SIM 23

949 151 3
                                    

Follow dulu akun Fafa. Bantu share cerita ini supaya yang baca makin banyak.
Liat juga ke bawah. Ada bintang, kan? Lalu, klik. Makasih❤️
.
.
.
Happy Reading

Syifa bergegas memakai gamis tanpa melepas baju tidurnya. Syifa memakaikan kerudung dan cadar pada kepalanya, setelah itu barulah ia membuka pintu. Syifa melihat Aarav yang tengah berdiri di depan pintu menggunakan jubah dan songkok hitam di kepalanya. Sepertinya, dia akan mengajak Alvin salat subuh berjamaah.

"Syifa, Alvin di mana?" tanya Aarav.

"Eum, maaf, dia sedang---"

"Tunggu!" tukas Alvin.

Syifa menoleh ke belakang. "Kau sedang sakit, Vin. Kau pernah mengatakan bahwa perjalanan menuju masjid cukup jauh, bukan? Apa kau yakin kau akan kuat?"

Aarav mencerna penuturan Syifa. Lalu ia berujar, "Vin, kau salat di rumah saja."

"Tidak."

Aarav memeloti Alvin sebagai kode. "Jangan keras kepala." Pria itu menyunggingkan senyuman terpaksa ketika Syifa menolehkan kepalanya ke depan.

Bahu Alvin merosot dengan wajah yang lesu. Pria itu melengos dan duduk di tepi ranjang. Aarav berpamitan kepada Syifa. Ia juga mengucapkan salam kepada Alvin. Setelah itu, Syifa menutup kembali pintu kamarnya. Wanita tersebut membalikkan tubuhnya 180 derajat menghadap ke wajah Alvin yang tengah cemberut padanya. 

"Harusnya kau mengizinkanku untuk pergi dengan---"

Allahuakbar Allahuakbar

Azan subuh telah berkumandang. Syifa mengambil sajadah yang tengah di pegang oleh Alvin. Lalu, Syifa membentang sajadah tersebut. Setelah azan selesai, barulah Syifa menyuruh Alvin untuk melaksanakan salat subuh. Selang beberapa menit kemudian, Alvin terbaring lemas di atas ranjang. Wajahnya masih terlihat pucat kesi.

"Syifa, berikan aku selimut!" pinta Alvin.

Ini sudah yang ketiga kalinya Alvin meminta tambahan selimut. Syifa beranjak dari kasur dan mengambil selimut yang cukup tebal. Lalu, Syifa membentangkan selimut tersebut ke tubuh Alvin. Alvin benar-benar menggigil kedinginan sehingga membuat Syifa panik.

Wanita itu pergi untuk mematikan remot AC. Ia ingin sekali menemani Alvin. Namun, Alvin selalu menolaknya secara sepihak. Oleh karena itu, sekarang Syifa pergi untuk membersihkan tubuhnya. Tak lama setelah itu, Syifa kembali pada Alvin dengan memakai gamis dan kerudung panjangnya. Syifa meletakkan telapak tangannya di jidat milik sang suami. Suhunya panas.

"Alvin, kau demam," lirih Syifa.

Alvin tak mendengar suara Syifa, mungkin ia tertidur. Syifa mengambil cadarnya dan pergi ke dapur dengan tujuan ingin mengambil air hangat, mengambil kain bersih, dan juga membuatkan bubur.

"Nyonya pergi saja untuk mengompres Tuan Alvin. Biarkan saya yang memasak buburnya," ujar Inem.

Syifa menganggukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya menuju kamar. Syifa menaik ke atas ranjang dan mengompres kening milik Alvin. Namun, tak lama setelah itu Alvin menggerakkan tubuhnya karena merasa terganggu.

"Hei, diamlah!" titah Syifa dengan nada suara yang rendah.

Alvin membukakan matanya. Gengsi rasanya jika Alvin menerima perlakuan Syifa begitu saja. "Aku tidak ingin dirawat olehmu! Aku hanya ingin jika Evrita ada di sampingku!"

Surat Izin Mencintai (END)Where stories live. Discover now