SIM06

1.2K 205 2
                                    

"Tidur!"

Inilah hukuman yang akan diberikan oleh Alvin. Alvin membiarkan Syifa tidur satu ranjang dengannya. Biarkan Alvin menendang Syifa dalam keadaan yang tidak sadar, bukankah itu tidak apa-apa? Karena Alvin sama sekali tidak menyadari hal itu.

Syifa terlihat ragu. Alvin memandanginya dengan alis yang dinaikkan sebelah. "Aku tidak akan menyentuhmu. Tenang saja! Lagi pula aku mempunyai seorang kekasih," ujar Alvin berterus-terang.

Syifa cukup terkejut. Syifa sama sekali tidak cemburu, ia hanya terkejut ketika Alvin mengatakan hal demikian. Alvin sudah menikah dengannya. Namun, mengapa Alvin masih mempunyai hubungan spesial dengan wanita lain? Ini kurang masuk akal. Bahkan Alvin terang-terangan menyatakan hal itu kepada Syifa.

Syifa menuruti perintah Alvin karena tatapan mata suaminya sudah tidak mengenakkan. Wanita itu tidur dengan menghadap ke kanan. Alvin pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Setelah itu, ia ikut tertidur di samping Syifa dengan memberikan jarak satu sama lain. Karena merasa lelah, tak membutuhkan waktu lama bagi Syifa untuk masuk ke dalam mimpinya.

Sedangkan Alvin, ia tidak dapat tidur. Tubuhnya memang lelah, matanya juga terasa berat. Namun, entah mengapa ia sangat sulit untuk tertidur malam ini. Alvin menelepon salah satu pembantunya yang ada di dapur. Alvin menyuruhnya untuk membuatkan segelas susu hangat.

Beberapa menit kemudian, suara ketukan pintu terdengar. Alvin segera membuka sedikit pintunya agar tak ada yang melihat Syifa yang tengah tertidur tanpa mengenakan hijab. Secara sudut pandang Alvin, wanita yang memakai hijab sedikit aneh baginya, apa lagi cadar. Namun, Alvin tetap menghargainya.

Pria itu mengambil alih gelas tersebut. Lalu, ia meneguk segelas susu itu hingga habis. Setelah itu, Alvin menyimpan gelas tersebut di depan pintu kamarnya. Pembantu di sini sudah paham. Pasti esok hari gelas itu sudah tak ada, diambil oleh salah satu pembantu di rumah ini.

Alvin kembali ke ranjang dan berusaha untuk tertidur agar ia bisa membalas dendamnya. Aarav pernah berkata, tidur satu ranjang dengan Alvin adalah tidur yang paling Aarav benci. Oleh karena itu Alvin terinspirasi untuk melakukan hal ini kepada Syifa. Namun, karena niat buruknya membuat Alvin tidak bisa tertidur di malam ini.

'Sialan sekali. Biasanya aku akan tertidur jika sudah memejamkan mata selama satu atau dua menit,' batin Alvin dengan kening yang sedikit mengkerut.

....

Jam dinding menunjukkan pukul setengah lima. Syifa terbangun karena merasa bahwa ada tendangan di punggungnya. Ternyata itu kaki Alvin. Alvin baru saja tertidur di pukul setengah empat pagi. Alvin baru tertidur selama satu jam. Suara dengkuran sangat terdengar dari samping.

Azan subuh hendak berkumandang. Syifa ingin sekali membangunkan Alvin. Namun, ada ketakutan yang menyelimuti hatinya. Walaupun begitu, itu bukan berarti Syifa tidak akan berusaha untuk mengumpulkan nyalinya untuk membangunkan pria yang sudah menyandang gelar sebagai suaminya

Wanita itu mendudukkan tubuhnya. "Alvin, bangun! Kita salat subuh!" ajak Syifa.

Dengan ragu-ragu, Syifa menepuk lengan Alvin sebanyak tiga kali. "Alvin."

