[05] Another Word to Say I'm Jealous

266 52 18
                                    


"Eun Sup, minta hp lo".

Eun Sup menatap anak dari majikannya ini dengan heran. Pagi-pagi sekali ia di pinta Kim Tan untuk menemuinya di ruangan yang biasanya menjadi khusus untuk mereka.

Walau bingung namun Eun Sup tetap memberikan Kim Tan ponselnya. "Kenapa?". Tanya nya heran.

Kim Tan membuka aplikasi instagram dan menatap lekat-lekat akun pria itu.

Eun Sup menatapnya heran. "Kenapasi?". Tanya nya. Tubuhnya agak condong ke depan, merasa penasaran pada apa yang Kim Tan lakukan.

"Oh Eun Tak? Kemarin dia dm bilang makasih". Ujar Eun Sup setelah melihat Kim Tan yang membuka riwayat chatnya bersama Eun Tak.

"Gue boleh pinjam nama lo?". Tanya Kim Tan.

Eun Sup menoleh dengan cepat. "Bukan pinjam buat ngutang kan bro?". Tanya nya cepat.

Kim Tan tertawa lalu menepuk pundak Eun Sup. "Bukan. Boleh nggak?".

Eun Sup mengangguk ragu. "Ya udah pake aja".

Kim Tan tersenyum. Ia lalu mengetikkan sesuatu di ponsel Eun Sup.

Eun Sup tidak mau repot-repot mencari tahu apa yang sedang Kim Tan lakukan. Baginya Kim Tan itu sudah sebagai saudaranya.

"Btw, lo tahu nama temennya Eun Tak nggak?". Tanya Eun Sup secara tiba-tiba. Ia berjalan menuju kulkas dan membuka satu kaleng minuman dingin.

Young Do dan Chan Young tidak ikut karena katanya mereka ada urusan. Entahlah, tapi yang pasti Kim Tan sebagai ketua osis tidak mau repot-repot mengikuti mereka.

Kim Tan menaikkan salah satu alisnya ke atas. Heran dengan pertanyaan Eun Sup yang ambigu.

Ia meletakkan ponsel Eun Sup di meja.

"Myeong Nari?". Jawab Kim Tan dengan nada tanya.

"Oh itu. Makasih". Balas Eun Sup.

"Kenapa nanya?". Tanya Kim Tan heran.

"Menarik". Jawab Eun Sup membuat Kim Tan menaikkan ujung bibirnya. Ia nampak senang. Terlalu senang.

.

.

.

Deok Hwa membawa 2 piring bakso di tangannya. Ia menuju kursi yang di duduki Eun Tak dan Nari.

Deok Hwa meletakkan kedua piring itu di hadapan adik dan sahabat adiknya. Ia lalu kembali membawa satu piring untuk dirinya sendiri.

Eun Tak nampak cemberut. Wajahnya lesu melihat Deok Hwa.

Sedangkan Deok Hwa sejak tadi mencoba mengalihkan pandangannya.

Nari hanya diam saja. Ia memilih untuk tidak ikut campur dalam masalah persaudaraan ini.

"Masa lo embat uang jajan gue juga sih? Kan itu punya gue. Bang Shin kasi buat gue". Eun Tak memulai perdebatan mereka lagi.

Deok Hwa tidak menjawab. Ia memilih mengaduk-ngaduk makanannya daripada melihat wajah marah Eun Tak.

"Jawab njir". Desak Eun Tak tidak sabar.

"Gue kan janji bakal ganti". Sahut Deok Hwa.

"Kapan sih lo mau berhenti balapan nggak jelas gini?" Eun Tak menyilangkan tangannya di dada.

Uang jajan miliknya sudah habis di pakai Deok Hwa untuk memperbaiki motor balapnya yang ia beli tanpa sepengetahuan keluarga.

"Kapan-kapan". Jawab Deok Hwa malas.

Eun Tak semakin cemberut. "Ganti 2 kali lipat atau nggak gue bilang mama soal motor". Ancamnya.

"Iya iya, ngomel mulu".

Eun Tak tidak lagi melanjutkan topik pembicaraan mereka karena terpotong notif dari ponselnya yang bergetar.

