beberapa hari ini, ia akan menginap di rumah Nathan.

"Kalo sekarang aja kamu nggak bisa jaga Dhira, gimana nanti kalo udah nikah. Perjodohan kalian dibatalin aja." Nathan langsung melebarkan matanya mendengar ucapan Sarah.

"Jangan dong!" jawab Nathan tak terima.

Sarah hanya menatap sinis putranya itu, dia terkejut melihat kondisi Dhira saat pulang dari puncak. Awalnya ia tak tahu jika calon mantunya itu hampir saja jatuh ke jurang, tapi karena kelincahan mulut Iyan, semua pun terungkap.

"Dhira takut, Mah!" ucap Dhira yang berada di pelukan Sarah.

Nathan hendak menyentuh pundak Dhira, namun langsung ditepis oleh Sarah, ia masih marah dengan anaknya itu. "Jangan sentuh anak mamah!" ketusnya.

"Dhira mau apa, sayang?" Nadanya berubah lembut saat berbicara dengan Dhira.

Dhira menggelengkan kepalanya, yang ia inginkan sekarang hanyalah rasa aman. "Dhira mau istirahat aja," ucap Dhira seraya beranjak dari duduknya.

Nathan membantu Dhira untuk naik ke lantai atas, ia tak memperdulikan tatapan tajam yang diberikan oleh mamahnya.

Sesampainya mereka di kamar, Nathan menuntun Dhira berjalan ke ranjang. Mereka berada di kamar bernuansa anak perempuan yang sengaja di dekor oleh Sarah khusus untuk Dhira, jika perempuan itu ingin menginap di sini, sesayang itu Sarah pada Dhira.

Dhira langsung berbaring di atas ranjang. Nathan mengusap puncak kepalanya dengan lembut, membuat mata cantiknya tak bisa menahan rasa kantuknya.

Nathan tersenyum melihat wajah polos Dhira saat tertidur. Ia semakin merasa bersalah mengingat semalam Dhira terbangun dengan badannya yang berkeringat dingin karena tiba-tiba bermimpi jatuh lagi ke jurang.

Nathan mengecup singkat kening Dhira sebelum ia keluar kamar. "Mimpi indah," bisiknya di telinga Dhira.

•••

Beberapa hari telah berlalu, keadaan Dhira juga mulai membaik dan dia juga sudah kembali ke rumahnya, awalnya Sarah melarang, namun bukan Dhira jika tidak bisa meluluhkan hati seseorang. Sudah tiga hari ia duduk di rumah, menenangkan perasaannya.

Nathan dan Dhira berjalan beriringan dengan tangan saling bertautan. Mereka menyusuri koridor demi koridor sekolah menuju kelas Ipa 2, kelas Dhira.

Banyak pasang mata yang menatap mereka penuh kagum dan gemas, tinggi Dhira yang hanya sebatas dada Nathan, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.

Setelah sampai di depan pintu kelas, Dhira langsung masuk ke dalam, tak lupa melambaikan tangan ke arah Nathan yang masih setia di depan pintu.

"Pagi, Ra!" sambut Vio dan lainnya.

"Pagi," balas Dhira seraya duduk di sebelah Vio.

"Gimana keadaan, lo?" tanya Sella ramah.

"Udah mendingan, tapi kadang masih takut sama yang tinggi-tinggi, tadi aja pas naik tangga, aku ga berani liat ke bawah," terang Dhira, diangguki teman-temannya.

Gardenia | ENDWhere stories live. Discover now