[01] The Siblings

453 64 21
                                    


"Abang lo main kan sekarang?".

Lee Eun Tak mengangguk 2 kali. "Basket kan? Lawan kelas mana emangnya?". Tanya Eun Tak sembari mengeluarkan botol minumnya dari tas.

Perempuan yang duduk di sebelah Eun Tak segera mencari tahu dari ponselnya. Ia sendiri tidak tahu Deok Hwa -kembaran Eun Tak akan melawan kelas berapa.

"Kelas.... 12 IPA 1".

Eun Tak terdiam sejenak. "Ohh". Balasnya.

"Deok Hwa bakal kalah habis-habisan sih ini". Celutuk Myeong Nari- teman Eun Tak sejak SD tidak pernah terpisah.

"Ya biarin aja. Kita cukup jd supporter aja. Lagian sejak kapan kelas 10 bisa menang dari kelas 12". Eun Tak tertawa.

Nari mengendikkan bahunya pasrah. Ia berdiri dari duduknya, mengikuti Eun Tak yang membawa 2 botol air minum.

"Kenapa Deok Hwa nggak pernah bawa botol minum dia sendiri?". Tanya Nari penasaran.

"Deok Hwa nggak pernah suka air putih. Dia mah minumnya harus minuman yang ada rasa". Jawab Eun Tak memberi informasi.

"Pantesan". Nari melirik botol minum yang di isi setengah sedangkan yang satu terisi penuh.

Kini mereka telah sampai pada lapangan sekolah yang cukup besar. Mereka mengadakan lomba dengan tema outdoor jadi gymnasium sama sekali tidak terpakai.

Eun Tak menarik tangan Nari untuk terus maju ke depan. Menyelip di antara belasan siswa dan siswi yang tertarik menonton perlombaan antar kelas seperti ini.

Mereka telah sampai di garis pertama. Eun Tak bisa melihat Deok Hwa yang terlihat frustasi. Pria itu membasahi seluruh kaosnya dengan keringat.

Rambutnya sudah tidak lagi rapi. Wajahnya memancarkan aura serius.

"KIM TAN! KIM TAN! KIM TAN!". Sorak-sorai ramai di dengar dari penonton.

Ah Kim Tan, siapa yang tidak kenal? Lelaki yang sangat tinggi dan berwajah sangat tampan itu. Terlebih lagi, Kim Tan sudah menjabat sebagai ketua osis sejak ia kelas 11.

Namanya sudah sering tersebut dimana-mana. Wajahnya juga tidak kalah eksis, selalu muncul di spanduk sekolah.

Rata-rata siswi yang masuk ke sekolah ini hanya untuk bisa mempunyai kesempatan satu sekolah dengannya.

"Ganteng banget gila". Bisik Nari.

"Siapa?". Tanya Eun Tak. Ia melihat Nari yang memperhatikan Kim Tan sejak tadi.

Belum sempat Nari menjawab Eun Tak sudah duluan menghela napas.

Eun Tak kembali memperhatikan Deok Hwa yang setengah jongkok, menahan tubuhnya dengan tangan yang ditopang oleh lutut.

Deok Hwa berkali-kali mengusap keringat dari dahi dan lehernya. Eun Tak meringis geli melihat hal itu.

"AWAS BOLA!".

Belum sempat Eun Tak mengalihkan pandangannya ke depan, sebuah bola keras menghantam kepalanya.

Ia langsung merasa pindah alam. Kedua botol di tangannya terjatuh begitu saja.

Nari yang tepat di sebelah Eun Tak berteriak panik.

Deok Hwa yang juga menyadari ada sesuatu yang aneh segera berlari mendekati kerumunan.

"Bangsat, adek gue!".

Semua yang disitu langsung memberi jalan kepada Deok Hwa.

"Eun Tak?! Takkie!". Deok Hwa menepuk-nepuk pipi Eun Tak. Berharap gadis itu bangun.

Deok Hwa langsung pasrah melihat benjolan besar berwarna merah di dahi Eun Tak.

Ia mengendong Eun Tak, teman-temannya se timnya sempat memanggil Deok Hwa panik karena hanya Deok Hwa yang bisa menembus pertahanan tim lawan sejak tadi.

Namun Deok Hwa seperti menulikan telinganya. Ia tetap menggendong Eun Tak, membawanya menuju arah kesehatan.

Nari mengikuti mereka dengan perasaan gusar. Kenapa bisa nyasar ke Eun Tak?!

"Lo kenapa bisa ngelempar kejauhan sih?". Sinis Choi Young Do pada Kim Tan yang terdiam melihat kejadian barusan.

Kim Tan tidak menjawab.

"Tan, kalau lo mau istirahat, istirahat aja dulu". Yoon Chan Young memberi saran. Ia menepuk pundak Kim Tan.

Memang daritadi permainan Kim Tan banyak sekali errornya.

"Sorry, gue lagi banyak pikiran". Balas Kim Tan akhirnya kembali ke dunia nyata.

"Nggak apa-apa. Anak cewek yang tadi juga seharusnya nggak apa-apa". Ujar Chan Young.

Kim Tan mengiyakan ucapan Chan Young. Ia segera menyingkir dari lapangan, mengambil tas olahraga miliknya dan meninggalkan lapangan.

Kelas 10 IPS 3 yang mereka lawan menyerah dengan suka rela.

Tak lupa Chan Young berterima kasih dan meminta maaf kepada mereka setelah apa yang terjadi.

"Itu tadi kembarannya Deok Hwa makanya dia panik seperti itu. Seharusnya sih dia tidak apa-apa". Jawab wakil kapten tim saat Chan Young bertanya perihal Eun Tak.

"Kabarin aja kondisinya ke gue ya". Pinta Chan Young yang langsung di iyakan dengan sungkan.

.

.

.

"APA?!"

Suasana kantor tiba-tiba menjadi hening. Nyamuk bahkan tidak berani bergerak.

"Eun Tak pingsan? Di lempar bola? Sama siapa?". Seorang lelaki dengan umur matang menyentuh pangkal hidungnya pusing.

Baru saja ia bekerja dengan tenang dan adik-adiknya ini sudah buat hal.

"Iya abang kesana".

Lee Shin -Putra pertama dari keluarga Lee. Ia berumur 31 tahun, jarak dirinya dan si kembar bungsu memang sangat jauh. Saat dirinya berumur 15 tahun tiba-tiba saja orang tuanya memberikannya adik lagi.

Membuat kepalanya pusing saja.

Tangannya mencari kontak seseorang di ponselnya.

Ia menyimpan nomor itu dengan nama Bro Yeo.

"Halo? Eun Tak pingsan di lempar bola".

Terdengar umpatan dari seberang sana.

"Aku juga tidak tahu ceritanya bagaimana. Kita ketemu disana saja".

"....".

"Ah ya baiklah".

Lee Shin mematikan sambungan telponnya bersama Lee Yeo, putra kedua dari keluarganya. Mereka memang ber 4 saudara.

Ia dan Lee Yeo berbeda 3 tahun.

"Anak-anak merepotkan". Omel Lee Shin sembari memasuki mobilnya, melaju menuju sekolah si kembar.

.

.

.

Ngakak bgt nulis cerita yang ini. Bahasanya gaul ya.

Gatau mau ngomong apalagi....

Dadahh see you

How To Be A Couple GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang