00

898 65 0
                                    

Jaeyun menyadari beberapa orang melewati dirinya tanpa berkata, tidak memberikan sapa dan tidak memberi satu lirikan. Bertanya sebelum dia memperhatikan situasi, mendengar ungkapan duka pada Heeseung.

Mata Jaeyun menemukan foto dirinya pada bagian tengah dari ruangan dan Heeseung yang membalas ungkapan duka tanpa menunjukkan ekspresi, topeng dingin yang telah lama tidak dilihat oleh Jaeyun.

Heeseung membiarkan retak pada topengnya saat dia menjadi satu-satunya yang bertahan di pemakaman, diam di bawah hujan.

"Kau berjanji," Jaeyun mendengar suara Heeseung yang tidak lagi memiliki kesan tenang, terbuka dengan perasaan sedihnya

"kau janji kita akan bersama," Heeseung memiliki gemetar pada bicaranya, dan Jaeyun meyakini dia tengah menangis

"tapi kau pergi," Suara Heeseung diredam dengan hujan yang menjadi besar, kaki Heeseung masih terpaku pada tempatnya

"Hyung, seharusnya kau meneduh" Jaeyun tahu Heeseung tidak mendengarnya, Heeseung tidak lagi dapat mendengarnya

"Jaeyun, aku," Kepala Heeseung menunduk, wajahnya telah basah dengan air hujan dan Jaeyun meyakini ada pula airmata

"Maaf" Kata Jaeyun takkan didengar, seperti tangis Heeseung yang saat ini menggigit bibir untuk menahan isaknya

"aku ingin marah padamu, tapi kau tahu aku tidak bisa," Heeseung yang manis dan baik hati, Jaeyun tahu dengan baik

"Aku tahu, Hyung. Maaf" Tangan Jaeyun tidak dapat meraih tubuh Heeseung dan memberi dekapan, seperti waktu lalu

"aku tidak bisa marah, sungguhan marah padamu" Jaeyun dapat melihat tubuh Heeseung yang gemetar, karena emosi dan udara dingin

"Maaf" Jaeyun tahu ungkapan maafnya tidak mengubah situasi, tidak peduli berapa kali dia merapalkan kata ini di sisi Heeseung

"Jaeyun," Heeseung menjatuhkan dirinya dan menumpukan diri pada lututnya, bersisian dengan batu nisan bertulis nama Jaeyun

"Hyung," Pun Jaeyun merendahkan dirinya pada sisi Heeseung yang menyentuh batu nisannya dengan terisak

"Jaeyun, apakah kau dapat membawaku?" Mata Jaeyun melebar saat dia mendengar perkataan Heeseung

"Tidak. Hyung," Jaeyun merasakan frustasi karena Heeseung tidak dapat mendengar dirinya, tak tahu kehadirannya

"aku tidak memikirkan aku dapat hidup tanpamu" Heeseung tidak lagi menahan isaknya, memilukan untuk didengar

"Kau," Berat bagi Jaeyun untuk menuntaskan dan mempercayai katanya sendiri, "kau dapat melakukannya, Hyung."

"Jaeyun, aku tidak bisa" Kepala Heeseung menunduk dengan dalam, meski isaknya memberitahu betapa dia merasa hancur

"Heeseung-Hyung." Mata Jaeyun memperhatikan Jongseong dan Sunghoon yang mendekati posisi Heeseung dengan terburu.

Heeseung pingsan saat Jongseong membantunya untuk berdiri, berusaha melepaskan seluruh beban yang ditahan dan bersandar pada teman akrab. Jaeyun mendengar Jongseong berseru panik.

Jaeyun melihat sang kekasih yang dibawa oleh Jongseong dan Sunghoon, meninggalkan batu nisan dan dia yang tidak lagi dapat dilihat oleh siapapun. Ada di sisi Heeseung, namun tidak ada.

= catatan
    beberapa pekan lalu, nemuin pov ini dari t1kt0k dan ngerasa pov-nya menarik, jadi aku mulai menulis book ini dengan dua pairing kesayangan.
     cerita ini akan berjalan dengan lamban, dan semuanya lebih buruk sebelum menjadi baik.

live happilyWhere stories live. Discover now