20. TERIMAKASIH

36 8 9
                                    

Mata Fina membulat sempurna, dengan tega nya Teguh melepaskan genggaman Alexsya dan membiarkan Alexsya jatuh ke bawah begitu saja. "Papa, apa yang papa lakuin sama Asya? Gimana kalo Asya kenapa-napa?" tanya Fina dengan napas yang memburu.

Vea membalikkan tubuh Fina dengan kasar agar ia bisa berhadapan langsung dengannya. "mama! Mama itu gak ada bedanya, dari tadi siapa yang pertama kali nyakitin Asya? Mama kan? Terus sekarang kenapa mama marahin papa sampe sebegitu nya? Padahal, mama sama papa itu gak ada bedanya! Bahkan mama yang lebih jahat, mama itu sebagai ibunya, kenapa mama cuman liatin doang tanpa menyelamatkan Asya?!" tanya Vea bertubi-tubi.

Fina membatu, semua yang Vea katakan mampu membuat kelu mulutnya, ia adalah ibu tidak berguna untuk Alexsya.

"Asya?" panggil Fina.

"Asya, dengar mama nak, kamu gak papa kan?" lanjutnya.

Tidak ada jawaban dibawah sana, apa jangan-jangan? Alexsya?

"Nyonya, tuan!" panggil pak Jaya dan bi Irah bersamaan.

Fina dan Vea langsung menuruni anak tangga, padahal, kenapa tidak dari tadi saja? Dasar manusia munafik.

"Asya?"

"Asya gak kenapa-napa, kok ma," ujar Alexsya penuh keyakinan.

"Ya sudah, kita bawa Asya ke kamar," ucap Fina.

Setelah itu, Alexsya dibopong ke kamarnya untuk diperiksa oleh dokter.

"Vea, tolong telepon dokter Alya!" pinta Fina.

Vea mengangguk kemudian ia menekan nomor dokter Alya.

Dokter Alya menuliskan beberapa resep obat, yang harus di konsumsi oleh Alexsya. Meskipun didalam hatinya, Alexsya enggan untuk meminum obat-obatan tersebut. "Asya, jangan bengong dong. Kamu harus makan teratur ya? Setelah itu minum semua obat yang sudah di jadwalkan." ucap Alya.

"Eh? Iya dok, terimakasih banyak ya,"

"Fina, kamu tenang aja kali, Asya gak kenapa-napa, dia hanya mengalami cidera pada tulang kakinya, ini akan sembuh dalam tiga atau mungkin empat hari. Kamu jangan khawatir, putri mu itu tidak lumpuh Fina." ucap Alya, bisa-bisanya ia bercanda disaat seperti ini.

Perlu kalian ketahui, bahwa Dokter Alya itu adalah sahabat SMA-nya Fina, yaitu ibu dari Alexsya. Mereka sangat dekat dulu, tapi kedekatan dan semua kenangan mereka harus terpisah karena Alya memilih kuliah di luar Negeri. Sedangkan Fina di paksa untuk menikah.

"Ya sudah, aku gak bisa lama-lama disini, Fin. Karena di rumah sakit banyak pasien hari ini, tapi aku akan mendo'akan Asya agar cepat sembuh. Aku duluan ya, Fin? Sampai jumpa lagi." ujar Alya.

"Iya, Al. Kamu hati-hati ya? Dan kalo ada waktu senggang, kamu mampirlah kerumah aku ini."

"Tentu saja, nyonya Anderson." goda Alya.

"Ck, ayo. Aku akan mengantarmu sampai gerbang." ujar Fina.

Mereka Dekat banget, gue jadi ingat ke si, Bia. batinnya.

Vea menatap tajam kearah Alexsya, kemudian ia melemparkan piring kosong, kearah kaki Alexsya. "gak usah lebay Lo! Intinya besok harus sembuh, gue gak suka Lo yang lemah kek gini!" ujar Vea, setelahnya ia keluar dari kamar Alexsya, tanpa menutup pintunya kembali.

"Najis banget, dasar manusia dakjal. Padahal kalo khawatir ya khawatir aja anjir, gak usah pake segala kek gitu. Tapi, masa iya dia khawatir orang waktu itu aja, mau bikin gue dilecehkan." gumamnya.

***

"Sepi banget gak ada si, Asya." ujar Sofia.

"Iya, gak ada yang jitakin kepala lo. Hahaha." celetuk Nadia.

She's Alexsya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang