22. RIBUT?

35 10 18
                                    


Pagi yang cerah, secerah kebahagiaan Alexsya sekarang. Alexsya sangat bahagia karena setelah tiga hari di scors dan kakinya terkilir, ia bisa berangkat kembali ke sekolah. Meskipun dalam hati, ia enggan bertemu dengan Bianca ataupun semacam makhluk menjengkelkan lainnya.

"Wih, cantik banget gue. Apalagi kalo senyum, hahaha." ujarnya.

Setelah selesai bersiap dan merasa puas dengan penampilannya, Alexsya mengambil tas yang berbeda di atas kasurnya, kemudian berjalan keluar kamar.

"Asya." panggil Fina.

"Sembuh lo?" tanya Vea.

Alexsya merotasikan bola matanya. "Lo buta apa gimana si? Gue udah sembuh anjir, makannya gue berangkat sekolah hari ini!" Sulut Alexsya.

"Yang sopan kamu, jika bicara kepada kakak'mu, Asya!" protes Teguh.

"Iya-iya, kakak bajingan." ucapnya pelan.

"Sudah-sudah, lebih baik kalian duduk di kursi masing-masing, kita sarapan bareng ya?" ujar Fina.

Alexsya nampak berpikir, kemudian tersenyum simpul. "Gak deh, kalian aja ya? Asya duluan." tolaknya, sambil melenggang keluar rumah.

"Anak tidak tahu diri!" sarkas Teguh.

Dasar tua bangka, kata-katanya gak ada yang lain ya? Selain itu. Udah tau gue itu gak tau diri, malah di bacotin mulu, heran. batinnya kesal.

"Selamat pagi, my princess!" sambut Rafael,
dari balik gerbang.

Alexsya sedikit terkejut karena ulah Rafael, tetapi dengan sekuat tenaga dan jiwa. Ia menahan raut wajahnya agar tidak terlihat senang akan kedatangan Rafael.

"Ngapain, lo?" tanya Alexsya judes.

"Jemput pacar, gue. Yang paling cantik sejagat pluto." tuturnya.

Alexsya nampak menahan tawanya, bagaimana tidak? Ucapan Rafael sudah romantis diawal kemudian berakhir zonk di akhir.

"Dih apaan si, lo? Lo itu udah lupa kalo gue pacar lo ya? Apa gimana si? Terus, bisa gak si lo kalo bacot jangan plin-plan gitu! Konsisten dong, kalo mau gue-lo ya gue-lo. Kalo mau Aku-kamu, ya Aku-kamu!" cerocos Alexsya.

Rafael diam, mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut Alexsya, ia tampak senang saat melihat ataupun mendengar Alexsya banyak bicara.

Rafael meraih pipi Alexsya, kemudian mencubitnya dengan penuh tenaga. "Gemes banget si, pacar gue." ujarnya.

Alexsya tersipu, benar-benar tersipu. Ternyata seperti ini rasanya diperlakukan manis eh seorang kekasih? Alexsya benar-benar senang pagi ini.

"Aduh neng, pipinya merah banget itu!" goda Rafael.

"Diem anjir! Udah, mending kita berangkat."

"Yaelah, baru aja uwu-uwuan kita,"

Alexsya berdecak kesal. Kemudian, ia memilih meninggalkan Rafael dan berjalan terlebih dahulu. Sambil beberapa kali tersenyum bahagia.

"Naik, gak usah minta di naikin. Cepet! Nanti kesiangan, mau?" ujar Rafael.

Dengan satu hentakan, Alexsya menonyor kepala Rafael tanpa ampun, benar-benar pagi yang rusuh. "Enggak usah bertingkah, sekarang mending otw!"

Rafael pasrah, kemudian melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Sambil beberapa kali melihat wajah cantik Alexsya dari kaca spion.

Cantik. batinnya.

"Gak usah liatin gue kaya gitu!" bentak Alexsya.

Raf, semoga sampai kapanpun. Lo tetap jadi Rafa yang gue kenal, Rafa yang pecicilan dan gak tahu malu. Semoga juga, lo tetap cinta sama gue dan gak berubah. Batin Alexsya


She's Alexsya [On Going]Where stories live. Discover now