SIM 24

998 163 3
                                    

Follow dulu akun Fafa. Bantu share cerita ini supaya yang baca makin banyak.
Liat juga ke bawah. Ada bintang, kan? Lalu, klik. Makasih❤️
.
.
.
Happy Reading

Alvin beruntung karena obat itu ikut larut masuk ke dalam tenggorokan walaupun ada rasa tak nyaman ketika obat itu mulai tertelan. Sekarang, Alvin benar-benar merasa kenyang akibat sudah menghabiskan satu mangkuk bubur dan satu gelas air.

Syifa mengambil alih gelas itu. "Airnya habis. Apa kau haus?"

"Bukan haus. Aku menghabiskan air itu karena obat tadi sangat pahit!" ketus Alvin.

Syifa menggelengkan kepalanya. Wanita itu beranjak dari kamar untuk meletakkan gelas ke dapur. Kepergian dari Syifa membuat ekspresi wajah Alvin berubah seketika, sedangkan Syifa tak mengacuhkan itu.

"Simpan saja gelas itu di dekat pintu dan ke marilah duduk di sampingku!" titah Alvin tanpa disadarinya.

"Aku tidak ingin membantah perintahmu. Namun, aku harus menyimpan gelas ini pada tempat asalnya."

Syifa menjauh dari kamar dan mulai menuruni anak tangga satu persatu. Aksinya itu mengundang rasa kesal pada bayi Alvin. Pria itu ingin marah. Namun, rasa lemas dan rasa sakit di kepalanya membuat Alvin terhambat untuk melakukan itu.

Alvin membulatkan matanya ketika ia sadar dengan ucapannya. Pria itu berkali-kali memukul mulutnya. "Pasti ini akibat pelet dari Syifa!" tudingnya.

Alvin masih merasa risih dengan sikap dirinya yang tiba-tiba merasa tidak ingin berjauhan dari Syifa. Apa lagi sedari tadi matanya selalu mencuri-curi pandang ke wajah sang istri. Jantungnya juga berdegup sangat kencang ketika pandangannya tak sengaja bertemu dengan pandangan Syifa.

Pria berbaju piama dengan warna biru dongker tersebut berusaha untuk membaringkan tubuhnya. Alvin berkali-kali memijat pelipisnya yang terasa sakit sekaligus pusing. Suhu tubuhnya masih panas sehingga membuat Alvin sedikit tak nyaman.

Syifa membukakan pintu kamar. Wanita itu melihat Alvin yang tengah memijat keningnya sendiri. Syifa duduk di samping suaminya. Entah keberanian dari mana Syifa mengikis jarak di antaranya dan memijat kening milik Alvin. Alvin tidak menolak itu, pria tersebut justru memejamkan matanya.

'Aku lebih menyukai sikap manjamu ketika sakit, tetapi aku juga tidak tega melihatmu jatuh sakit seperti ini,' batin Syifa.

Alvin sedikit membuka matanya seraya membatin, 'Bahkan kau masih rela merawatku walaupun aku selalu membentakmu. Tak bisa kubayangkan sehancur apa kehidupanku jika Husain menemukanmu.'

Syifa terus memijat kening milik Alvin sampai dengkuran halus mulai terdengar. Syifa menarik selimut dan menutupi tubuh Alvin. Setelah itu, ia pergi ke lantai bawah untuk sarapan karena sedari tadi ia sibuk mengurus Alvin yang tengah demam.

....

"Aku mencintaimu, Syifa. Maafkan aku," ujar Alvin seraya menarik tubuh Syifa ke dalam dekapannya.

Husain menarik tangan Syifa agar wanita itu terlepas dari dekapan Alvin. Sungguh, Husain tidak sudi jika adiknya mempunyai suami yang sangat kasar. Dengan susah payah Husain selalu berusaha untuk tidak bertindak kasar kepada Syifa. Namun, ternyata pria asing ini justru jauh lebih berani mengasari Syifa, pastinya itu akan membuat Husain marah besar.

Surat Izin Mencintai (END)Where stories live. Discover now