(@eunsup) has sent you a message.
| Nanti ketemu di taman nggak jauh dari sekolah

Eun Tak menutup mulutnya tidak percaya. Eun Sup, kakak kelasnya mengajak ia bertemu sepulang sekolah di taman.

Deok Hwa dan Nari menatap Eun Tak heran.

"Siapa?". Tanya Deok Hwa terganggu dengan reaksi berlebihan Eun Tak yang seperti mendapat pesan dari laki-laki lain.

Eun Tak mencoba bersikap biasa. Ia mengibaskan rambutnya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku bajunya.

"Nggak apa-apa". Jawabnya.

Deok Hwa menatapnya curiga.

Kali ini Eun Tak yang mencoba menghindari pandangan Deok Hwa.

"Nanti pulang sekolah, gue main ya sama Nari". Ujar Eun Tak. Ia menunduk, meminum habis minuman miliknya.

Nari menoleh dengan cepat. Rasanya ia tidak punya rencana apapun setelah pulang sekolah dengan Eun Tak hari ini.

Deok Hwa menaikkan alisnya heran. "Kemana lagi? Kemarin kan udah".

"Hari ini mau.... nonton. Nonton film di bioskop, ada film baru yang lagi tayang". Jawab Eun Tak. Ia mengipasi wajahnya yang terasa panas.

Deok Hwa memperhatikan gerak gerik adiknya yang aneh. "Lo terlalu banyak naruh cabai ya".

Eun Tak tertawa canggung lalu mengangguk. "Eheheh iya pedas banget".

Nari menatap Eun Tak tidak percaya. Gadis itu bahkan tidak menaruh cabai lebih dari satu sendok.

"Ya udah boleh, pulangnya bilang aja".

"Kita pulang sendiri aja. Pakai taksi, ojek". Potong Eun Tak.

Deok Hwa makin menatap Eun Tak heran.

Eun Tak meletakkan tangannya di pipi pria itu lalu menepuknya agak kuat 2 kali.

"Ya? Ya? Sekali ini aja. Jangan lupa lo masih ada hutang uang".

Deok Hwa menghela napas. Ia lalu mengangguk pasrah.

"Nggak boleh lewat dari jam 6 sore".

Eun Tak tersenyum senang. "Siap!".

Sedangkan tak jauh dari situ. Di salah satu meja yang terisi 4 orang laki-laki nampak hening.

Chan Young berbalik menghadap Kim Tan yang duduk di seberangnya. "Lo ngirim itu pake hp Eun Sup?".

Kim Tan mengangguk singkat.

"Kenapa?". Tanya Chan Young heran. Ia masih belum paham kenapa Kim Tan sepertinya sangat tertarik dengan perempuan yang dikenal sebagai adik kelas tajir.

"Nggak apa-apa". Jawab Kim Tan, menyedot seluruh minumannya sampai habis.

"Tapi lo bakal datang kan? Nemuin Eun Tak di taman?". Young Do mencodongkan wajahnya, berbisik agar Eun Tak dan teman-temannya tidak bisa mendengar.

"Nggak".

Chan Young dan Young Do menatap Kim Tan heran.

"Terus lo mau ngapain?"

"Ngerjain biar jera".

"Eun Tak salah apa emangnya?". Tanya Chan Young.

"Bentar, bentar! Jangan bilang lo kesal karena Eun Tak nimpuk kepala lo waktu itu".

Kim Tan terdiam lalu mengangguk sekali. "Ya itu" Jawabnya singkat.

"Tan, lo nggak kayak biasa loh... Biasanya nggak sediam ini". Ujar Chan Young. Mengkhawatirkan karakter Kim Tan yang semakin hari semakin dingin.

Kim Tan mendongak. "Hah?"

Keduanya hanya bisa menghela napas. Bingung darimana harus menjelaskan.

"Pikir-pikir dulu coba, emangnya lo tega ninggalin cewek sendirian disana padahal dia nungguin lo?". Young Do menepuk pundak Kim Tan.

Kim Tan menepis tangan itu dari bahunya. "Dia nungguin Eun Sup bukan gue".

.

.

.

😁😁😁😁 How? Lanjut nggak?

How To Be A Couple GoalsWhere stories live. Discover now