Alvin membenarkan posisi tidurnya menjadi membelakangi Syifa. "Kau saja! Aku mengantuk."

"Salat subuh itu wajib, Alvin."

"Mengapa kau cerewet sekali, Syifa?!" ketusnya tanpa membuka mata.

Syifa terdiam sejenak. Ide berlian melintas di benaknya. "Ya sudah, aku laporkan umi saja!"

Mendengar penuturan Syifa, Alvin langsung bergegas mengambil air wudu dengan wajah yang cemberut. Lihatlah, hanya begitu saja ia langsung cemberut. Syifa menggelengkan kepalanya. Rasanya, kali ini Syifa tengah mempunyai bayi besar. Syifa menunggu Alvin di depan pintu kamar mandi karena ia juga ingin mengambil air wudu. Tak lama kemudian, Alvin keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang basah.

Syifa memperhatikan tangan Alvin. "Mengapa sikut-mu terlihat kering? Apa kau tidak tahu caranya berwudu?"

"Kau sombong sekali, Syifa. Aku bisa melakukannya!"

"Aku hanya bertanya, Alvin," sahut Syifa.

Syifa mengode agar Alvin masuk lagi ke dalam kamar mandi. "Berwudu-lah dengan benar. Jika tidak, itu artinya kau mengurangi salah satu syarat sah salat."

"Wanita cerewet!" celetuknya seraya memundurkan langkah.

Alvin berwudu kembali. Syifa memperhatikannya dari samping. Syifa cerewet karena Alvin tidak bisa diberitahu dalam satu kali. Syifa harus mengulangi perintah yang sama agar Alvin mau melakukannya. Lagi pula, perintah Syifa juga demi kebaikannya.

Syifa tercengang ketika melihat cara Alvin mengguyur kepalanya. "Hei, kepalamu hanya diusap saja, bukan diguyur seperti itu. Ulang dari awal, Alvin!" titah Syifa dengan nada yang lembut.

Alvin melontarkan tatapan tajam. "Jika terus-menerus seperti ini, beberapa menit kemudian aku belum selesai wudu tapi kau sudah selesai hidup." Syifa tahu maksudnya. Alvin sudah mulai kesal padanya.

"Tidak apa. Aku akan mencontohkannya, tetapi aku melakukan ini bukan karena aku ingin menggurui-mu. Aku hanya memberi contoh agar kau bisa melakukan sama seperti apa yang aku lakukan, oke?"

"Cepatlah!"

Syifa mengambil air wudu dengan cara yang sedikit lambat agar Alvin bisa memperhatikannya. Setelah itu, Alvin mempraktikkannya. Syifa mengacungkan jempolnya ketika Alvin berhasil mengambil air wudu dengan benar. Setelah itu, Alvin mengimami salat subuh dengan surat yang pendek. Mungkin dia tak hafal surat panjang.

Setelah melaksanakan salat, Alvin langsung menjatuhkan bobot tubuhnya di ranjang. Syifa menggelengkan kepalanya, lama-lama ia bisa stres jika harus terus-menerus menasehati Alvin yang selalu saja membantah segala perintah dan nasihatnya.

"Alvin, apa kau tahu? Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah pernah berkata, 'Tidur setelah subuh mencegah rezeki, karena waktu subuh adalah waktu makhluk mencari rezeki mereka dan waktu dibagikannya rezeki. Tidur setelah subuh suatu hal yang dilarang (makruh) kecuali ada penyebab atau keperluan."

Alvin menatap wajah Syifa dengan senyuman manis yang sedikit dipaksakan. Alvin berujar, "Syifa, apa kau tahu? Tuan Alvin pernah berkata, tidak ada yang boleh memerintah-nya kecuali umi dan abi!"

"Perkataan-mu yang itu tidak perlu ku-terapkan. Sekarang, bangkitlah dan cari kerjaan lain. Selain tidur. Ayok, Alvin!" titah Syifa.

Surat Izin Mencintai (END)Where stories live. Discover now