SIM 47

954 158 7
                                    

Follow dulu akun Fafa. Bantu share cerita ini supaya yang baca makin banyak.
Liat juga ke bawah. Ada bintang, kan? Lalu, klik. Makasih❤️
.
.
.
Happy Reading

Merasa berat di bagian punggung membuat mata Gardan membulat. "Turun dari punggungku! Kau tidak waras!" ketus Gardan.

"Lari saja, Bodoh! Ini pohon angker!"

Mendengar penuturan Alvin sontak membuat Gardan berlari kencang tanpa ba-bi-bu, tidak peduli dengan beban di belakangnya. Kepala Alvin berlenggak-lenggok ke atas dan ke bawah akibat Gardan yang berlari kencang sehingga membuat songkok Alvin terjatuh.

"Berhenti! Berhenti! Topi islami-ku terjatuh!" teriak Alvin sembari menepuk pundak Gardan. Yang dimaksud oleh Alvin adalah songkok hitamnya.

"Itu kopiah, Bodoh!"

"Apapun namanya, pokoknya berhenti!"

"Tidak!" sahut Gardan tanpa menghentikan langkah cepatnya.

Alvin berdecak sebal, ia menjatuhkan songkok hitam yang dikenakan oleh Gardan. "Impas."

"Menyebalkan!" ketus Gardan.

Gardan terus berlari dengan membawa bobot tubuh Alvin. Entah mengapa ia mau-mau saja. Mungkin akibat rasa ketakutan di hatinya ia tak mengacuhkan Alvin. Gardan berlari sampai tiba di masjid. Bapak-bapak yang baru saja sampai melotot ketika melihat Alvin. Alvin selalu saja datang ke masjid dengan kehebohannya di jalan. Dia selalu datang ke masjid dengan napas yang ngos-ngosan.

"Kau kenapa lagi?" tanya seorang ustaz yang sudah berumur.

"Sut, aku ... uh, lelah. Aku sedang tidak nafsu untuk berbicara denganmu."

Kedua pria itu mengatur napasnya, sedangkan di dalam masjid ikamah sedang dikumandangkan. Setelah menyadari bahwa waktu salat sudah dimulai, Gardan mengajak Alvin masuk ke dalam. "Ayok!"

"Kau duluan saja. Aku akan masuk ketika rakaat terakhir," sahut Alvin.

"Itu artinya kau tidak salat berjamaah!" Gardan menarik tangan Alvin agar pria itu berdiri dari lantai masjid.

....

Alvin, Syifa, Anna, dan Gardan baru saja makan malam bersama satu jam yang lalu. Kini mereka tengah mengobrol bersama di sofa yang letaknya ada di depan televisi. Namun, Alvin dan Gardan merasa bosan dengan omelan wanita-wanita itu hanya karena tadi di jalan, mereka berdua ketakutan dengan pohon besar.

Alvin dan Gardan memutuskan untuk pergi dengan beralasan ingin menghirup udara sejuk di luar. Mereka berdua duduk di kursi yang letaknya ada di samping ambang pintu rumah. Sampai saat ini, Alvin belum menyadari bahwa Gardan adalah mantan kekasih Evrita. Begitu juga dengan Gardan yang belum menyadari bahwa Alvin adalah mantan Evrita juga.

Tiba-tiba, di benak Alvin bersarang sebuah pertanyaan. "Kapan kau mempunyai seorang anak?"

Gardan membelakkan matanya seraya menyahut, "Gila sekali! Aku baru saja menikah."

"Tap---"

"Hei, ayo, pulang!" ajak Anna yang baru saja keluar dari rumah.

Surat Izin Mencintai (END)Where stories live. Discover now