Selanjutnya,

Jov... tolong maafkan aku, ini berat untukku, percayalah. Tapi mungkin ini juga yang terbaik untuk semuanya. Rasa tidak pantas ini menjadi beban pikiranku. Aku merasa tidak pantas lagi menjadi istrimu, bahkan menjadi seorang Ibu.

Sekarang, lupakan aku Tuan Derjovzier.

Jika kamu melanjutkan hidupmu dengan baik, aku akan sangat bersyukur. Anggap saja ini penebusan kesalahanku padamu selama ini. Hapus semua kenangan tentang diriku, carilah istri yang lebih baik. Aku mengikhlaskan segalanya tentangmu.

Dan Zavelios... sekarang dia adalah putramu seorang. Berikan dia banyak kasih sayang, dan jangan pernah menceritakan tentang aku padanya atau dia akan sangat sedih. Dari awal, dialah yang paling kamu inginkan dariku bukan? Sekarang kamu tidak akan pernah takut kehilangan anakmu.

Oh iya, dan tentang "Can you love me?"

Itu pertanyaan yang simple, tapi sekali lagi maaf... aku membuat jawabannya menjadi sangat rumit. Mungkin aku tidak akan pernah bisa menjawabnya karena jika aku jawab, semua ini akan jadi lebih sulit lagi untuk kita.

Terimakasih karena pernah hadir dalam hidupku. Aku bahagia pernah memiliki seseorang yang luar biasa sepertimu. Semoga semakin sukses dengan pekerjaanmu. Selalu bahagia, Jov.

Dari, Bianca Kirei Khlenzio.

Derjov menepuk dahinya setelah memahami isi kertas itu dan membacanya berulang-ulang, dia masih tidak percaya. Waktu terasa berhenti, dia sangat terpukul. Kirei memang sudah tidak ada di rumah, tapi Derjov mengira dia berangkat ke agensinya untuk bekerja.

Dengan pikiran yang kacau, Derjov segera beranjak dan berlari keliling mansion untuk mencari istrinya. Dia masih tidak percaya jika Kirei sudah meninggalkannya entah ke mana.

"Hana, apa kau melihat Kirei?" tanya Derjov pada baby sitter anaknya saat mereka berpapasan di taman.

"Tidak... memangnya Nyonya ke mana, Tuan? Mobilnya saja masih ada di garasi."

"Ya Tuhan..." Derjov mengusak rambutnya dengan kasar. "Suruh satpam memeriksa CCTV! Cepat!"

***

Kembali ke beberapa jam sebelum Derjov bangun, pagi-pagi sekali Kirei sudah sampai di bandara. Raut wajahnya tampak sedih. Dia hanya duduk diam di salah satu kursi tunggu. Sebentar lagi, dia akan meninggalkan semuanya. Dia akan menebus semua kesalahannya dengan menjalani hidup sendirian.

Guelzio yang menemaninya menoleh, kemudian memberikan sebuah ponsel pada Kirei.

"Untuk apa ini?" Kirei menatap ponsel keluaran terbaru itu.

"Ponselmu kan rusak, jadi pakai saja." Guelzio tersenyum kecil. "Turuti saja aku, kamu sudah merepotkan aku pagi-pagi begini loh."

Kirei menatap ponselnya ragu. "Aku kan bisa beli sendiri saat sudah sampai di sana? Tapi baiklah, karena kamu sudah membereskan masalahku, aku akan menurutimu."

"Kamu harus pakai itu agar aku tetap bisa menghubungimu." Guelzio menarik Kirei ke dalam pelukannya. "Karena aku akan merindukanmu," ucapnya.

"Jadi itu alasannya? Tapi kan tujuanku pergi adalah jauh dari kalian semua." Kirei menghela napas.

"Berarti dariku juga? Pemberangkatan ke London 5 menit lagi. Rei... kamu yakin dengan semua ini?" Guelzio melepas pelukannya. Ekspresinya berubah menjadi sedih.

Kirei mengangguk, bersiap dengan dua koper di sampingnya.

Guelzio mengusap air matanya yang mulai menetes. "Berjanjilah kita akan bertemu lagi, aku akan menunggumu." Kemudian dia diam sejenak. "Aku yang melihatmu pergi saja hampir tidak ikhlas apalagi Derjov yang tidak tahu apa-apa. Bagaimana dia nanti?"

Kirei tersenyum kecil. "Akan sangat sulit baginya menerima semua ini. Tapi aku yakin, waktu akan membuatnya melupakan aku."

"Bagaimana dengan Zavel? Dia akan kehilangan Ibu kandungnya."

Kirei menghela napas kemudian tersenyum tipis. "Zavel akan lebih baik tanpa Ibu sepertiku. Dan ya, Guel... kita harus mengakhiri hubungan ini."

Guelzio berdecak, ekspresi sedihnya tidak dapat disembunyikan. "Ini benar-benar akhir dari semuanya termasuk juga kita?"

"Waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal, ini hanya akhir dari Kirei tapi bukan akhir dari Guelzio atau Derjov. Semoga kamu berhasil dengan B7S."

Guelzio menggeleng pelan, kembali memeluk Kirei dengan air mata tak terbendung. "Katakan kita akan bertemu lagi, aku mohon... jangan menghilang dariku selamanya."

Kirei melepas pelukan Guelzio, lantas mengusap air matanya. "Kamu tahu ke mana harus mencariku."

"Pikirkan lagi Rei, aku rasa ini bukan keputusan yang benar."

"Guel, tolong kontrol emosimu. Kamu harus mengantarku pergi dengan senyuman."

Guelzio justru semakin kalut, dia memang orang yang mudah tersentuh. "Bagaimana aku menghadapi Derjov nanti?"

"Ini adalah rahasia kita, pura-pura saja tidak tahu."

Guelzio merasa sangat bodoh karena membantu Kirei kabur. "Harusnya aku tidak membiarkanmu pergi."

"Ini adalah keputusanku sendiri, aku mohon jangan pernah merasa bersalah. Oh iya, jaga Zavel, sayangi dia seperti putramu sendiri. Terimakasih Guel, kamu sudah banyak membantuku. Aku harus berangkat, selamat tinggal, Guel." Kirei berbalik, berjalan menjauh dari Guelzio yang menangis.

"Berjanjilah untuk menghubungiku nanti!"

Kirei hanya menoleh sambil tersenyum dan melambai.

Guelzio ternyata bisa menangis di tempat umum seperti ini, membuat Kirei sedikit berat hati meninggalkannya. Pantas saja banyak fans yang memanggilnya bayi.

"Dia lucu dan agak cengeng."

Ketika punggung Kirei hampir tidak terlihat, Guelzio segera menggunakan maskernya kemudian berlari menuju mobil dan kembali menangis sepuasnya.

"Selalu bahagia Rei."

TBC

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now