34. KEBENARAN

71 8 19
                                    

Follow sebelum membaca!



Alexsya menghempaskan tubuhnya ke kasur dengan kasar, malam ini ia sudah cukup kesal karena bertemu dengan Rafael, dan pulang-pulang ia harus menghadapi teriakan dan tuduhan dari Fina. Dan Vea juga, kenapa ia mudah sekali menyimpulkan sesuatu yang bahkan tidak dia lihat. Pada dasarnya, keluarga ini memang sama saja, sama-sama tidak ada yang menyukai Alexsya.

"Repot banget hidup gue, gerak dikit langsung jadi pusat tuduhan dalam segala hal, dasar mak lampir Vea!" desisnya.

Alexsya menenggelamkan wajahnya di bantal, setelah itu ia menjerit histeris sambil memukul-mukul kepalanya.

Terkadang, kehidupan remaja seperti Alexsya memang selalu menjadi ancaman. Dipaksa untuk selalu bisa dalam segala hal, dituntut untuk sempurna, dan sekalinya salah hanya akan menjadi pandangan buruk dan juga kemarahan.

"Ada banyak hal yang udah gue lewatin selama delapan belas tahun ini, gue seneng jadi Asya yang sekarang, pemberontak dan berani melakukan sesuatu. Tapi gue tetep gak bisa jadi sempurna, gue gagal, gue gak bisa jadi Asya yang mama dan papa mau." Gumamnya lirih.

Setelah bosan menenggelamkan kepalanya, Alexsya bangkit dan duduk di atas kasur tanpa melepaskan sepatunya.

"BITCH! BUKA PINTUNYA!" teriak seseorang diluar kamarnya.

"Anjir, ni orang emang gak bisa bikin gue tenang apa? ganggu mulu hidupnya. Gabutnya gak ngotak, ngerepotin!" celetuknya dengan nada kesal.

Alexsya membuka pintu dengan tatapan datar dan dinginnya, ia sungguh malas harus menghadapi Vea malam-malam seperti ini. Sudah cukup Fina saja yang memberikan dirinya omong kosong, Vea tidak perlu.

"LO ABIS JALAN SAMA RAFA, IYAKAN?" tanyanya keras.

Alexsya tersenyum miring, ia sudah menduganya.

"Bacot Maemunah, mending masuk dulu. Duduk dulu, terus kita ngemil!" usulnya.

Vea merotasikan bola matanya, ia memang salah karena telah berurusan dengan Alexsya Shafira yang tidak waras ini. Setelah lama menatap lekat kamar Alexsya, Vea masuk dan berdiri di hadapan Alexsya sambil berkacak pinggang. "Ngaku aja! Gue udah tau juga." Desaknya.

Alexsya menoleh. "Tau apa lo? Liat aja enggak, jadi jangan sembarangan!"

"Lagian najis banget harus berurusan sama cowok brengsek kek dia, beban hidup gue udah berat. Dan gue gak mau nambah dengan terlalu berlarut-larut tentang dia," lanjutnya.

Vea menatap tajam kearah Alexsya dengan senyum miring andalannya. "Ternyata bukan cuman so' polos, tapi lo juga munafik." Decak Vea.

"Mending sekarang lo keluar dari kamar gue, Vea! Gue muak liat muka lo. Dan satu lagi, jangan asal masuk kamar orang!"

"Ini bakal seru, tunggu aja permainan nya." Gumamnya sambil bangkit dan melenggang pergi.

Akhirnya, sekarang Alexsya bisa bernafas dengan tenang tanpa keributan apapun.

•••

"Akhirnya lo sampai juga,"

"Iya lah, gue kan mau tau rencana dan tugas gue."

Kedua gadis tersebut sedang berada di sebuah kafe yang lumayan terkenal, mereka berbicara banyak hal dan sesekali tertawa.

Kemudian, seorang lelaki datang menghampiri keduanya. Jika di lihat, ia sangatlah tampan dan gagah dengan celana jeans yang di padukan dengan kaus putih, dan dibalut kemeja tanpa kancing. Terlihat simpel, tapi memiliki karisma nya sendiri.

She's Alexsya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang