[06] She Believes

233 47 11
                                    


"Nari come on. Lo harus kerja sama, sama gue. Pleaseeee". Eun Tak mengikuti Nari dengan kekeuh. Sejak dari kantin tadi, Nari sebenarnya mendiamkannya setelah tahu alasan kenapa Eun Tak membohongi Deok Hwa.

"Takkie, lo nggak boleh langsung percaya sama orang gitu aja. Bisa aja dia punya niat buruk sama lo. Kalau lo di apa-apain gimana?". Balas Nari.

Eun Tak menggeleng cepat. "Kan ketemuannya siang. Nggak akan sampai malam kok, gue nunggu momen ini dari lama.... Lo tau kan?".

Nari meringis. Eun Tak memang sudah ingin berpacaran sejak mereka SMP namun gadis itu selalu bernasib buruk. Laki-laki yang menyukainya biasanya akan mundur setelah bertemu ke 3 kakak lelakinya.

"Tapi dia nggak mungkin nembak lo. Kalian aja baru kenal kemarin". Ujar Nari, berusaha membuat Eun Tak sadar dari kehaluannya yang tidak kunjung berhenti.

"Ish, siapa tahu dia udah suka gue dari lama. Kemarin aja dia perhatian ngasi salep". Kata Eun Tak menolak

Nari menghela napas lelah. "Terserah lo aja deh".

"Jadi lo mau bantuin gue kan? Kalau lo di telpon abang gue, jawab aja gue lagi sama lo".

Nari mengangguk saja. Malas meladeni Eun Tak yang pastinya tidak mau mendengarkan apapun keluhannya.

Eun Tak mengeluarkan ponselnya dari saku. "Sini selfie dulu, bahan buat pap kalau di suruh". Ujarnya.

Nari lagi-lagi menghela napas dan menurut. Usai berfoto bersama sebagai bahan bukti kelak. Eun Tak lalu mulai merecord suaranya sendiri.

Ini salah satu taktik jenius Eun Tak apabila Deok Hwa nekat menelpon Nari dan meminta mendengar suara Eun Tak.

"Kalau disuruh vidcall, jawab aja jaringan jelek". Ujar Eun Tak memberi tahu strategi lainnya.

"Gue bantuin tapi nggak bakal sampai malam kan?".

"Enggak lah". Jawab Eun Tak namun ia tetap tertawa geli.

"Dah gila lo". Nari menoyor kepala gadis itu kesal.

.

.

.

Sesuai strategi, Eun Tak dan Nari pergi menaiki taksi ke taman yang disebutkan Eun Sup. Tidak jauh namun tidak juga terlalu dekat.

"Lo yakin nggak mau di temanin sampai dia datang?". Tanya Nari cemas.

Eun Tak menggeleng. Senyumnya lebar sekali hingga Nari takut gadis itu akan merobek garis mulutnya.

Sebahagia itu kah Eun Tak...

"Nggak perlu. Kak Eun Sup bentar lagi datang kok. Nanti malah lo yang jadi nyamuk". Ujar Eun Tak.

Nari menatap Eun Tak cemas. "Ya udah gue pulang dulu, kalau ada apa-apa telpon".

Eun Tak mengangguk, ia membentuk huruf O pada jari jempol dan telunjuknya. "Sip".

Nari menaikkan kaca taksi dan taksi pun melaju pergi, meninggalkan Eun Tak yang berdiri sambil menggoyang-goyangkan kakinya cemas.

Ia berulang kali memeriksa wajahnya di cermin kecilnya. Ia tidak mau terlihat seperti gembel saat Eun Sup datang tadi.

5 menit. 10 menit.  Belum ada tanda-tanda kakak kelas manis itu datang.

Eun Tak mulai tidak sabar. Ia duduk di kursi, kepalanya bersandar di lengannya dengan lelah.

Eun Tak membuka ponselnya. Nyaris setengah jam ia menunggu. Ia membuka aplikasi LINE di ponselnya.

Eun Sup dan dirinya memang sudah menjadi teman di LINE. Selangkah lebih maju daripada hanya chat di Instagram.

How To Be A Couple GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang