19. CELAKA

37 8 23
                                    


Malam ini, setelah pulang dari rumah sakit, Alexsya pergi ke sebuah taman bunga. Padahal, untuk apa melihat bunga di malam hari seperti ini? hanya akan terlihat remang-remang dan kurang puas rasanya jika dilihat dari ke gelapan.

Setelah itu, ia duduk di salah satu bangku yang disediakan, sendirian dan tenang. "Kapan ya, papa sayang lagi sama gue?" monolog Alexsya.

Tanpa disadari, air matanya jatuh saat mengingat bagaimana Teguh berlaku padanya dari dulu.

Dua belas tahun yang lalu, Alexsya kecil sedang bermain bersama Vea kecil, mereka bermain boneka barbie di taman rumah. Waktu itu, umur Alexsya empat tahun dan umur Vea lima tahun.

Tidak ada yang di masalah kan, kecuali mainan. Mainan, dan mainan.

"Kakak, Asya mau ngambil jepit pita punya balbie nya Asya, yang kemalin kakak pinjem dali Asya." pinta Alexsya kecil.

Dengan gemasnya, Alexsya berbica cadel waktu umur empat tahun, lucu sekali. Gadis cadel itu sudah tumbuh dewasa dan merasakan kepahitan dunia.

"Kemarin kan udah kakak balikin!" ujar Vea kecil

Alexsya yang merasa tidak menerima barang apapun dari Vea, hanya diam dengan pikirannya. "Kapan? kok Asya gak ingat si?"

"Kemarin Asya, malahan udah kamu simpan sendiri di kotak mainan kamu,"

Alexsya mengangguk polos. "Iya, mungkin Asya yang lupa." ujarnya.

Setelah itu, Fina datang dengan dua mangkuk mie goreng favorit kedua putrinya.

"Eh anak mama, udah dulu ya main nya, sekarang kita makan dulu."

Mereka berdua mengangguk patuh, kemudian mengambil makanan masing-masing dari tangan Fina. Alexsya menelisik mie nya kemudian beralih menatap mie milik Vea. "Mama, kok punya Asya gak ada telul sama sosis nya si?" tanya Alexsya polos.

Fina hanya tersenyum simpul, kemudian mengelus surai Alexsya. "Iya sayang, kak Vea lagi butuh makan yang banyak dan enak. Kamu gak usah iri, dan makan makanan mu!"

"Iya ma, Asya makan kok. Maaf ya? Asya minta lebih ke mama," ujarnya.

Bagaimana mungkin, dua anak dibeda-bedakan dalam hal makanan? rasanya tidak pantas. Tapi dengan naif nya, Alexsya hanya bisa mengangguk dan percaya begitu saja kepada bualan setiap orang.

"Papa pulang," ujar Teguh dari balik gerbang.

"Wahh, papa." Vea berlari dan memeluk teguh, begitupun dengan Alexsya.

Tapi apa yang Alexsya dapat? Ia di campakan, bahkan Teguh tidak memeluk Alexsya seperti ia memeluk Vea. "Vea, papa beli mainan yang bagus buat kamu," ujar Teguh.

Mata Alexsya berbinar kala mendengar nama mainan, karena dari waktu masih kecil, Alexsya hanya diberikan mainan bekas oleh Vea. Bekas sekali, sampai ada yang sudah rusak dan robek.

Alexsya menghampiri ketiganya dengan senyum hangat, "buat Asya, mana pa?"

"Tidak ada! kamu harus bisa membaca dan menulis, baru setelah itu, saya akan memberikan mainan baru kepada mu." sarkas Teguh.

"Asya, kamu ambil aja mainan kak Vea, yang udah gak di pake lagi sama dia, ya sayang?"

"Iya ma,"

Papa cuman mau Asya pintel, mau Asya belajar dan punya nilai bagus, balu abis itu papa bakal ngasih mainan balu buat Asya. batinnya.

She's Alexsya [On Going]Where stories live. Discover now